Ini Dosa-dosa yang Tak Terampuni

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Seorang muslim dalam menjalani kehidupannya harus memperhatikan setiap aturan dari Allah dan Rasul-Nya, tujuannya agar dia selamat menjalani kehidupan di dunia dan akirat kelak. Sementara, orang-orang kafir menjalani proses kehidupan ini tidak berpegang pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka hanya mengikuti apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya belaka.

Melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya berarti menumpuk dosa. Dosa yang dilakukan seorang hamba, ada yang bisa diampuni dan ada juga yang tidak terampuni. Karenanya dalam tulisan singkat ini akan dibahas dosa-dosa apa sajakah yang tidak diampuni oleh Allah Ta’ala.

Sebenarnya, Allah Ta’ala itu Maha Lembut, Maha Penyayang kepada setiap hamba-Nya, mari kita perhatikan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini,

عَنْ اَنَسِنِ بْنِ مَالِكِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وَ سلّمَ يَقُوْ لُ, قَالَ اللهُ: يَاابْنَ اٰدَمَ اِنَّكَ مَادَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلٰى مَاكَانَ مِنْكَ وَلَااُبَالِى، يَاابْنَ اٰدَمَ، لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَٓاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِى، غَفَرْتُ لَكَ،يَاابْنَ اٰدَمَ، اِنَّكَ لَوْاَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الْاَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ لَقِيْتَنِى لَا تُشْرِكُ بِى شَيْئًا، لَاَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَامَغْفِرَةً

Artinya, “Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Ta’ala ‘anhu berkata, ”Saya mendengar Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, Allah berfirman, ”Wahai anak Adam, selama engkau berdoa kepadaKu dan selama engkau berharap kepadaKu, maka Aku akan mengampuni dosa-dosa yang ada pada dirimu dan Aku tidak perduli. Wahai anak Adam, kalau seandainya dosa-dosamu sangatlah banyak sampai ke awan yang ada di langit, kemudian engkau meminta ampun kepadaKu, maka Aku akan mengampuni engkau. Wahai anak Adam, kalau seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa dosa-dosa sebesar bumi, kemudian engkau bertemu dengan Aku dalam keadaan tidak berbuat syirik kepadaKu sama sekali, maka Aku akan mendatangi engkau dengan ampunan pula sebesar bumi.” (HR. Ath- Tirmidzi).

Inilah hadits, yang menjelaskan tentang betapa agungnya sifat Allah yang Maha Pengampun atas semua dosa yang dilakukan seorang hamba. Meskipun perbuatan dosa yang dilakukan hamba itu sebesar bumi atau setinggi langit, tetapi jika ia bertaubat dengan sebenar-benarnya kepada Allah SWT, maka niscaya Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya.

Arti dari taubat yang sebenar-benarnya adalah bahwa manusia tersebut menyesali, meninggalkan, serta berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa yang pernah ia lakukan.

Lalu seperti apakah dosa-dosa yang jika dilakukan seorang hamba tetapi Allah SWT tidak akan mengampuni dosa-dosa itu? Jawabnya ada. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dalam sebuah hadist berikut,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ

وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ

وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Artinya, “Jauhilah (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah itu?” Beliau menjawab, “Syirik kepada Allah; sihir; membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan haq; memakan riba; memakan harta anak yatim; berpaling dari perang yang berkecamuk; menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina.”  (HR.  Bukhari dan Muslim)

Pertama, syirik. Allah SWT berfirman Allah SWT berikut,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا

Artinya, “Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.”  (Qs. An-Nisa’ ayat 116).

Syirik merupakan perbuatan yang menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu, misalnya dengan berhala maupun makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Orang yang melakukan dosa syirik disebut musrik. Syirik digolongkan menjadi dosa yang sangat besar, dan Allah SWT tidak akan mengampuni dosa ini.

Kedua, menuduh wanita sholehah telah berbuat zina. Ini adalah perbuatan dosa yang tidak terampuni oleh Allah Ta’ala. Allah SWT telah berfirman,

وَ الَّذينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَناتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَداءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمانينَ جَلْدَةً وَ لا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهادَةً أَبَداً وَ أُولٰئِكَ هُمُ الْفاسِقُون

Artinya, “Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan terhormat (berbuat zina), kemudian itu tidak mengemukakan empat saksi, maka hendaklah mereka didera delapan puluh kali dera­an, dan janganlah diterima ke­saksian dari mereka selama ­lamanya. Itulah orang-orang fasik.”  (Qs. An- Nuur ayat 4).

Zina merupakan perbuatan bercampurnya laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan pernikahan. Ini adalah dosa yang sangat besar, dan sebagai hukumannya maka pelaku zina akan mendapatkan hukuman dari Allah SWT baik itu selama mereka di dunia maupun ketika mereka berada di akhirat kelak. Karena itu, berhati-hatilah jangan sampai menuduh wanita-wanita yang baik berzina.

Kedua, sihir. Dosa yang tak terampuni selanjutnya adalah sihir. Sihir tergolong ke dalam perbuatan dosa yang sangat besar, karena sihir merupakan salah satu perbuatan setan dan orang yang melakukannya termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir.

Allah SWT berfirman :

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Artinya, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (Qs. Al- Baqarah ayat 102).

Keempat, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan haq. Maksudnya adalah manusia baik itu muslim maupun non muslim haram untuk dibunuh tanpa adanya alasan yang dibenarkan oleh syariat. Hal ini sebagaimana Firman Allah berikut,

وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ

Artinya, “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan suatu (sebab) yang benar.” (Qs. Al- An’am ayat 151).

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

Artinya “Siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (Qs. Al- Maidah ayat  32).

Kelima, memakan harta anak-anak yatim. Ini termasuk dosa yang tak terampuni oleh Allah Ta’ala. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT,

وَآَتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا

Artinya, “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim itu harta-harta mereka. Dan janganlah kalian mengganti yang buruk dengan yang baik, jangan mencampurkan harta mereka ke dalam harta kalian, sesungguhnya (perbuatan itu) merupakan dosa yang besar.” (Qs. An- Nisa’ ayat 2).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala menegaskan,

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا

Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Qs. An- Nisa’ ayat 10)

Begitulah, memakan harta yang menjadi hak anak-anak yatim dengan cara yang batil termasuk perbuatan zalim, dan itu merupakan dosa yang sangat besar.

Keenam, riba. Allah SWT telah berfirman terkait dengan orang-orang yang memakan riba,

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Artinya, “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al- Baqarah ayat 275).

Ketujuh, meninggalkan peperangan (jihad). Para ulama telah sepakat bahwa meninggalkan medan peperangan (jihad) adalah salah satu bentuk perbuatan . Allah SWT juga telah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ  وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, Maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, Maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. dan Amat buruklah tempat kembalinya.” (Qs. Al Anfal ayat 15-16).

Saudaraku, mari berazzam untuk menjauhi dan meninggalkan semua dosa-dosa besar itu. Ingat, Allah Ta’ala Maha Pengampun kepada setiap hamba-Nya selama hamba itu tidak melakukan dosa-dosa besar seperti syirik dan lainnya. Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan taufik kepada kita untuk tetap istikomah dalam setiap kebaikan, wallahua’lama.(A/RS3/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.