Jangan Bersedih, Setiap Penyakit Pasti Ada Obatnya

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Tak sedikit orang yang saat sehat dia lupa menjaga tubuhnya. Namun, saat sakit datang dia terburu hati ingin segera sembuh dari penyakitnya. Padahal, sakit itu bisa jadi teguran dari atas ketergelincirannya krena tidak menjaga dan merawat tubunya.

Tubuh ini hanya pinjaman dari Allah Ta’ala. Ibarat orang yang meminjamkan motor baru kepada kita, bagaimana perlakuan kita kepada motor itu, maka begitu juga reaksi yang akan diberikan oleh orang yang meminjamkan motor tersebut.

Misalnya begini, jika motor yang dipinjamkan itu bisa terawat dengan baik. Jika bannya bocor di tambal. Jika bensinnya habis diisi kembali. Jika ada yang rusak segera diperbaikin, maka sudah tentu orang yang memberikan amanah agar motornya dijaga dan dirawat tentu saja merasa puas dan senang.

Begitu pula sebaliknya, jika tubuh yang luar biasa ini bisa terus dijaga, dirawat dan digunakan untuk ibadah di jalan Allah, sudah tentu Allah sebagai pemiliki raga ini akan merasa senang meminjamkannya kepada kita sebagai hamba.

Kembali ke judul tulisan di atas, ­likulli dain dawaun, setiap penyakit itu ada obatnya. Hal ini seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

Semua penyakit ada obatnya. Jika cocok antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً

Tidaklah Allah Ta’ala menurukan suatu penyakit, kecuali Allah Ta’ala juga menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari)

Artinya, setiap penyakit yang diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, pasti ada obatnya. Kalau ada perkataan, “Penyakit ini dan itu belum ada obatnya!”, tentu saja tidak benar. Yang benar, Allah belum menunjukkan obatnya.

Seorang muslim yang sakit, maka kewajibannya adalah berusaha dalam mencari obatnya, dengan usaha maksimal. Dalam usaha mengobati penyakit yang diderita, kita harus memperhatikan rambu-rambu yang sesuai syariat, agar tidak tergelincir ke dalam perilaku syirik.

Hal yang dilakukan ketika sakit

Seorang muslim yang diuji oleh Allah sakit setidaknya harus melakukan beberapa hal berikut ini untuk mengobatinya.

Pertama, beristighfarlah. Karena sakit itu akibat dosa manusia, maka istighfar harus menjadi jalan pertama yang dilakukan bagi seorang muslim yang sakit. Allah Ta’ala tidak pernah menzalimi hamba-Nya. Namun, hamba itulah yang menzalimi dirinya sendiri.

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْـًٔا وَّلٰكِنَّ النَّاسَ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

“Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.” (Qs. Yunus: 44).

Dosa apa sehingga seorang hamba bisa sakit? Bisa jadi dosa menzalimi dirinya sendiri. Karena raga ini adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Jika tidak, maka penyakit akan mudah datang.

Kedua, bersedekahlah. Jika lewat istighfar seorang muslim yang sakit belum juga sembuh, maka cobalah bersedekah. Insya Allah sedekah yang dikeluarkan dengan ikhlas mampu menjadi jalan kesembuhan dari berbagai penyakit.

Sebagaimana diketahui hadits tentang sedekah yang bisa menjadi jalan kesembuhan seorang dari penyakit. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Disebutkan di dalam hadis dari Abdullah bin Mas’ud dan Ubadah bin Shomit -semoga Allah meridai keduanya-, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وداوُوا مرضاكم بالصدقة

Obatilah orang-orang sakit kalian dengan bersedekah.” (Dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ dan Shahih At-Targhib).

Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan hadis ini,

فإن للصدقة تأثيرًا عجيبًا في دفع أنواع البلاء ولو كانت من فاجر أو من ظالم بل من كافر فإن الله تعالى يدفع بها عنه أنواعا من البلاء وهذا أمر معلوم عند الناس خاصتهم وعامتهم وأهل الأرض كلهم مقرون به لأنهم جربوه

Sedekah memiliki khasiat yang kuat menolak berbagai macam bala (termasuk penyakit). Bahkan, sekalipun itu dari orang yang ahli maksiat, zalim, maupun orang kafir. Melalui sedekah yang mereka lakukan, Allah angkat bala. Khasiat sedekah seperti ini disaksikan oleh banyak orang, orang-orang berilmu, atau kaum awam umumnya, bahkan seluruh penduduk bumi mengakuinya karena mereka telah merasakan sendiri.” (Jami’ Al-Fiqh 3: 7)

Jika ahli maksiat, bahkan orang kafir sekalipun, sedekah untuk menolak bala atau menyembuhkan penyakit bisa Allah Ta’ala kabulkan, terlebih jika yang melakukan adalah seorang muslim yang bertauhid dan taat kepada agama.

Ketiga, berobatlah dengan thibbun nabawi (pengobatan ala nabi). dari berbagai pendapat ulama, thibbun nabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan (penyakit) atau pengobatan.

Beberapa jenis thibbun nabawi yang masyhur di masyarakat di antaranya bekam, habbatussauda, dan madu. Thibbun nabawi sejatinya lebih luas dari ketiga hal tadi, thibbun nabawi mencakup penjelasan Rasulullah Shalllahu ‘alaihi wasallam melalui ucapan, tindakan, dan persetujuan(taqrir) atas tindakan sahabat.

Contoh takrir di antaranya adalah Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam menyetujui tindakan sahabat yang meruqyah orang yang tersengat kalajengking dengan surah al-faatihah.

Kemanjuran suatu metode pengobatan membutuhkan ketepatan diagnosis, racikan obat, penentuan dosis, ketepatan cara penggunaan, indikasi, dan kontraindikasi. Bila tidak dilakukan dengan prinsip yang benar, maka jenis pengobatan apapun termasuk thibbun nabawi dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.

Keempat, berobatlah kepada dokter yang sholeh. Penting bagi seorang muslim untuk berobat kepada seorang dokter yang dikenal shaleh/shalehah. Sebab dengan kesolehannya dia bukan hanya mengobati raga yang sakit tapi juga ruh yang sakit akan diobati.

Dokter muslim yang beriman kepada Allah dan -Nya akan benar-benar serius membantu mengobati saudara sesama muslimnya yang sedang sakit. Sehingga proses pengobatan itu tidak hanya cukup sampai di klinik atau rumah sakit, tapi saja berlanjut dengan berusaha memantau perkembangan yang berobat.

Dokter yang baik bagi seorang pasien ibarat saudara sesama muslim yang membantu saudara muslim lainnya. Seperti diceritakan Allah,

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (Qs. Al Maidah: 2)

Jadi, likulli dain dawa’un – setiap penyakit ada obatnya. Bagi yang hari ini sedang Allah uji dengan sakit, teruslah ikhtiar maksimal untuk sembuh selain perbanyak doa dan berbaik sangka kepada Allah. Lakukan langkah-langkah di atas. Semoga kelak bukan hanya sembuh yang didapat tapi juga keberkahan usia yang tersisa, wallahua’lam.(A/RS3/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.