Tebo, Jambi, MINA – Karakter orang beriman adalah benci pada kemungkaran yang menentang Allah dan Rasul-Nya. Sekalipun mereka adalah keluarga yang memiliki hubungan darah, bahkan ayah dan anak sendiri. Kalau sudah menentang Allah dan Rasul-Nya maka mereka harus ditinggalkan.
Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur menguraikan surat Al-Mujadilah ayat 22, pada Kajian Subuh di hadapan jamaah Masjid At-Taqwa Desa Perintis, Rimbo Bujang, Kab. Tebo, Jambi, Selasa (31/8).
Asbabun nuzul ayat ini ada beberapa versi, antara lain yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Al-Hakim dalam Al- Mustadraknya, bahwa dalam perang Badar, ayah Abu Ubaidah yang selalu menentang Allah dan Rasul-Nya, menyerang dan ingin membunuh anaknya (Abu Ubaidah bin al-Jarrah), salah seorang sahabat Rasul.
Ia menjelaskan, Abu Ubaidah selalu menghindarkan diri dengan jalan bertahan dan mengelakkan (menangkis) segala serangan senjata yang ditujukan kepadanya. Tetapi akhirnya terpaksa Abu Ubaidah membunuh ayahnya karena iman.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Tebal Jumat Ini, Sebagian Hujan
“Kalau kita bayangkan bagaimana seorang ayah yang tega hendak membunuh anaknya sendiri. Namun karena karena mereka menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sang anak pun membunuhnya,” imbuh Yakhsyallah.
Lebih lanjut ia mengatakan, contoh lainnya, ketika seorang istri yang menghalang-halangi sang suami untuk berhijrah, maka harus tinggalkan ia.
Hal tersebut pasti berat, akan tetapi kalau sudah hubungannya dengan menentang syariat, maka kita wajib tinggalkan walaupun secara manusiawi ini berat.
Imaam Yakhsyallah menyimpulkan, “kita tidak boleh taat kepada orang tua yang menjerumuskan kepada kemusyrikan.”
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
“Kalau orang tua kafir, tapi menyuruh kita untuk berbuat baik, yang tidak bertentangan dengan syariat, maka ini wajib kita melakukannya,” tegasnya. (L/R8/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza