Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

IPB-Perpusnas-ANRI Kerjasama untuk Hadapi Revolusi 4.0

Hasanatun Aliyah - Selasa, 10 Juli 2018 - 20:52 WIB

Selasa, 10 Juli 2018 - 20:52 WIB

4 Views

dok IPB

Bogor, MINA – Unit Arsip Institut Pertanian Bogor (IPB),  Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerjasama menyatukan kekuatan untuk mengahadapi revolusi industri 4.0.

Acara itu ditandai dengan melakukan penandatanganan kesepahaman (Memorandum of Understanding/ MOU) antara IPB dengan Perpustakaan Nasional RI, IPB dengan ANRI, sekaligus menggelar Seminar Nasional “Kesigapan Arsip dan Pustakawan Memasuki Era Revolusi Industri 4.0,” Selasa (10/7) di Kampus IPB Dramaga.

Penandatanganan kerjasama IPB dengan Perpustakaan Nasional ini dilakukan oleh Rektor IPB, Dr. Arif Satria  dan Kepala Perpustakaan Nasional RI,  Muhammad Syarif Bando dan Kepala Arsip Nasional RI,  Dr. Mustari Irawan, MPA.

Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando, mengatakan, bisa jadi tugas seorang pustakawan harus berubah.

Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas

“Kita dituntut bergerak memahami apa yang dibutuhkan masyarakat. Seberapa  besar masyarakat mengakses perpustakaan khususnya Perpustakaan Nasional. Seberapa besar kemampuan Perpustakaan Nasional menghimpun semua informasi apa yang dibutuhkan masyarakat. Budaya baca Indonesia rendah. Saya masih ragu di pedalaman Indonesia, masyarakat rajin membaca buku. Bisa jadi satu buku dibaca oleh 15 ribu orang. Artinya Indonesia lapar buku,”  jelas Syarif.

Ia menemukakan bahwa perpustakaan dapat menjembatani kepentingan orang. Perpustakaan juga berperan dalam pertumbuhan ekonomi.

“Ada masyarakat di Papua tidak bisa mengakses buku baru. Jangan lagi ikut mengeluh tentang budaya baca. Seorang guru besar merekomendasikan  buku kepada tukang bakso. Saya yakin tidak akan dibaca. Coba jika memberi buku tentang satu gerobak menjadi puluhan gerobak, saya yakin dibaca.  Berikan buku sesuai dengan apa yang dihadapi orang tersebut. Itulah esensi perpustakaan. Membaca,” ujarnya.

Lebih lanjut Muhammad Syarif mengatakan, perpustakaan memiliki peran yang fundamental yaitu kemampuan menyatukan kekuatan.

Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III

“Apa yang dimiliki IPB dan perguruan tinggi lain, mari kita satukan dan berbagi bersama melalui satu aplikasi, migrasi data. Dengan demikian semoga masyarakat yang ada di daerah yang belum terkoneksi melaui Perpustakaan Nasional bisa mengakses. Tidak berguna memiliki koleksi banyak buku. Namun budaya bacanya rendah. Mustahil bicara kesejahteraan tanpa kecerdasan,” jelasnya.

Oleh karena itu, kata Muhammad Syarif  menyampaikan bahwa perpustakaan harus melakukan reorientasi definisi.

“Bukan hanya tentang buku, rak dan perpustakaan tersebut sebagai gudang ilmu. Definisi tersebut harus segera diubah. Dengan masuk era Industri 4.0 seperti saat ini budaya baca akan semakin meningkat. Di era 4.0 ini, 800 juta pekerjaan manual akan hilang,” tambahya.

Sementara itu Kepala Arsip nasional  RI, Mustari Irawan,menjelaskan pentingnya peran kearsipan yang seringkali dihadapkan pada permasalahan lokal, regional, masalah yang sangat kompleks, sosial, ekonomi dan politik.

Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo

Dalam hal ini, IPB juga memfasilitasi MoU antara  Perpustakaan Nasional RI,  ANRI dan beberapa perguruan tinggi di wilayah Bogor dan sekitarnya. Perguruan tinggi tersebut diantaranya: Universitas Pertahanan Indonesia,  Universitas Nusa Bangsa, Universitas  Djuanda, Universitas Ibnu Khaldun, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan,  Universitas Islam Assyafiiyah, Universitas Siliwangi dan Universitas Pakuan.

Rektor IPB, Dr. Arif Satria menyampaikan ucapan selamat, dengan adanya kerjasama Perpustakaan Nasional  RI, ANRI dengan IPB dan perguruan tinggi wilayah Bogor serta sekitarnya dapat menjadikan sinergi semakin kuat.

Menurutnya, pustakawan harus dapat membaca tanda-tanda perubahan zaman yang terjadi dan yanga akan terjadi.

“Dengan membaca tanda-tanda perubahan zaman, maka perpustakaan dapat menyesuaikan diri sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” katanya. (R/R10/P2)

Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue

Rekomendasi untuk Anda