Oleh : Soraya Nur Sarqiyah, Aktivis Muslimah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Lampung Utara.
Ketika berbicara tentang kemenangan Islam pada awa-awal abad pertama Islam ditegakkan, maka sesungguhnya di antara komponen penting yang menjadikan Islam tegak di atas muka bumi ini adalah karena Islam mampu melahirkan para wanita-wanita luar biasa, para wanita yang ‘wa mahyaaya, wa mamaatii, lillah’ yakni hidup dan matinya adalah untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Mereka berpegang teguh pada agama Allah, melaksanakan kewajiban sebagai muslimah, hingga akhirnya tercapailah kemenangan Islam.
Maka dari dulu hingga era sekarang ini, kaum muslimah adalah salah satu tujuan kaum kafir untuk dirusak akhlaknya, hingga keyakinannya pada Allah. Karena apabila seorang muslimah sudah rusak, maka seluruh komponen yang ada di sekitarnya pun rusak.
Baca Juga: Tahanan Wanita di Penjara Damoun Israel Alami Perlakuan Tidak Manusiawi
Yang pertama suaminya, dia tidak akan memiliki partner akhirat yang baik. Akan sulit sehidup sesurga dengan orang yang tidak memiliki visi misi hidup yang tidak mendasar pada ketakwaan dan ketaatan kepada Allah.
Yang kedua anaknya, mereka tidak memiliki ibu yang bisa mengarahkan kepada visi misi yang benar dalam hidupnya. Hasilnya, tidak ada generasi yang memiliki komitmen untuk membela kebenaran dan menghadang laju kekafiran.
Tercatat dalam sejarah kisah-kisah kehidupan luar biasa bagaimana peran muslimah benar-benar menjadi syarat kemenangan Islam.
Baca Juga: UNRWA Sebut Kelaparan di Gaza telah Mencapai Tingkat Kritis
Salah satu mujahidah Islam pada masa Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Ummu Umarah. Beliau yang ketika Perang Uhud dengan gagah berani tampil menghadang laju tentara kafir yang berniat membunuh Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.
Ummu Umarah yang ketika itu sudah tidak memiliki senjata apapun, tetapi tanpa gentar terus melindungi Rasul dengan tubuhnya. Dia tahan setiap sabetan pedang kafir Quraisy ke arah Rasul dengan badannya. Allahu Akbar.
Akibatnya Ummu Umarah mengalami 12 luka sayatan pedang. Hingga Rasul mengatakan “Siapa yang sanggup melakukan seperti yang engkau lakukan wahai Ummu Umarah?”
Begitulah para sahabiyah mengekspresikan cintanya kepada Rasul, melawan kekafiran di bumi Allah ini.
Baca Juga: Lebih dari 435 Wanita Palestina Ditahan Sejak 7 Oktober 2023
Lalu bagaimana dengan kita kaum muslimah. Apakah hati kita tidak terketuk untuk melakukan sesuatu?
Kaum muslimah, jihad memang tidak hanya diartikan turun ke medan perang saja. Kita tidak dituntut segagah Ummu Umarah yg melindungi Rasul dari sabetan pedang orang-orang kafir dengan tubuhnya, yang setiap ada seruan jihad dia akan turut andil untuk berperang.
Tapi, ambillah pelajaran berharga dari keimanan beliau. Lalu tanyakan kepada diri kita sendiri, ‘Jihad apa yang akan aku lakukan untuk menegakkan agama ini?’
Palestina, dengan sederet kejadian-kejadian tragis yang menumpahkan banyak darah para mujahid dan mujahidah Islam dan belum berhenti hingga hari ini.
Baca Juga: Palestina Sambut Baik Gencatan Senjata di Lebanon
Kiblat pertama kaum muslimin itu masih memerlukan pahlawan-pahlawan baru, gagah, cerdas, pahlawan-pahlawan dengan iman yang kuat, yang hidup dan matinya adalah untuk Allah.
Dan sesungguhnya pahlawan Islam yang demikian itu akan lahir dari rahim muslimah yang taat dan beriman kepada Allah.
Al Khansa’
Tumadhar binti Amr, yang lebih kita kenal dengan Al Khansa’. Beliau lah ibu para mujahid keempat anak lelakinya yang lebih dulu syahid di medan perang. Empat putera kandung Al Khansa’ yang merupakan buah hati dan denyut jantungnya bergabung dengan pasukan muslim yang ditugaskan menyerang Qadisiyah.
Baca Juga: Dua Tentara Zionis Israel Tewas di Gaza, Salah Satunya dari Komunitas Druze
Sebelum jatuh ke tanah dan meraih mati syahid, setiap putra Al-Khansa’ Radhiyallahu A’nha itu sempat melantunkan pernyataan yang dirangkai dalam bait-bait puisi:
Putra pertama berpuisi,
Saudara-saudaraku, wanita tua yang memberi nasihat itu,
Telah memberi nasihat pada kita tadi malam
Nasihatnya sangat jelas dan pernyataannya lugas
Kalian akan berhadapan dalam pertempuran
Dengan bala tentara pasukan sasan (Persia)
Mereka hanya seperti anjing yang melolong
Putra kedua berkata,
Baca Juga: Israel Lancarkan Serangan ke Beirut Beberapa Jam Sebelum Gencatan Senjata
Sesungguhnya wanita tua itu,
Yang tekadnya bulat dan tegar itu
Telah menyuruh kita agar tetap teguh dan benar,
Itulah nasihat yang menunjukan kasih sayangnya kepada kita
Maka teruslah berperang dan habisi musuh sebanyak-banyaknya.
Putra ketiga berkata,
Demi Allah, kita tidak akan melanggar sedikit pun nasihat wanita tua itu
Karena itu bukti kasih sayangnya yang tulus dan lembut
Kobarkan semangat perang dan serbulah pasukan musuh
Hingga kalian berhasil melumat pasukan
Kisra habis-habisan.
Putra keempat berkata,
Baca Juga: Abah Muhsin, Pendekar yang Bersumpah Jihad Melawan Komunis
Aku tidak pantas menjadi anak Al-Khansa’ dan Akram
Aku tidak pantas menjadi anak yang terhormat yang dibanggakan
Jika tidak berada di garis depan melawan pasukan ‘Ajam
Menyerbu tanpa rasa gentar dan melibas setiap serangan.
Ketika sang Ibunda mendengar berita kematian empat puteranya dalam hari yang sama, ia sama sekali tidak menampar pipi sendiri dan tidak pula merobek pakaiannya, melainkan menerima berita duka itu dengan penuh keimanan dan kesabaran.
“Alhamdulillah yang telah memberiku kemuliaan dengan kematian mereka. Aku berharap, Allah akan mengumpulkanku dengan mereka di tempat limpahan kasih sayang-Nya”, harap Al-Khansa’.
Kaum muslimah, jadilah seperti Al Khansa’, tidak ada secuil kesedihan pun melekat di hatinya ketika semua anaknya mati syahid di medan juang. Karena ia memegang janji Allah, ada surga yang mereka tunggu di balik itu semua.
Baca Juga: Breaking News: Israel Hezbollah Sepakati Gencatan Senjata
Kaum muslimah adalah pembentuk generasi. Kita adalah pembentuk para mujahid-mujahidah pembebas Masjid Al-Aqsha yang setiap saat menunggu pembebasnya.
Jadilah sebaik-baik muslimah, jadilah ibu cerdas bagi anak-anak kita, lahirkan generasi-generasi pembebas Al-Quds. Bentuk generasi-generasi penegak kalimatullah. Ingat, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Maka dari itu besarkan anak-anak kita bukan hanya untuk menjadi sarjana, tapi lebih jauh dari itu didik mereka untuk menjadi pembangun peradaban. Tanamkan kepada anak-anak kita akidah yang kuat, dan iman sekuat baja.
Itulah jihad kita, itulah peran muslimah untuk Al-Aqsha. Persiapkan anak-anak kita untuk suatu hari nanti yang akan kita jadikan hadiah terbaik kita untuk Masjidil Aqsha, untuk Palestina. (A/sry/B01/P1).
Baca Juga: Keledai Jadi Penyelamat Warga Gaza di Tengah Perang
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: AS Tolak Rencana Israel untuk Caplok Tepi Barat yang Diduduki