New York, MINA – Sebuah kajian yang dilakukan organisasi sipil di AS melaporkan serangkaian kejadian anti Islam di negara itu meningkat 91 persen pada semester pertama tahun 2017 d banding tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Kajian yang dilaporkan Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR) juga melaporkan tahun 2016 dianggap sebagai tahun terburuk oleh komunitasnya saat mencatat laporan Islamofobia tahun lalu. Namun, tahun ini angka jauh lebih besar dari yang dibayangkan.
Jumlah insiden yang masih diragukan sebagai anti Islam pada semester pertama 2017 juga meningkat sebesar 24 persen dibandingkan dengan enam bulan pertama tahun 2016, lapor CAIR sebagaimana dikutip Al Jazeera.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Menurut organisasi Islam terbesar di Amerika itu, kemenangan Donald Trump dalam pilpres tahun lalu menjadi salah satu faktor angka meningkat tajam.
“Kampanye pemilihan presiden dan pemerintahan Trump telah memanfaatkan pihak fanatik yang akhirnya menyalurkan kebencian terhadap kelompok Muslim Amerika dan kelompok minoritas lainnya,” kata Zainab Arain, salah seorang koordinator CAIR yang bertugas memantau dan memerangi Islamofobia.
Menurut kajian, bentuk paling umum Islamofobia dari bulan April sampai Juni tahun ini termasuk pelecehan, yang didefinisikan oleh CAIR sebagai insiden tanpa kekerasan atau tidak mengancam.
Yang kedua adalah kejahatan kebencian, yang melibatkan kekerasan fisik atau kerusakan properti.
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Dari 347 kasus, korban laki-laki menyumbang 57 persen, dan perempuan mencapai 43 persen.
Kebanyakan kasus menargetkan korban di lingkungan rumah atau tempat tinggalnya, jalan raya, gang atau jalan lainnya. Selain itu, korban kerap dilecehkan di bandara, kereta api atau bus, kata laporan tersebut.
CAIR mengatakan pemicu insiden anti-Muslim yang paling umum di tahun 2017 dikarenakan etnis korban atau asal negaranya yang mana hal ini menyumbang 32 persen dari total kejadian.
“20 persen insiden terjadi karena seseorang dianggap Muslim. Jilbab wanita Muslim menjadi pemicu 15 persen insiden,” tambahnya.
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Laporan dibuat berdasarkan dari data kasus yang dilaporkan ataupun yang dilihat tim dan dicatat. Menurut organisasi itu, angka bisa lebih besar dikarenakan banyak yang merasa takut untuk melaporkan kejadian yang menimpa mereka.
Menurut laporan CAIR tahun 2016, insiden anti-Muslim meningkat lebih dari 40 persen dibandingkan tahun 2015, berarti tiap tahun insiden meningkat secara tajam.(T/RE1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza