Jambi, 26 Rajab 1438/23 April 2017 (MINA) – Imaamul Muslimin, Yakhsyallah Mansur mengingatkan pentingnya hidup berjamaah dan pedihnya perpecahan, serta hikmah hidup berjama’ah.
“Sebagaimana hadis riwayat Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Al-Jamaah adalah rahmat dan perpecahan adalah adzab,” kata Imaam Yakhsya saat mengisi Ta’lim di Pondok Pesantren (Ponpes) Ma’had Tahfidz Al-Fatah Jambi, Ahad (23/4).
Islam adalah satu-satunya agama yang mengajak kepada persaudaraan dan terwujudnya persatuan serta mengecam perpecahan dan perselisihan. “Maka Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam sebagai pembawa Risalah Islam selalu mengarahkan umatnya untuk menjaga kesatuan (Al-Jama’ah) dan menjauhi perselisihan dan perpecahan (Al-Firqah),” ujar Imaam.
Adapun hikmah hidup berjama’ah, Imaam menjelaskan, yakni merealisasikan ibadah yang sangat penting, mewujudkan kasih sayang dan persaudaraan, menyebabkan turunnya rahmat dan berkah, bertempat di tengah-tengah surge, dan menyelamatkan godaan setan.
Baca Juga: Ketua MPR RI Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi
“Dengan hidup berjama’ah akan terwujud kasih sayang dan persaudaraan antara umat Islam sebagaimana yang dirasakan oleh para sahabat dari suku Aus dan Khazraj. Pada masa Jahiliyah kedua suku itu selalu bermusuh-musuhan bahkan sering terjadi peperangan di antara mereka. Tetapi setelah masuk Islam jadilah mereka bersaudara dan saling menyayangi,” papar Imaam.
Sementara perpecahan umat dan bahayanya adalah menyebabkan hilangnya kekuatan, terlepas dari tanggung jawab nabi, menyerupai orang musyrik, hilangnya agama, dan menyebabkan mati jahiliyah.
“Barangsiapa memisahkan diri dari Jama’ah sejengkal kemudian mati, maka matinya adalah mati Jahiliyah,” jelas Imaam yang mengutip hadis riwayat Bukhori dan Muslim.
Imam juga menjelaskan, perpecahan terjadi adalah akibat perselisihan (ikhtilaf). Al-Asfahani (w. 502 H) membedakan antara tafarruq (perpecahan) dan ikhtilaf (perselisihan). Tafarruq (perpecahan) akan mengakibatkan perpisahan dan perpecahan sedang ikhtlaf (perselisihan) akan mengakibatkan perbedaan dan ketidaksamaan.
Baca Juga: HGN 2024, Mendikdasmen Upayakan Kesejahteraan Guru Lewat Sertifikasi
“Oleh karena itu, tafarruq (perpecahan) dalam bentuk apapun dilarang oleh syariat. Sementara itu ikhtilaf (perselisihan) ada yang dilarang dan ada yang ditolerir,” tegas Imaam.
Sebelumnya, Imaam Yakhsyallah Mansur juga melakukan peletakan batu pertama pembangunan kelas baru Ponpes Al-Fatah Jambi dan menyerahkan sertifikat kepada 14 santri penghafal Al-Qur’an dengan hafalan paling banyak 30 juz dan paling sedikit 11 juz. (L/R09/B05)
M’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun