Hakikat Musibah, Menguji Keimanan dan Ketakwaan

Oleh: Insaf Muarif Gunawan/Wartawan Kantor Berita MINA Islam

Bayak kita jumpai di media sosial dan disiarkan oleh Televisi dalam negeri maupun luar negeri bahwa demi musibah tiada putus dialami umat manusia dan umat Islam yang menyelimuti tanah air, bahkan dunia, mulai kebakaran hutan dimana-mana yang mengakibatkan polusi udara tidak sehat, gempa bumi di maroko sebanyak 2.562 orang juga dilaporkan terluka dan 2.854 orang meninggal dunia dalam gempa berkekuatan 7 skala richter yang mengguncang negara Afrika Utara itu, Jumat (8/9) lalu.

Banjir Libya 2.854 orang Sekitar 5.000 rumah dilaporkan hancur pascabanjir mematikan yang disebabkan oleh Badai Daniel di wilayah Jabal Akhdar, timur laut Libya, menurut pemerintah persatuan negara itu. Setidaknya, 6000 orang meninggal dan ribuan lainnya masih hilang akibat banjir akhir pekan di timur Libya itu, menurut tokoh-tokoh pejabat.

Hidup ini tidaklah selamanya senang ataupun bahagia. Pasti ada saatnya kita merasakan dan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan, bahkan hal-hal yang menyedihkan ataupun musibah.

Dalam Al-Quran dan Hadis kata bencana dapat ditemukan dalam istilah yang bervariasi, salah satunya musibah (Indonesia: musibah). Kata musibah dalam al-Quran secara umum mengacu pada sesuatu yang netral, tidak negatif atau positif, sekalipun terdapat beberapa ayat yang mengaitkan dengan sesuatu yang negatif. Tetapi dalam bahasa Indonesia kata musibah selalu diartikan sebagai sesuatu yang negatif.

Semua umat manusia pasti akan menjumpai namanya cobaan atau musibah, Perkara musibah, bencana, cobaan dan nikmat yang dialami setiap orang, sepenuhnya adalah hak prerogatif Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua orang pasti mengalami ujian dan cobaan, bahkan ujian bukan hanya sekali dua kali, kadang ujian datang beruntun tiada henti, karena memang hidup ini adalah tempat ujian dan cobaan.

Hakikatnya adalah musibah yang ditimpakan kepada umat manusia oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menguji kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Q.S. At-Taghabun [64]: 11.

مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Sikap sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakarn tanda kejujuran iman seseorang kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Semakin besar kadar keimanan, keyakinan, tawakkal, dan kesabaran seseorang menandakan derajatnya di mata Allah Ta’ala.

Selain menguji kadar keimanan seseorang, umat manusia harus huznuzan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (prasangka baik) dengan adanya musibah dan bencana. Tidaklah Allah menurunkan bencana melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman QS. Al-Baqarah [2]: 214.

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوْا۟ مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ ٱلْبَأْسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوا۟ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصْرُ ٱللَّهِ ۗ أَلَآ إِنَّ نَصْرَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Melalui ayat ini, secara tegas dijelaskan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menguji setiap manusia dengan berbagai macam bencana dan musibah yang menjadi ujian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keimanan yang dimiliki seorang muslim.

Dan sikap yang tepat dan paling utama dalam menghadapi cobaan dan musibah adalah dengan bersabar, yaitu menyerahkan segala cobaan dan musibah yang menimpa kita kepada Allah seraya memohon bimbingan dan kekuatan dalam menghadapinya. Bersabar bukanlah hal yang mudah, karena ia memerlukan kekuatan iman, ketegaran hati, ketabahan, ketahanan diri, dan kepasrahan yang tinggi kepada-Nya untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu beratnya bersikap sabar ketika menghadapi musibah ini, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjanjikan keberkahan, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang mampu bersikap sabar.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala QS. Al-Baqarah [2]: 155-157.

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَىۡءٍ۬ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٲتِ‌ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّـٰبِرِينَ (١٥٥) ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ (١٥٦) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ۬ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌ۬‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ (١٥٧)

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (155) [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”. [2] (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (157”

Sesungguhnya cobaan dan musibah yang menimpa kita, orang beriman, adalah pertanda bahwa Allah SWT menyayangi dan mencintai kita. Dalam kitab “Tanqihul Qaul” karya Syaikh Nawawi al-Bantani dikutip hadits.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan mengujinya dengan bala (penyakit) yang tidak ada (susah) obatnya. Jika ia bersabar atas ujian tersebut, maka Allah akan memilihnya. Dan jika ia ridha, maka Allah akan menjadikannya sebagai manusia pilihan.”

Jadi, hakikatnya ujian dan musibah yang menimpa kita adalah tangga bagi kita untuk dapat mencapai derajat yang lebih tinggi di hadapan Allah, jika kita mampu menghadapi segala ujian dan musibah tersebut dengan kesabaran.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Jika terjadi atas diri seorang hamba suatu musibah atas dirinya, harta bendanya ataupun anaknya, lalu ia menghadapi dengan kesabaran yang baik, niscaya pada hari kiamat nanti Allah akan malu untuk menegakkan timbangan amal atas dirinya ataupun menyebarluaskan buku catatan amalnya.”

Sebagai penutup artikel ini, Mariah kita senantiasa memohon kepada Allah, agar kita termasuk dalam kelompok para hamba-Nya yang sabar dalam menghadapi cobaan, ujian dan musibah dalam kehidupan ini, sehingga pada akhirnya kita menjadi orang-orang yang terkasih dan mulia di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Amiin….Amiin…Amiin ya Rabbal ‘Alamin.

Wallahu Alam Bissoab

(A/R8/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.