Keluarga Suriah dan Lebanon Terus Mencari Lelakinya yang Ditahan Assad

Foto mayat di penjara Suriah, diambil oleh fotografer pemerintah Suriah, ditampilkan di PBB pada 10 Maret 2015. Fotografer, yang menggunakan nama samaran Caesar, mengambil gambar antara 2011, ketika pemberontakan Suriah dimulai, hingga 2013, ketika dia meninggalkan negara itu. (Foto: Lucas Jackson / Reuters / Landov)

Alaa Arnous dan keluarganya menemukan foto ayahnya, Mohammed, secara online pekan lalu, bukti pertama yang menunjukkan nasibnya sejak ditangkap oleh pasukan pemerintah Suriah tujuh tahun lalu. Foto itu menunjukkan mayatnya, wajahnya babak belur dan memar, mulutnya terbuka.

Mohammed Arnous adalah di antara ribuan warga Suriah yang sejak perang saudara Suriah dimulai pada 2011, hilang ke dalam penjara pemerintah Suriah.

Korban yang selamat dan kelompok hak asasi manusia mengatakan, ada ribuan orang lainnya yang diketahui meninggal dunia akibat penyiksaan.

Kerabat Mohammed Arnous sedang meneliti foto-foto korban penyiksaan dari , yang diunggah online oleh para aktivis setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi berat baru pada pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad bulan lalu.

“Kami hidup dengan harapan bahwa dia masih hidup,” kata Alaa Arnous kepada The Associated Press.

Alaa Arnous tinggal di kota al-Tah yang dikuasai oposisi di barat laut Suriah ketika dia melihat foto ayahnya di ponsel pintarnya.

“Sungguh mengerikan ketika kamu melihat foto ayahmu dan membayangkan apa yang dilakukan para penyiksanya kepadanya,” katanya.

Foto itu adalah di antara puluhan ribu gambar korban penyiksaan yang diselundupkan keluar dari Suriah pada 2013 oleh seorang fotografer forensik yang berubah menjadi pelapor. Ia menggunakan nama sandi Caesar.

Foto-foto dipublikasikan pada saat itu, tetapi sebagian besar adalah gambar tumpukan mayat yang sulit diidentifikasi.

Namun, para aktivis mulai menyebarkan foto-foto yang lebih rinci lagi secara online setelah AS memberlakukan sanksi baru yang dinamai UU Perlindungan Sipil Suriah Caesar, sesuai nama fotografer tersebut.

Sanksi itu melarang siapa pun di seluruh dunia melakukan bisnis dengan pemerintah atau pejabat Assad. Di antara ketentuannya ia menuntut Pemerintah Suriah membebaskan tahanan dan mengizinkan inspeksi penjara.

Bagi istri Mohammed Arnous, Nadima Hamdan, dampak dari foto-foto itu tak tertahankan. Dia mencari selama berjam-jam melalui foto-foto online yang tersedia. Dia tidak hanya menemukan suaminya yang sudah meninggal – yang ditangkap pada tahun 2013 ketika dia pergi ke Lebanon untuk bekerja – dia juga menemukan foto saudara lelaki dan keponakannya.

“Semoga Tuhan membakar hati mereka yang membakar hati kita dan mengubah anak-anak kita menjadi yatim,” katanya.

Kisah siksaan mantan

Mantan tahanan di penjara pemerintah Suriah berbicara tentang pengalaman mengerikan, yang dialami selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dalam sel-sel kecil, mendapat sedikit makanan dan menjalani penyiksaan terus-menerus yang parah.

“Ada banyak orang yang meninggal di bawah siksaan. Saya dulu ditutup matanya, tetapi bisa mendengar seseorang disiksa di sebelah saya mengambil napas terakhir sebelum dia meninggal,” kata Omar Alshogre, seorang mantan tahanan Suriah yang berbicara dari Swedia, tempat dia sekarang tinggal.

Alshogre ditahan pada usia 17 bersama dengan tiga sepupunya, dua di antaranya meninggal. Dia membayar jalan keluar dari penjara setelah tiga tahun penjara. Antara 30 hingga 50 tahanan meninggal setiap hari di fasilitas tempat ia ditahan, yang dikenal sebagai Cabang 15, katanya.

Alshogre yang bersaksi tentang siksaannya di sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mengenai sanksi pada bulan Maret, mengatakan, warga Lebanon d,an orang asing lainnya – termasuk warga Irak, Palestina dan Tunisia – juga ditahan di Cabang 15.

Sanksi tersebut juga telah meningkatkan harapan di Lebanon bahwa Pemerintah Damaskus akan ditekan untuk mengungkapkan nasib ratusan warga Lebanon yang diyakini diculik oleh Suriah selama tahun-tahun mendominasi Lebanon, dari perang saudara Lebanon 1975-90 hingga 2005.

Kesaksian Alshogre tentang para tahanan Lebanon masih hidup lebih lanjut memicu permintaan informasi dari keluarga mereka.

Keluarga terus mencari

Di Beirut, Laure Ghosn telah mencoba selama 37 tahun untuk mempelajari nasib suaminya yang diculik oleh kelompok yang didukung Suriah selama perang saudara dan kemudian diserahkan kepada pihak berwenang Suriah.

Ketika Suriah membebaskan sekelompok tahanan Lebanon pada tahun 2000, nama suaminya, Charbel Zogheib, ada dalam daftar mereka yang diperkirakan akan dibebaskan dalam putaran berikutnya. Namun, putaran kedua itu tidak pernah terjadi.

Lebih dari 10 tahun yang lalu, seorang lelaki Lebanon yang dibebaskan dari Suriah menemuinya dan mengatakan bahwa dia adalah teman satu sel Zogheib di penjara Tadmor yang terkenal kejam di Suriah, kata Ghosn yang berusia 64 tahun.

“Kami ingin tahu apakah mereka masih hidup,” kata Ghosn, menangis di rumahnya di Beirut. “Jika mereka membutuhkan perawatan, kita bisa merawat mereka. Jika mereka mati dan mereka telah membunuh mereka, maka kita bisa berdoa untuk mereka.” Putrinya, Ruba, yang berusia enam tahun ketika ayahnya menghilang, duduk di sebelahnya.

Ali Aboudehn, yang menghabiskan bertahun-tahun di penjara Suriah dan sekarang memimpin Asosiasi Tahanan Lebanon di Penjara Suriah, mengatakan, kelompoknya dan aktivis lainnya telah mendokumentasikan 622 tahanan Lebanon yang ditahan di Suriah.

Dia mengatakan, pemerintah Lebanon meminta informasi tentang mereka dari Suriah, yang mengakui beberapa dari mereka ditahan dengan tuduhan kriminal.

“Saya punya harapan,” kata Aboudehn. “Kita tidak dapat membuktikan bahwa seseorang sudah mati sebelum kita melihat tubuh orang itu.”

Dia mengatakan, salah satu teman satu selnya, seorang Suriah-Lebanon, masih hidup hingga 2018. Aboudehn kemudian mendapat kabar bahwa dia meninggal, 30 tahun setelah penangkapannya.

“Mereka harus memberi kita mayat atau orang yang masih hidup. Inilah yang akan memuaskan kita,” katanya.

Menurut Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR), pihak berwenang Suriah menahan sekitar 1,2 juta orang sejak konflik negara itu dimulai pada Maret 2011. Pada awal Juni, 12.325 didokumentasikan telah mati di bawah siksaan di penjara pemerintah Suriah, kata SNHR dalam sebuah laporan yang dirilis akhir bulan lalu.

Setidaknya 12.989 masih ditahan atau hilang, nasib mereka tidak diketahui, menurut laporan itu. 16.000 lainnya hilang dalam penahanan oleh faksi lain dalam perang Suriah.

Alshogre mengatakan, jumlah mereka yang meninggal di penjara pemerintah Suriah jauh lebih tinggi dari 15.000.

Pada pertengahan Juni, dua politisi Lebanon mengajukan pengaduan hukum di Beirut terhadap Assad atas rekan mereka yang hilang.

“Ini adalah luka yang tetap terbuka bagi keluarga, dan karenanya luka seperti itu tidak sembuh,” kata legislator Eddy Abilama dari partai Pasukan Kristen Lebanon.

“Adalah tanggung jawab kami untuk menyelidiki kasus ini sebanyak yang kami bisa,” tambahnya. (AT/RI-1/P1)

Sumber: AP

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.