Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
MASALAH memang menjadi masalah bagi hampir setiap orang. Karena masalah hakikatnya adalah ujian dari Allah, maka Dia pulalah yang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi manusia.
Dalam menyelesaikan masalah, beda orang beda pula cara menyelesaikannya. Orang tak beriman, untuk menyelesaikan masalah terkadang ambil jalan pintas; minum alkohol, atau bahkan bunuh diri. Sepintas, masalah selesai. Namun, dia lupa cara menyelesaikan setiap masalah di dunia ini kelak di akhirat akan dipertanggungjawabkan. Dengan cara baik dan diridhai Allah-kah dia menyelesaikan masalahnya? Atau dengan cara menzalimi diri sendiri seperti bunuh diri misalnya.
Dalam agama mulia ini (Islam) untuk menyelesaikan masalah senantiasa terarah dan diarahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menyelesaikan masalah bukan dengan serampangan dan seenak udele dewe (seenak perutnya saja). Ada hal-hal yang menjadi panduan seorang muslim untuk menyelesaikan masalahnya. Berikut cara Islam menyelesaikan masalah.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Pertama. Mengucapkan kalimat istirjaa (yaitu mengucapkan do’a Inaa lillahi wa inaa ilihi raji’un) ketika mendapat musibah. Jika seseorang ditimpa musibah, maka pertama kali yang harus dilakukan untuk bisa mengobatinya yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dengan mengucapkan,
قال الله تعالى: { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ } ( سورة البقرة : 156)
“Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali.” Qs. al-Baqarah: 156.
Dan kalimat istirjaa ini termasuk bagian dari adab Nabawi yang agung, karena kalimat tersebut akan membuat hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari haditsnya Umu Salamah semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan, “Saya mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ما من مسلم تصيبه مصيبة، فيقول ما أمر الله: }إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ{ اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أخلف الله له خيرا منها…”)) (رواه أبو داود والدارقطني وغيره)
“Tidaklah seorang muslim terkena musibah, kemudian mengucapkan kalimat yang telah diperintahkan oleh Allah Ta’ala dalam (kitabNya) yaitu mengucapkan “inaa lillahi wa inaa ilahi roji’un”, Ya Allah berilah pahala pada musibah yang menimpaku, dan berilah ganti darinya yang lebih baik, melainkan Allah pasti akan menggantinya yang lebih baik darinya“. HR Muslim.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Kedua. Perlahan dan tidak tergesa-gesa. Kebanyakan masalah biasanya terjadi dalam ruang lingkup anggota keluarga atau antara pasangan suami istri, atau bisa juga terjadi antar sesama teman dan saudara. Oleh karenanya jika terjadi masalah, maka bagian terbesar yang bisa membantu untuk memecahkanya adalah sikap pelan-pelan tidak terburu-buru sambil berpikir tentang masalah yang sebenarnya dan tidak tergesa-gesa di dalam mengambil keputusan.
Dan keputusan tetap berada di tanganmu, jika kamu mempunyai pemikiran untuk hari ini. maka itu merupakan pemikiran untuk hari esok juga, tidak ada yang membuat dirimu merasa di rugikan dengan lambatnya kamu di dalam mengambil keputusan, bahkan dengan sebab itu pikiranmu bisa berubah untuk mendapat keputusan yang terbaik, begitu seterusnya. Terlebih dengan diiringi hati yang tenang, kemarahan telah sirna dan kegalutan pun telah pergi, maka itu bisa lebih banyak membantu untuk menemukan solusi yang tepat. Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Aisyah di dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عليك بالرفق وإياك والعنف والفحش، فإن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه”)) (رواه مسلم)
“Berbuatlah dengan lembut lembut dan jauhi olehmu permusuhan dan perbuatan keji, sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu diletakkan pada suatu perkara melainkan ia pasti akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut lemah lembut tersebut dari suatu perkara melainkan akan menjadikan jelek“. HR Muslim.
Ketiga. Sabar. Tidaklah kedua telingamu mendengar kalimat musibah melainkan pada telinga satunya harus ada kalimat sabar. Kalau seandainya hal itu tidak kamu lakukan maka masalah atau problem tersebut akan menjadi semakin membesar, yang pada nantinya membuat patah semangat dan berujung enggan untuk menyelesaikanya. Namun Allah Azza wa jalla Maha Penyayang dalam hal ini kepada para hambaNya, di mana Dia telah menundukan bagi mereka cara jitu untuk mengatasi masalah yaitu dengan kesabaran.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Dalam agama, sabar mempunyai kedudukan yang sangat urgen, bahkan ia merupakan bagian dari agama itu sendiri, di mana sabar adalah tempat berteduhnya bagi para penyabar, dan merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan di surga. Yang mana Allah Ta’ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar dengan pahala yang sangat besar, hal itu seperti yang di jelaskan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ) إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ( ( سورة الزمر : 10)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. QS az-Zumar: 10.
Berkata Imam al-Auz’ai: “Balasan bagi orang yang sabar tidak lagi ditimbang, maupun diukur namun langsung diambilkan tanpa ada batasannya”.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن، إن أصابته سراء شكر، فكان خيرا له، وإن أصابته ضراء صبر، فكان خيرا له)) (رواه مسلم)
“Sungguh sangat menakjubkan perkaranya seorang mukmin itu, semua perkaranya baik, dan tidak ada pada seorang pun melainkan hanya seorang mukmin, jika dirinya mendapat reziki dia bersyukur, maka itu baik baginya, jika dirinya ditimpa musibah lalu bersabar itu juga baik baginya“. HR Muslim.
Sikap sabar sendiri mempunyai makna yang dalam yaitu berhenti bersama musibah dengan cara menyikapinya dengan cara yang baik.
Jika seorang muslim tidak sabar ketika tertimpa sebuah musibah, tidak pula mengharap pahala dari sebab musibah tersebut, maka hilang sudah pahala dan ganjaran dari Allah Ta’ala pada hari-hari musibah tersebut.(A/RS3/P1)
bersambung…
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Mi’raj News Agency (MINA)