Jakarta, MINA -Plt Direktur Jenderal Diktiristek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Kementerian (Kemendikbud Ristek) Nizam mengeluhkan belum bergeraknya industri dalam membiayai pengembangan riset dan inovasi di Indonesia.
“Bila berbicara inovasi tentunya diperlukan pendanaan, 70 persen lebih pendanaan itu dari pemerintah, industri belum bergerak membiayai inovasi,” kata Nizam dalam acara Seminar World Class Professor (WCP) di Jakarta, Kamis (9/12).
Padahal, lanjut Nizam, keberlangsungan industri tersebut ditentukan oleh inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, Kemendikbudristek mendorong keterlibatan industri melalui platform Matching Fund Kedaireka untuk mewujudkan kemudahan sinergi kontribusi perguruan tinggi dengan komersialisasi industri dalam memajukan bangsa Indonesia.
“Untuk itu kita undang industri, kita paksa industri berkomitmen, komitmen bukan hanya komat kamit, namun seruis,” ujar Nizam.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Menurut Nizam, ekonomi Indonesia saat ini sudah tidak bisa lagi bergantung pada sumber daya alam dan manusia upah buruh yang murah, namun sadar atau tidak Indonesia harus bergantung pada ekonomi yang berbasis inovasi.
Walaupun pendanaan riset di Indonesia masih rendah, yaitu per kapitanya masih di bawah 0,1 persen dari GDP dan terendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, namun produktivitas dalam publikasi internasional mengalami perkembangan yang sangat signifikan.
“Lebih dari enam kali lipat dalam enam tahun, dari 8 ribu publikasi internasional pertahun tahun, kini sudah di atas 50 ribu publikasi pertahun,” ujarnya.
Ia pun memastikan, jika 50 ribu jurnal yang terpublikasi di tahun ini juga bukan jurnal abal-abal. Jurnal tersebut telah terindeks di Scopus.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Nizam berharap kepada para profesor untuk terus giat dalam karya ilmiah untuk menghasilkan publikasi. Terlebih mengingat kenaikan pangkat juga diukur dari publikasi. (L/RE1/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September