Kebakaran Hutan di Kalbar, 150 Hotspot Terdeteksi

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB. (Foto: Royhanul Iman/MINA)

Jakarta, MINA – Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat (Kalbar) terus berlangsung meski upaya pemadaman terus dilakukan. Jumlah hotspot (titik panas) kebakaran hutan dan lahan masih tetap tinggi.

Berdasarkan pantauan satelit Aqua, Terra, SNNP pada catalog modis LAPAN pada Ahad (6/8) pagi terdeteksi 150 hotspot di Kalbar, dengan 109 hotspot kategori sedang (tingkat kepercayaan 30-79%) dan 41 hotspot kategori tinggi (tingkat kepercayaa  tinggi lebih dari 80%).

“Jumlah hotspot ini jauh lebih banyak daripada daerah lainnya. Secara nasional terdeteksi ada 282 hotspot,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Sutopo Purwo Nugroho seperti dimuat situs lembaga itu.

Perincian sebaran 282 hotspot tersebut adalah Papua 7 hotspot, NTT (12), Kalimantan Barat (150), Lampung (9), Jawa Timur (5), Jawa Tengah (6), Jawa Barat (5), Papua Barat (2), NTB (3), Babel (11), Kepri (4), Maluku (2), Sulteng (1), Gorontalo (1), Sumsel (23), Kalteng (1), Riau (16), Sumut (9), Jambi (2), Sumbar (2), Sulsel (18), Maluku Utara (1).

Di lapangan jumlah hotspot ini kemungkinan lebih banyak karena adanya daerah-daerah yang  tidak terlintasi satelit saat ada kebakaran hutan dan lahan.

Hingga saat ini lima provinsi telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan  yaitu Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.

“Di Kalimantan Barat terdapat 5 kabupaten yang telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan yaitu Kabupaten Kubu Raya, Ketapang, Sekadau, Melawi, dan Bengkayang,” ujar Sutopo.

Namun justru daerah yang banyak hotspot-nya, seperti Kapuas Hulu, Sanggau, Sintang dan Landak, belum menetapkan siaga darurat saat ini.

Sebaran hotspot kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat pada Minggu (6/8/) pagi adalah Bengkayang 1 hotspot,  Kapuas Hulu (23), Ketapang (10), Kubu Raya (19), Landak (13), Melawi (7), Pontianak (8), Sanggau (45), Sekadau (2), dan Sintang (22).

Pengawasan Kurang

Lokasi hotspot kebakaran hutan dan lahan berada pada lahan perkebunan swasta, lahan milik masyarakat, dan di taman nasional.

Sutopo mengatakan plotting lokasi hotspot tahun 2015, 2016 dan 2017 menunjukkan lokasi kebakaran hutan dan lahan ada yang selalu berulang setiap tahun seperti di Taman Nasional Tesso Nelo, OKI, daerah perbatasan antara Riau dan Jambi, dan beberapa daerah lainnya.

“Ada juga daerah-daerah yang baru yang sebelumnya tidak terbakar. Kebakaran hutan dan lahan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh Jambi makin ke arah timur atau makin mendesak ke hutan  untuk perluasan kebun.”

Daerah-daerah yang banyak terdapat Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Desa Tangguh Bencana jumlah hotspot sedikit selama tahun 2017. Sebaliknya pada daerah-daerah yang sedikit MPA dan Desa Tangguh Bencana jumlah hotspot banyak.

“Ini menunjukkan bahwa daerah-daerah yang kurang pengawasannya adalah daerah yang banyak dibakar. Daerah yang dibakar umumnya adalah daerah yang sulit diakses dan jauh dari permukiman sehingga saat terbakar sulit dipadamkan,” ujarnya.

Penanganan kebakaran hutan dan lahan masih terus dilakukan oleh satgas terpadu dari TNI, Polri, BNPB, KLHK, BPPT, Manggala Agni, BPBD, Dinas Damkar, SKPD, Masyarakat Peduli Api, dan masyarakat terus memadamkan api.

Beberapa petugas dari perusahaan perkebunan juga memberikan bantuan pemadaman. BNPB mengerahkan 18 helikopter pemboman air. Jutaan meter kubik air telah dijatuhkan di hotspot. Siang malam petugas satgas darat memadamkan api.

“Bahkan berkemah di hutan untuk memadamkan api,” kata Sutopo.

Potensi kebakaran hutan dan lahan akan terus meningkat. Puncak kemarau diprediksi pada September mendatang sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan juga makin meningkat. (T/R11/RS3)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.