Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemristekdikti Ajak Ilmuwan Diaspora Indonesia di Luar Negeri, Pulang keTanah Air

Risma Tri Utami - Selasa, 20 Desember 2016 - 05:59 WIB

Selasa, 20 Desember 2016 - 05:59 WIB

414 Views ㅤ

Jakarta, 19 Rabi’ul Awwal 1438/19 Desember 2016 (MINA) – Kompetisi perebutan talenta sumber daya berkualitas dengan negara lain kini semakin tajam, setiap negara berlomba-lomba meningkatkan kapabilitas sumberdaya manusianya, dan tidak sedikit negara-negara tersebut memanfaatkan keahlian para SDM Indonesia untuk bekerja di sana.

Banyak ilmuwan Diaspora Indonesia yang bekerja dan bermukim di luar negeri sehingga kemampuannya belum termanfaatkan dengan optimal untuk bangsa Indonesia sendiri.

Berangkat dari itu, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Direktorat Jenderal Sumberdaya Iptek dan Dikti, berinisiatif ‘memulangkan’ para ilmuwan Indonesia yang bekerja di luar negeri untuk bersama-sama meningkatkan gairah, iklim, kolaborasi, dan kerjasama lainnya di bidang akademik serta penelitian Indonesia melalui program Visiting World Class Professor, Menyalakan Indonesia di Peta Ilmu Pengetahuan Dunia, Sumbangsih Ilmuwan Indonesia Bagi Ibu Pertiwi.

Dalam program yang diselenggarakan sejak 18-24 Desember 2016 ini, Kemenristekdikti mempertemukan sekitar 42 orang akademisi dan ilmuwan asal Indonesia yang berada atau tinggal di luar negeri yang memiliki reputasi internasional dengan para akademisi dan peneliti di Indonesia dengan tujuan memotivasi dan meningkatkan gairah penelitian bertaraf internasional.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Iklim akademik dan penelitian diharapkan pula bertambah baik yang dapat ditunjukan dengan indikator peningkatan kegiatan riset dan publikasi internasional.

Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, sebagaimana laman resmi Kemenristekdikti yang dikutip MINA, dalam pembukaan program tersebut, Senin (19/12) secara tegas menyebutkan bahwa tidak ada negara di dunia ini yang tidak maju karena ilmu pengetahuan dan teknologi. Iptek sangat dinamis dan berkembang luar biasa di segala ilmu, dan ilmu-ilmu tersebut berasal dari perguruan tinggi, yang juga melakukan riset.

Wapres mengemukakan, sudah banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu riset dan pendidikan di Indonesia, diantaranya dengan menjadikan perguruan tinggi sebagai center of excellence, melalui kerja sama dengan negara-negara lain lewat penandatanganan MoU (memorandum of understanding), penetapan anggaran pendidikan dalam undang-undang dasar/konstitusi, dan lain sebagainya. Termasuk sudah banyak pula para guru besar yang berasal dari lulusan luar negeri.

“Kita ingin membangun kembali spirit itu. Sebab, ilmu berkembang bukan hanya teknologi, maka dari itu diperlukan jembatan dan benchmarking. Pengalaman para ilmuwan dari luar negeri yang datang ini harus digabungkan dengan praktek di dalam negeri. Pemerintah sangat menghargai kerjasama ini, program ini dapat menggali masalah dasar secara keilmuan di masing-masing bidang, pada tahun yang akan datang saya harap menjadi kemajuan bagi bangsa ini,” jelasnya.

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Para diaspora yang didatangkan dalam program ini memang memiliki reputasi tinggi dan inovasi yang sangat baik di dunia internasional. Menristekdikti, Mohamad Nasir, berharap keberhasilan para diaspora di luar negeri supaya dapat ‘ditularkan’ ke Indonesia.

Selain meningkatkan jurnal internasional hasil kolaborasi antara Profesor Diaspora Indonesia dengan akademisi atau peneliti dalam negeri, pemerintah juga mengharapkan melalui program ini nantinya terdapat masukan dan rekomendasi terkait kebijakan strategis pemerintah dalam memajukan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara utuh.

Terdapat enam kluster keilmuwan dimana para ilmuwan akan berdiskusi sesuai bidang kompetensinya masing-masing yakni kluster ketahanan pangan, energi terbarukan, kesehatan dan obat-obatan, teknologi informasi dan komunikasi, politik-ekonomi-sosial-seni-budaya, dan kemaritiman.

Selanjutnya para diaspora akan berkunjung dan berdikusi ke sejumlah perguruan tinggi. Di akhir program, mereka akan menyusun lalu menyampaikan rekomendasi hasil pada Kemenristekdikti. (T/Ima/R02)

Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda