Nairobi, MINA – Di saat miliaran belalang gurun menyerbu daerah-daerah Kenya yang merupakan wabah terburuk dalam 70 tahun, pesawat kecil dikerahkan untuk menyemprotkan pestisida yang oleh para ahli disebut satu-satunya kontrol yang efektif.
Cara itu menjadi pekerjaan yang menantang bagi pemerintah, terutama di daerah terpencil tempat sinyal ponsel tidak ada dan kru darat tidak dapat dengan cepat mengomunikasikan koordinat ke tim penerbangan.
Marcus Dunn, seorang pilot dan direktur di Farmland Aviation, mengatakan pada Sabtu lalu, awak darat berada di “medan yang paling menyedihkan.”
“Jika tidak ada jaringan, maka orang yang menggunakan boda boda (sepeda motor), dia harus bergegas pergi dan mendapatkan jaringan,” katanya, demikian Time melaporkan.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Saat ini hanya lima pesawat yang beroperasi di saat Kenya dan otoritas lainnya berusaha menghentikan penyebaran belalang ke negara tetangga, Uganda dan Sudan Selatan.
PBB mengatakan 76 juta dolar dana yang dibutuhkan segera untuk memperluas upaya semacam itu di Afrika Timur.
Para ahli memperingatkan bahwa jika dibiarkan, jumlah belalang dapat tumbuh 500 kali pada bulan Juni.
Belalang sepanjang jari menyerbu Kenya dari Somalia dan Ethiopia setelah hujan lebat yang luar biasa dalam beberapa bulan terakhir, menghancurkan tanaman di beberapa daerah dan mengancam jutaan orang yang rentan dengan krisis kelaparan.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Kementerian Pertanian Somalia pada Ahad (2/2) menyebut wabah itu sebagai darurat nasional dan ancaman besar bagi ketahanan pangan yang rapuh di negara itu, dengan mengatakan bahwa kawanan belalang yang luar biasa banyak sedang mengonsumsi sejumlah besar tanaman.
Wabah belalang juga telah mempengaruhi bagian daerah dari Sudan, Djibouti dan Eritrea, yang kementerian pertaniannya mengatakan bahwa militer dan masyarakat umum telah dikerahkan untuk memeranginya.
Menteri Pertanian Kenya telah mengakui bahwa pihak berwenang tidak siap untuk lingkup serangan tahun ini. Itu tidak mengherankan, mengingat sudah puluhan tahun sejak wabah terakhir yang sebanding di negara itu, kata pejabat PBB. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa