Oleh : Ali Farkhan Tsani*
Makna Hijrah
Kata Hijrah berasal dari istilah ‘hajara’, yang artinya berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu keadaan menuju keadaan yang lain. Perpindahan di sini bermakna terus bergerak, dinamis, menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam catatan tarikh (sejarah) Islam, hijrah artinya perpindahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya karena perintah Allah dari Mekkah ke Madinah (waktu itu masih bernama Yatsrib) sejauh lebih kurang 450 km. Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal, tahun ke-13 dari kenabian, atau bertepatan dengan tangal 2 Juli 622 M. Setelah menempuh perjalanan naik unta dan jalan kaki sekitar setengah bulan, menyusuri padang pasir, bukit bebatuan, dan lembah-lembah terjal.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Adapun secara maknawi, hijrah artinya pindah dari yang dilarang menuju yang diperintahkan Allah. Sebagaimana disampaikan oleh baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ
Artinya : “Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah”. (HR Bukhari).
Hijrah Abad Fitnah
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Hijrah pada abad ini adalah hijrah abad penuh fitnah, ujian, dan godaan. Melaksanakan ibadah, menjalankan syari’at Islam, dan menghidupkan sunnah seolah-olah asing dan dianggap asing. Banyak kaum muslimin yang asing dengan syariat agamanya sendiri.
بَدَأَ الْاِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبآءِ
Artinya : “Pada awalnya Islam hadir dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi asing seperti pada awalnya. Maka berbahagialah bagi orang-orang asing”. (HR Muslim).
Inilah saatnya berhijrah dari syirik menuju tauhid, dari malas ibadah menuju ibadah yang sungguh-sungguh, dari menyepelekan Al-Quran menuju gemar bertadarus Al-Quran, dari Menunda-nunda shalat menjadi shalat tepat di awal waktu berjama’ah, dan rangkaian ibadah lainnya.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan :
الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ
Artinya : “Beribadah pada saat berkecamuknya fitnah laksana berhijrah kepadaku.” (HR Muslim).
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan saat berkecamuknya fitnah adalah saat munculnya kesimpangsiuran urusan manusia. Ibadah pada waktu itu sangat utama, karena manusia lalai darinya dan disibukkan dengan perkara lain, kebanyakan manusia tidak bersungguh-sungguh melakukan ibadah kecuali beberapa gelintir orang saja. Bahkan banyak orang yang meninggalkannya.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
Artinya : “Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun”. (HR Ibnu Majah).
Pahala Hijrah
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Pahala hijrah disebutkan di dalam beberapa ayat, antara lain :
Firman Allah :
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS Al-Baqarah / 2 : 218).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Allah mengaitkan antara iman, hijrah dengan jihad, menunjukkan hubungan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, iman-hijrah-jihad. Orang-orang yang menyatakan beriman, mereka juga wajib berhijrah dan berjihad di jalan Allah.
Imam Al-Qurthubi menyebutkan, hijrah bermakna berpindah dari suatu keadaan ke keadaan lain dan meninggalkan yang pertama karena mengutamakan yang kedua.
Memaknai Tahun Baru Hijriyah, marilah dengan keimanan di dalam jiwa kita, kita bertekad untuk berhijrah, melakukan perubahan ke arah lebih baik lagi, mengadakan dinamika ibadah yang lebih shahih dan istiqamah lagi, dengan penuh perjuangan (jihad). Sehingga kita mendapatkan rahmat (kasih sayang) dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin.
* Penulis, Redaktur Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam