Jakarta, MINA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama dengan Pusat Kajian Gizi dan Nurtisi Regional Tingkat Asia Tenggara (Southeast Asian Ministers of Education Organization Region Center for Food and Nutrition/SEAMEO RECFON) fokus untuk meningkatkan gizi dan nutrisi anak bangsa Indonesia dengan menggunakan bahan lokal.
“Jadi acara SEAMEO RECFON yang fokus pada gizi dan nutrisi, sejak 2015 Kemendikbud meminta bukan SEAMEO yang hanya berfokus pada riset saja tapi riset yang berdampak pada sekolah satuan kependidikan,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendikbud, Didik Suhardi di Kantor Kemendikbud Jakarta, Selasa (16/10).
“Oleh karena itu salah satunya kegiatannya adalah meningkatkan gizi anak, termasuk juga membantu program tambahan makanan untuk gizi anak di sekolah melalui bahan manakan lokal. Kalau di papua contohnya, sagu, kalau di jawa mungkin singkong,” tambahnya.
Selain itu, pada tahun 2018, program ini juga mencakup pendidikan nutrisi untuk guru. Guru dilatih diharapkan dapat memberikan pendidikan gizi yang seimbang kepada siswa mereka.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
“Kami bekerja sama dengan SEAMEO REFON, melakukan penelitian untuk menentukan nutrisi apa yang tidak memadai dalam diet siswa dan kemudian mengembangkan rekomendasi berbasis makanan berdasarkan makanan lokal yang tersedia yang dapat digunakan untuk memenuhi kekurangan nutrisi ini,” paparnya.
Ia menambahkan, selain Progas, saat ini Kemendikbud juga mendukung program darurat gizi. Indonesia serta beberapa negara Asia Tenggara lainnya yang rentan terhadap bencana alam harus juga membangun ketahanan terhadap konsekuensi negatif dari bencana alam ini terhadap kinerja sekolah anak-anak sekolah dan pertumbuhan pertumbuhan anak-anak.
“Saya senang untuk mencatat bahwa SEAEO RECFON bekerja sama dengan HIMPAUDI (Himpunan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia) termasuk para guru PAUD untuk menyampaikan pesan kepada para orang tua untuk mengoptimalkan nutrisi dan psikososial,” tambahnya.
Program ini sudah berjalan dari tahun 1990-an namun pada tahun 2011 sempat terhenti, kemudian tahun 2016 digalakkan kembali karena pemerintah melihat adanya potensi stunting.
Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda
“Oleh karena itu perlu kita tangani, makanya Kementerian Kesehatan juga sedang gencar untuk menyelenggarakan penambahan gizi supaya anak kita tidak stunting. Target utamanya ini anak PAUD dan SD kelas rendah seperti 1,2 dan 3 ini. Program ini akan jalan terus, sepanjang kita masih ada potensi itu (stunting) kota akan terus lakukan,” tambahnya. (L/R10/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga