Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indahnya Persatuan

Bahron Ansori - Jumat, 15 April 2016 - 02:27 WIB

Jumat, 15 April 2016 - 02:27 WIB

832 Views

Oleh Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur

Firman Allah:

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (63)

Artinya: “Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 63).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

Secara tekstual ayat ini menggambarkan persatuan Arab suku Aus dan Khazraj yang sangat sulit disatukan sebelum masuk Islam karena orang Arab terkenal sangat keras mempertahankan suku dan tidak bisa bersatu walaupun diantara dua orang,  demikian menurut az-Zamakhsyari.

Namun setelah masuk Islam, mereka menjadi bersatu rapat dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kesatuan ini terwujud karena mereka konsisten mengikuti tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah sehingga Allah menyatukan hati mereka dalam ikatan satu cinta, yaitu cinta karena Allah dan benci karena Allah.

Namun secara kontekstual ayat berlaku umum. Pada ayat ini disebutkan, mempersatukan hati manusia bukanlah perkara gampang walaupun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, misalnya membelanjakan seluruh harta benda yang ada di bumi untuk mempersatukan hati manusia, usaha itu tidak akan berhasil. Hanya Allah yang dapat mempersatukan hati manusia melalui ajaran Islam. Dari sini, kita mengetahui betapa tingginya nilai persatuan dalam kehidupan.

Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa Abdah bin Abu Lubabah bertemu dengan Mujahid, lalu Mujahid menjabat tangannya dan berkata, “Jika dua orang mencintai karena Allah berjumpa, lalu salah seorang diantara mereka menjabat tangan dan tersenyum kepadanya, maka dosa-dosanya berguguran seperti gugurnya dedaunan dari atas pohon.” Abdah berkata,”Perbuatan itu (berjabat tangan dan tersenyum) terlalu ringan.” Mujahid menjawab, “Jangan berkata seperti itu, sesungguhnya Allah berfirman:

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ

Ketika mendengar jawaban ini, Abdah berkata, “Tahulah aku, ia lebih mengerti dariku.”

Persatuan yang dilandasi iman kepada Allah adalah tali pengikat ajaran Islam yang paling kokoh. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

أَوْثَقُ عُرَى الْاِسْلاَمَ الْمُوَالاَةُ فِي اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالْحُبُّ فِي اللهِ وَالبُغْضُ فِي اللهِ عَزَّوَجَلَّ (الطبراني)

Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman

Artinya: “Tali Islam yang paling kuat adalah wala’ (loyal) karena Allah, memusuhi karena Allah, cinta karena Allah, dan benci karena Allah azza wa jalla.” (HR. Thabrani)

Oleh karena itu, ikatan persaudaraan dan persatuan antara sesama umat Islam adalah model persaudaraan yang terbaik dalam kehidupan umat manusia karena persaudaraan hanya berdasarkan ridha Allah, bukan berdasar kepentingan (blangen). Sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(9

Artinya: “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Hasyr: 9).

Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah

Persatuan dan persaudaraan seperti inilah yang dibina oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya. Persatuan dan persaudaraan adalah hal yang paling urgen dalam masyarakat Isalm. Persatuan dan persaudaraan tidak mungkin terbina apabila hanya dilakukan seorang diri, namun harus dilakukan secara berjamaah (bersama-sama), sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(103

Artinya: “Dan berpeganglah kamu kepada tali (agama) Allah seraya berjamaah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 103).

Di sinilah arti penting teman/ikhwan. Para ulama mengajarkan kepada kita agar dalam kehidupan ini, kita harus selalu memperbanyak teman. Sesungguhnya teman yang baik adalah pengingat ketika senang dan pendamping di kala duka, penyadar ketika salah, pendukung ketika benar. Salah seorang diantara mereka berkata, “ Perhiasan seseorang adalah banyak kawan.” Suatu ketika Muhammad bin al-Mukadir ditanya, “Apakah kelezatan yang langgeng? Ia menjawab, “Berjumpa dengan kawan dan memberi kebahagiaan kepada mereka.”

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Kehidupan ini akan terasa kering apabila kita tidak memiliki teman/ikhwan. Secara umum diketahui bahwa timbulnya problematika dalam hidup adalah lantaran hilangnya keakraban diantara teman dan memilih hidup menyendiri. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan, “Sesungguhnya serigala memburu kambing yang menyendiri. Sesungguhnya setan bersama orang yang menyendiri dan menjauh dari kumpulan dua orang.” (HR. Tirmidzi). Wallahu’alam. (R02/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Kolom
Kolom
Tausiyah
Indonesia
Kolom
MINA Preneur
Sosok