Gorontalo, MINA – Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui Karantina Pertanian Gorontalo mencatat tren sertifikasi lalu lintas pengeluaran domestik Sarang Burung Walet (SBW) dari wilayah kerjanya dalam tiga tahun terakhir terus meningkat.
Dari data sistem informasi perkarantinaan, IQFAST terjadi peningkatan lalu lintas pengeluaran domestik SBW yang cukup signifikan sejak tiga tahun terakhir.
Sebagaimana keterangan tertulis yang diterima MINA, Ahad (4/10), pada 2018 tercatat sebanyak 2,2 ton, tahun 2019 meningkat menjadi 3,9 ton dan hingga Agustus tahun 2020 total volume SBW yang telah disertifikasi melalui Karantina Pertanian Gorontalo telah mencapai 4,1 ton.
Plt. Kepala Karantina Pertanian Gorontalo, Donni Musydayan Saragih menyatakan, jumlah permintaan pemeriksaan karantina untuk sertifikasi pengiriman SBW dari Gorontalo ke beberapa daerah terus meningkat.
Baca Juga: Indonesia Alihkan Ekspor ke Eropa dan Australia Hadapi Tarif Tinggi dari AS
“Kami memberikan apresiasi kepada para pelaku usaha SBW yang terus meningkatkan produksinya sehingga bukan hanya memenuhi kebutuhan masyarakat Gorontalo akan tetapi dapat dikirim sebagai bahan baku ekspor,” ujar Donni.
Menurutnya, mayoritas SBW Gorontalo dikirim ke Surabaya, Pekanbaru, Semarang, dan Jakarta. Ada indikasi SBW ini akan diolah lebih lanjut pada rumah produksi di sana untuk selajutnya dijadikan sebagai bahan baku ekspor.
Potensi Bisnis Sarang Burung Walet
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil menyebutkan pihaknya mendorong semua unit pelaksana teknis karantina yang berada di seluruh tanah air untuk memberikan pendampingan pada komoditas unggulan ekspor di wilayah kerjanya masing-masing.
Baca Juga: Airlangga: Tarif Impor AS ke Produk Indonesia Bisa Tembus 47 Persen
Hal itu dilakukan agar dapat menyukseskan program strategis Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yaitu Gerakan Peningkatan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks) hingga tahun 2024.
Perlu diketahui bahwa SBW merupakan kategori emerging product atau komoditas baru unggulan ekspor yang banyak diminati pasar Internasional.
Negara-negara seperti di Asia Timur, Cina, Korea, Jepang, Hongkong dan Taiwan sampai saat ini masih membutuhkan SBW.
Saat ini Indonesia merupakan eksportir SBW yang memasok sekitar 70 % pasar dunia. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai eksportir SBW terbesar.
Baca Juga: Google Akui Kesalahan Data Nilai Tukar Rupiah ke Dolar AS
Menurut Doni, di Gorontalo ada kurang lebih 675 rumah wallet yang tersebar di beberapa wilayah kabupaten.
Diantaranya di Kabupaten Pohuwato sebanyak 200 rumah walet, Gorontalo Utara 50 rumah walet, Boalemo 100 rumah walet, Kabupaten Gorontalo 75 rumah walet , Kota Gorontalo 200 rumah walet dan Bone Bolango 50 rumah walet.
“Rata-rata rumah walet dapat memproduksi 2 kg/bulan maka jika ada 675 rumah waet di Gorotalo artinya setiap bulannya ada sekitar 1.350 kg produksi sarang burung walet asal Gorontalo,” ujar Ketua Perkumpulan Petani Sarang Walet Nusantara (PPSWN) Provinsi Gorontalo, Yanto Turede.
“Bahkan ada rumah walet yang mampu memproduksi hingga 60 kg/bulan,” tambahnya.
Baca Juga: Google Eror? 1 Dolar AS Jadi Rp8.170,65
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan Pejabat Karantina Gorontalo, Donni menjelaskan bahwa produk sarang burung walet yang dilalulintaskan dari Gorontalo didominasi bentuk mangkok dan patahan.
Secara ekonomis, untuk grade mangkok dihargai senilai 10 juta s.d 14 juta/kg sedangkan patahan dihargai 8 juta s.d 10 juta/Kg.
Donni mengatakan, jika kita hitung-hitung potensi nilai ekonomi SBW yang dikeluarkan dari Gorontalo pada tahun 2020 sampai bulan Agustus mencapai 41,6 miliar rupiah.
“Ini hanya lalu lintas domestik dalam negeri yaa, bagaimana jika sudah diolah menjadi komoditas ekspor, tentu akan meningkat berlipat-lipat keuntungan yang akan didapat peternak walet,” ucapnya.
Baca Juga: Truk Sengaja Tabrak Kerumunan saat Pesta Tahun Baru di AS, 10 Orang Tewas
Dengan kata lain, potensi bisnis SBW di Gorontalo masih terbuka lebar dan hal ini juga dapat menaikkan angka pendapatan daerah provinsi Gorontalo.
Hal ini bukanlah hal yang mustahil jika ada kolaborasi dan sinergisi yang baik dari semua pemangku kebijakan yang ada di Provinsi Gorontalo.
“Kami akan selalu terbuka untuk melakukan kerjasama dan pendampingan agar SBW asal Gorontalo dapat memenuhi kualitas persyaratan negara tujuan ekspor,” pungkas Donni. (R/R1/RI-1)
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah