Imaam Yakhsyallah Mansur: Hidup Harus Siap Hadapi Problem

Imam Yakhsyaallah Mansur menyampaikanbtausiyah di Masjid Al-Taqwa Desa Sungai Batang Mempawah (Foto: File/Zaenal MINA)

Mempawah, MINA – Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengalami ketidaksesuaian antara harapan yang kita miliki dan kenyataan yang terjadi. Maka, umat Islam harus siap menghadapi hal itu dan mengetahui cara menyelesaikannya.

Hal itu disebut sebagai “,” yaitu ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan, di mana perbedaan antara apa yang kita inginkan dan apa yang terjadi dapat menimbulkan rasa kekecewaan, bahkan stres.

Demikian disampaikan Imaam Yakhsyallah Mansur saat memberikan kepada umat muslim, usai Shalat Dzuhur di Masjid At-Taqwa, Desa Sungai Batang, Kecamatan Sunggai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar), Senin (21/8).

Menurutnya dalam kehidupan, problem akan selalu ada, maka harus siap menghadapi problem. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan tuntunan bagi umat manusia tentang bagaimana cara menghadapi problem.

Disebutkan dalam sebuah sebuah riwayat bahwa suatu ketika sahabat Abu Darda mengadu kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam.

“Sahabat ini ngadu atau curhat kepada Rasulullah shallallahu alaih wasalam, bahwa hidupnya selalu mengahadapi problem,” kata Imaam Yakhsyallah Mansur.

Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan nasihat kepada Abu Darda dengan membacakan ayat Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 129:

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Jika mereka berpaling (dari keimanan) maka katakanlah “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arasy yang agung.”

Menurutnya, setelah mendapat nasihat tersebut, Abu Darda selalu membaca:

حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Sebanyak tujuh kali setiap pagi dan sore hari dan sejak itu Abu Darda setiap menghadapi problem tak pernah lagi gelisah.

Lebih lanjut, Imaam Yakhsyallah Mansur merinci pengertian kalimat “Cukuplah Allah bagiku” atau Hasbiyallah. Yaitu, pertama Allah memberikan problem sesuai dengan kemampuannya. Kedua, kalau Allah memberi sesuatu juga pas waktunya. Dan ketiga, kalau Allah memberi nikmat tidak menuntut untuk dikembalikan.

“Karena Allah itu sebagai ilah (tuhan) kita maka kita hendaknya pasrah. Karena Dia-lah yang memelihara Arsy yang Agung,” pungkasnya. (L/B04/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.