Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Tak jarang, tamu adalah ‘malaikat’ yang diutus Allah untuk mengubah hidup menjadi lebih baik, dengan syarat, sangat tergantung bagaimana cara kita memperlakukan tamu-tamu yang datang ke rumah kita.
Dalam Islam, memuliakan tamu adalah sebuah amal shalih yang pahalanya bukan saja akan dibalas oleh Allah di akhirat sebagai tabungan, tapi juga akan mendapatkan balasan secara langsung di dunia yang akan segera dirasakan oleh pelakunya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Tentang bagaimana cara memuliakan tamu ini, Allah Ta’ala sudah mengutus Nabi Ibrahim AS yang menjadi teladan positif dalam melayani tamu-tamunya. Dalam surat adz Dzariyat diceritakan bagaimana Nabi Ibramin kala itu yang menjamu tamunya dengan baik.
(24) “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yaitu malaikat-malaikat) yang dimuliakan; (25) (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: “Salaamun”. Ibrahim menjawab: “Salaamun (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”; (26) Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk; (27) Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan.” (QS Adz Dzariyat : 24 – 27).
Supaya kita lebih termotivasi lagi dalam melayani tamu, maka setidaknya ada beberapa keutamaan dalam memuliakan tamu. Berikut ini akan dibahas satu per satu :
Pertama, Mendapat Pahala Seperti Ibadah Haji dan Umrah
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Masya Allah, dahsyat sekali memuliakan tamu. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, memuliakan tamu itu ganjaran pahalanya sama dengan pahala seperti melakukan ibadah haji dan umrah. Tentu rasanya tidak ada seorang muslim pun yang menolak memuliakan tamu jika ia mengetahu pahalanya yang begitu besar?
Dari Ibnu Abas radhiyallahu ‘anhNabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika ada tamu masuk ke dalam rumah seorang mukmin, maka akan masuk bersama tamu itu seribu berkah dan seribu rahmat. Allah akan menulis untuk pemilik rumah itu pada setiap kali suap makanan yang dimakan tamu seperti pahala haji dan umrah.” (sumber: Adab Bertamu dalam Islam; Hukum Menyakiti Hati Anak Yatim).
Bisa jadi satu di antara seribu berkah itu adalah kesehatan, rezeki yang senantiasa berlimpah, urusan yang selalu dimudahkan Allah, anak keturunan yang shalih, usia yang panjang dan penuh ketaatan kepada Allah Ta’ala. Bahkan, sederet keberkahan lain yang kita tidak pernah ketahui akan mengubah hidup kita menjadi lebih selamat; dunia akhirat.
Kedua, Menghapus Dosa Tuan Rumah
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Tahukah kita, pundak ini bisa jadi sakit bukan karena lelah memikul beban berat. Namun, bisa jadi pundak-pundak kita lelah dan sakit akibat memikul banyaknya dosa yang kita lakukan; disadari atau tidak.
Tahukan kita (sebagai tuan rumah), bisa jadi sakit yang menimpa salah satu anggota keluarga kita bukan hanya karena faktor kurangnya kita menjaga kebersihan, atau menjaga kesehatan lainnya. Namun, bisa jadi karena dosa-dosa yang dilakukan di antara suami dan istri dalam rumah tangga itu; disengaja atau tidak.
Selain melakukan muhasabah dan diiringi memperbanyak istighfar, salah satu cara agar Allah Ta’ala menghapus dosa-dosa tuan rumah adalah dengan cara memuliakan tamu. Karena itu, jika terasa sudah sekian minggu tidak ada tamu yang berkunjung ke rumah kita, maka cobalah sesekali dirancang sebuah acara yang bermanfaat untuk mendatangkan tamu-tamu itu. Muliakan mereka agar Allah menghapus dosa-dosa kita.
Inilah hadis yang mengatakan siapa saja yang memuliakan tamu, maka Allah akan menghapus dosa-dosanya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Wahai sekalian manusia, janganlah kalian membenci tamu. Karena sesungguhnya jika ada tamu yang datang, maka dia akan datang dengan membawa rezekinya. Dan jika dia pulang, maka dia akan pulang dengan membawa dosa pemilik rumah.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Demikian juga yang diriwayatkan dalam hadis Ali Ibn Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa kepada Ali beliau bersabda, “Wahai Ali, jika kamu dikunjungi oleh tamu, maka ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan anugrah kepadamu. Sebab Dia telah mengutus sesuatu yang bisa menyebabkan dosamu diampuni.”
Ketiga, Seluruh Penghuni Rumah Akan Disinari Cahaya Kebaikan
Dengan kedatangan tamu dan kita memuliakan mereka sebagai tamu yang kita perlakukan dengan sopan dan ramah, maka Allah akan menyinari cahaya kebaikan untuk seluruh anggota keluarga yang ada di rumah tersebut meskipun tingkat keimanan dan ketakwaan yang dimiliki berbeda-beda.
Sebuah hadis riwayat Mu’adz Ibnu Jabal radhiyallahu ‘anhuma mengisahkan, “Tidak ada satu rumahpun yang dikunjungi oleh tamu, kecuali Allah Tabaarak wa Ta’ala mengutus ke rumah tersebut satu malaikat yang menyerupai burung selama empat puluh hari sebelum tamu itu sampai. Malaikat itu akan menyeru: ‘Wahai pemilik rumah si fulan ibn si fulan, tamu kalian akan datang pada hari ini dan itu. Sedangkan balasan dari Allah adalah ini dan itu.’ Para malaikat yang diwakilkan untuk menjaga rumah itu berkata: ‘Balasan apa lagi yang akan diterima?’ Maka keluarlah malaikat tadi kepada mereka dengan membawa sebuah catatan yang tertulis: ‘Allah telah mengampuni penghuni rumah tersebut, meskipun jumlah mereka seribu.’”
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Dalam keterangan lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda, “Tidak ada seorang hamba mukminpun yang memuliakan seorang tamu ikhlas karena Allah Yang Maha Dermawan, kecuali Allah akan memperhatikannya sekalipun dia berada di antara kerumunan orang. Seandainya tamu yang datang termasuk ahli surga dan pemilik rumah ahli neraka, maka Allah Ta’ala menjadikan pemilik rumah tersebut termasuk ahli surga karena telah memuliakan tamunya.” (baca: Manfaat Senyum Dalam Islam; Hak Muslim Terhadap Muslim Lainnya).
Keempat, Teladan dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam
Tidak ada ajaran yang melebihi ajaran Islam dalam memuliakan tamu. Memuliakan tamu, sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Bliau adalah Nabi yang sebelum memerintahkan kepada umatnya, maka dirinya sendiri sudah mengamalkannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah teladan kebaikan dalam semua lini kehidupan manusia, termasuk bagaimana cara memuliakan tamu.
Dalam sebuah hadis, dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Kelima, Menjadi Ladang Sedekah
Sikap ramah dan memberikan jamuan yang kita berikan kepada tamu saat mereka berkunjung ke rumah adalah ladang sedekah bagi tuan rumah, terlebih jika tamu yang berkunjung menginap sampai lebih dari tiga hari. (baca : Hikmah Sedekah dalam Islam; Manfaat Sedekah Anak Yatim).
Dari Abu Hurairah mengisahkan bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Haknya tamu itu selama tiga hari, maka yang lebih dari itu menjadi sedekah.” (HR. Abu Dawud).
Tamu adalah orang mulia yang harus kita santuni dengan segala kebaikan, tentu saja sesuai kemampuan yang dimiliki; bukan pula memaksakan diri sehingga menyulitkan keluarga itu sendiri. Hak tamu adalah tiga hari untuk disantuni dan dilayani dengan segala kebaikan. Namun, setelah lebih tiga hari maka apa yang diberikan tuan rumah adalah sedekah.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Keenam, Termasuk Amalan Surga
Menerima dan memuliakan tamu termasuk dalam perilaku atau amalan yang mendekatkan kita kepada surga. Perkara ini dikisahkan dalam hadis dari Humaid Ath-Thawil dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ada suatu kaum datang kepadanya untuk menjenguk sakitnya, lalu (Anas) memanggil pembantunya, “Hai anak perempuan, bawalah ke sini untuk teman-teman kita walaupun sedikit (makanan), karena saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Kemuliaan akhlak termasuk amalan-amalan surga.” (HR. Thabrani).
Selain itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang mendatangi saudaranya yaitu mengunjunginya karena Allah, kecuali ada malaikat yang menyerunya dari langit dengan mengatakan, “Sangat baik perbuatanmu dan surga yang baik untukmu. Dan jika tidak demikian, Allah berfirman di kerajaan ‘Arsy-Nya, “Hamba-Ku berkunjung karena Aku, dan pasti Aku akan memulyakannya.” Maka Aku tidak ridla memberi balasan baginya kecuali surga.” (HR. Abu Ya’la).
Ketujuh, Sebagai Bentuk Keimanan dan Ketakwaan Terhadap Allah
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Salah satu wujud dari keimanan seorang muslim adalah bagaimana ia melayani tamunya. Karena memuliakan tamu adalah bukti keimanan seorang hamba kepada Allah dan hari akhir. Hal ini dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
Demikian beberapa keutamaan memuliakan tamu. Semoga tulisan di atas bisa menjadi wasilah bagi setiap muslim untuk menambah ilmu sehingga bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, wallahua’lam. (A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh