Johannesburg, MINA – Presiden RI Joko Widodo menegaskan, Indonesia masih akan mengkaji serta mempertimbangkan keikutsertaannya untuk menjadi anggota blok ekonomi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS).
Kehadiran Jokowi dalam KTT BRICS itu untuk memenuhi undangan sebagai tamu dalam kapasitas Indonesia yang sedang memegang keketuaan ASEAN.
“Kita ingin mengkaji terlebih dahulu, mengkalkulasi terlebih dahulu, kita tidak ingin tergesa-gesa,” ucap Presiden dalam keterangannya usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS ke-15 yang digelar di Johannesburg, Republik Afrika Selatan, Kamis (24/8)..
Menurutnya, meskipun demikian hubungan Indonesia dengan negara-negara anggota BRICS saat ini sudah dinilai sangat baik khususnya dalam bidang ekonomi.
Baca Juga: PSSI Anggarkan Rp665 M untuk Program 2025
“Hubungan kita dengan kelima anggota BRICS juga sangat baik dan terutama di bidang ekonomi,” ujarnya.
Jokowi juga menyampaikan, salah satu proses yang harus dilalui untuk menjadi anggota baru BRICS adalah dengan menyampaikan surat expression of interest, namun hingga saat ini Indonesia belum menyampaikan surat tersebut.
“Untuk menjadi anggota baru dari BRICS suatu negara harus menyampaikan surat expression of interest, semua harus menyampaikan surat itu, dan sampai saat ini memang Indonesia belum menyampaikan surat tersebut,” tegas Presiden.
Aliansi Ekonomi BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan sepakat mengundang enam anggota baru.
Baca Juga: Naik 6,5 Persen, UMP Jakarta 2025 Sebesar Rp5,3 Juta
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengumumkan, Kamis (24/8) bahwa kelompok negara-negara berkembang BRICS akan menyambut enam anggota baru, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) dan Iran, pada awal tahun depan.
Langkah signifikan tersebut diyakini membuka jalan bagi puluhan negara yang berminat untuk bergabung dengan blok yang berjanji memperjuangkan “Global Selatan” tersebut.
Perjanjian mengenai ekspansi juga dapat memberikan pengaruh global kepada BRICS pada saat polarisasi geopolitik memacu upaya Beijing dan Moskow untuk menjadikannya sebagai penyeimbang bagi negara-negara Barat. (R/RE1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bulog: Stok Beras Nasional Aman pada Natal dan Tahun Baru