Haedar Nashir: Pentingnya Seorang Muslim Menghargai Waktu

Jakarta, MINA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) menyatakan, seorang Muslim diamanahkan waktu oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala,  sehingga ia memiliki kewajiban menggunakannya dengan sebaik-baiknya.

Haedar mengajak untuk memaknai arti waktu dengan menghayati Surah Al-Ashr.

“Ini surah ke 13 turunnya, berarti masih di Makkah. Al Ashr demi waktu. Wal ashr, wawu nya wawu qasam (sumpah). Tuhan bersumpah dengan waktu. Kenapa waktu? Al Ashr itu menurut at thabari di kitab klasik, maupun di kitab-kitab berikutnya seperti Ibnu Katsir juga al manar memiliki banyak makna. Sebagian orang kalau usia makin keujung, itu tinggal menghitung tahun atau bulan. Meskipun kita tidak bisa memastikan,” kata Haedar seperti dikutip dari Muhammad.or.d, Ahad (1/1).

اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ

Ayat tersebut, kata Haedar, memiliki makna sungguh manusia berada dalam kerugian. Dan dia jika rugi, akan rugi sampai akhir hayat.

Haedar melanjutkan Allah Subhanallahu wata’ala mengingatkan manusia tentang waktu karena manusia itu kerap terjebak dengan waktu.

“Ketika kita muda, itu segalanya seakan-akan bebas, mudah. Tapi coba setelah tua. Mulai asam urat. Dulu jarang yang masih muda asam urat. Kalau mahasiswa atau anak SMA asam urat itu mesti dicek kesehatannya. Tapi kalau sudah usia tua, rambut yang dulu hitam mulai memutih. Ada banyak hal yang hilang di waktu tua, bahkan ingatan. Maka ada doa “berilah usia panjang dan tidak pikun”. Pikun itu susah. Mendengar mulai kurang. Kemudian melihat orang juga mulai kabur. Apa artinya? Mumpung masih muda, rawat kesehatan. Baik kesehatan lahir maupun kesehatan batin. Jangan makan makanan sampah (junk food) tidak suka sayur, tidak suka buah-buahan atau juga waktu muda tidak cari ilmu,” papar Haedar.

Baca Juga:  Ini Jadwal Keberangkatan dan Kepulangan Jamaah Haji 2024

Haedar lantas mengingatkan kembali yang rata-rata generasi milenial untuk memanfaatkan masa muda dengan sebaik-baiknya.

“Cinta ilmu, cinta orang, cinta pergaulan, punya banyak ilmu, senang ke masjid, dan seterusnya. Senang ke museum, Muhammadiyah punya museum di UAD. Itu punya pimpinan Muhammadiyah. Coba kalau kita pergi ke negara maju, pagi-pagi sudah antri di museum. Di London itu ada museum besar, antrinya panjang sampai ke jalan. Tapi di Indonesia itu hanya penjaganya saja. Kita yang ada di masjid harus mengubah mindset itu,” ujarnya.

وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ
Ketika anda sehat, sebelum datang sakit.

“Ketika sakit, termasuk sakit gigi. Itu betapa tidak nikmatnya sakit. Meskipun Umar bin Khattab minta sakit agar bisa merenungkan diri sendiri. Maka ketika sehat, jangan menggunakan kesehatan untuk hal-hal yang tidak penting. Gunakan untuk hal-hal yang penting,” kata Haedar.

Baca Juga:  Kuota Terpenuhi, Masyarakat Diimbau Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ
Ketika anda punya, sebelum hilang/fakir.

“Mahasiswa punya uang lebih selama sebulan, itu jangan dihabiskan semua biarpun orang tuanya punya. Saya dulu pengalaman kalau uang satu bulan itu berusaha untuk disisakan, sisanya untuk beli buku. Kalau tidak bisa beli buku, dulu mainnya di toko buku dan perpustakaan,” lanjutnya.

وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ
Ketika waktumu senggang, sebelum waktumu sibuk.

Menurutnya, orang sukses biasanya orang yang memang tidak senggang waktunya. Kalau ingin sukses jangan bersenggang-senggang dengan waktu. Penganggur itu waktunya banyak. Tetapi waktu itu tidak bisa berbuat apa-apa.

وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Ketika masih hidup, sebelum datang ajal.

“Kalau sudah ajal tiba, tua maupun muda, apapun tidak bisa kita lakukan. Dulu jarang berbuat baik, ketika ajal tiba minta waktu kepada tuhan. Tapi tuhan tidak mengizinkan lagi karna itu sudah tiba waktunya. Itulah yang harus kita samai ketika terjadi pergantian dari waktu lama ke waktu baru,” terangnya.

Baca Juga:  MER-C: RS Indonesia Kembali Beroperasi Pekan Ini

Maka orang arab punya pepatah, Waktu itu seperti pedang. Pedang itu kalau tidak anda gunakan, bisa memotong leher anda.

Maka, waktu itu bisa membuat kita lalai dan tertipu. Ada hadits lain yang menjelaskan ada dua nikmat yang membuat manusia tertipu yakni dikala sehat dan dikala luang waktu.

“Apa yang berguna? Masing-masing kita tentu tau. Ketika di rumah, manfaatkan untuk ke masjid. Kalau sudah tiba waktu shalat ada baiknya meninggalkan tijarah (transaksi ekonomi) sementara. Jangan sampai kita ada di sekitar masjid tetapi masjid itu seakan-akan masjid itu dunia asing bagi kita padahal kita muslim. Kenapa? Setiap manusia akan rugi, kecuali mereka yang beriman. Insyaallah kita semua sudah beriman. Beriman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir, dan qadha & qhadar. Tetapi menjadikan iman sebagai ruh kehidupan, itulah yang harus kita rawat. Iman itu harus menjadi ruhani kita yang shaleh,” pesannya. (R/R5/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Hasanatun Aliyah

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.