Oleh Bahron Ansori, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Disadari atau tidak, seringkali seorang suami merasa lebih baik dalam semua hal dibanding isterinya. Egoisme suami terkadang lebih dominan menguasai isterinya. Hal itu bisa dilihat dari ketidaksiapan suami saat menerima masukan atau pendapat dari isterinya. Padahal, di awal si suami yang meminta agar isterinya berpendapat atau memberi masukan atas suatu permasalahan.
Tapi saat isterinya memberi masukan, tak sedikit suami yang tetap kekeuh mempertahankan pendapatnya sendiri. Padahal bisa jadi, pendapat isteri jauh lebih baik. Perilaku suami seperti di atas adalah bagian dari akhlak yang semestinya tidak terjadi. Tak jarang, isteri merasa kecewa karena pendapatnya ditolak oleh suami tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.
Isteri adalah wanita yang lemah fisiknya, lembut hati dan jiwanya serta tak senang mendengar kata-kata kasar dari suaminya. Isteri adalah seorang wanita yang kesabarannya jauh lebih besar dibanding suami. Fakta itu bisa dilihat dengan ketulusannya melayani suami dan anak-anaknya di atas kepentingan pribadinya. Karena itu, Allah sangat memuji setiap suami yang mampu memperlakukan isterinya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Tentang perintah mempergauli isteri dengan baik ini, bisa dilihat dari firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَرِثُوا النِّسَاءَ كَرْهًا ۖ وَلَا تَعْضُلُوهُنَّ لِتَذْهَبُوا بِبَعْضِ مَا آتَيْتُمُوهُنَّ إِلَّا أَنْ يَأْتِينَ بِفَاحِشَةٍ مُبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“Dan pergaulilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. an-Nisaa’: 19).
Betapa mulianya seorang suami yang mampu menggembirakan hati isteri walau tidak selamanya dengan materi. Dalam sebuah hadis disebutkan, para suami yang senang menghibur dan membuat gembira isteri-isterinya, maka ia mendapat pahala menangis karena takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa menggembirakan hati isteri, (maka) seakan-akan ia menangis takut kepada Allah. Siapa yang menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami isteri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan isteri (meremas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-isteri itu dari sela-sela jarinya.” [HR. Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Al-Khudzri].
Subhanallah…betapa besar pahala dari Allah kepada setiap suami yang memperlakukan isterinya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Sungguh, betapa besar rahmat Allah Ta’ala yang akan dilimpahkan kepada setiap pasangan suami isteri yang menikah karena mengharap ridha dan rahmat Allah semata. Karena itu, mendamba suami shalih, berilmu dan berakhlak mulia adalah idaman setiap muslimah di muka bumi ini. Sebab hanya suami yang shalih, berilmu dan berakhlak mulia saja yang dengan izin Allah mampu menempatkan isterinya pada tempat yang mulia.
Bila ada seorang isteri yang melakukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan langsung memvonisnya. Bisa jadi, kemaksiatan yang dilakukan isteri sebagai akibat kelalaian suami dalam membekali isterinya ilmu agama. Isteri adalah cerminan suami. Artinya, jika isterinya melakukan kesalahan, bisa jadi karena isteri tidak mendapatkan pengarahan dan nasihat kebaikan dari suaminya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Paling tidak, ada 7 kesalahan suami kepada isterinya yang sering tak disadari. Kesalahan-kesalahan itu, antara lain sebagai berikut.
Pertama, Tidak Mengajarkan Ilmu Agama pada Isteri
Salah satu bentuk ketidakpedulian seorang suami kepada isterinya adalah tidak mengajarkan ilmu syariat (agama) kepada isterinya. Padahal Allah Ta’ala jauh hari telah mengingatkan agar seorang suami yang nota bene adalah pemimpin dalam rumah tangganya agar tidak hanya memelihara dirinya dari api neraka, tapi juga keluarga (anak dan isteri).
Allah Ta’ala berfirman:
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang–orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat–malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yg di perintahkan-Nya kepada mereka & selalu mengerjakan apa yang diperintakan.” [Qs. At-Tahrim: 6]
Banyak suami yang hanya membekali isteri dengan uang bulanan, tapi tidak mengisi kekosongan ilmu dan ruhiyahnya. Padahal di zaman ini, penting untuk membekali diri dan keluarga dengan pemahaman Islam yang menyeluruh. Jangang mengira ketika sudah membekali isteri dengan materi berupa uang belanja dikira sudah cukup untuk menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab.
Kedua, Tidak Mau Membantu Pekerjaan Rumah
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Banyak juga suami yang enggan dan gengsi jika harus membantu mencuci piring, menyapu, mencuci baju, menjemur pakaian sekedar membantu isterinya. Padahal jika ditanya siapakah idolanya, maka dengan mantap si suami akan menjawab idonya adalah baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Tapi kenyataannya, sekedar membantu menyenangkan hati isteri dengan meringankan beban kerjanya didapur saja sulit dilakukan. Alasannya itu adalah pekerjaan seorang isteri.
Jika mau menghayati tarikh, mara Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah tipe suami teladan yang gemar membantu isteri-isterinya mengerjakan pekerjaan rumah. Membantu isteri di rumah adalah salah satu dari akhlak mulia dan itu sama sekali tidak merendahkan kedudukan suami, bahkan justru bertambah kemuliaan suami karenanya.
Ketika Aisyah r.a ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di rumahnya, beliau menjawab, “Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membantu pekerjaan isterinya dan jika datang waktu solat, maka beliau pun keluar untuk solat.” [HR. Bukhari]
Ketiga, Membenci Isteri
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Entah mengapa, seringkali ada suami yang membenci isterinya. Padahal isterinya sudah seharian bersusah payah mengurus keperluan suami dan anak-anaknya. Bukan hanya itu, seorang isteri juga biasanya disibukkan dengan membersihkan semua isi rumah agar terlihat bersih dan indah. Suami yang membenci isterinya adalah suami yang tidak menjadikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai teladan dalam hidupnya.
Padahal, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti meridhai akhlak lain darinya.” [HR. Muslim]
Ada pula suami yang justru membenci isteri yang dinikahinya. Mendiamkan isteri, dan memandang semua yang dilakukan isterinya salah. Sungguh ini adalah kesalahan fatal para suami yang tidak bisa bersabar. Jika terus-menerus dibiarkan, akan memperburuk kondisi rumah tangga.
Keempat, Menyebarluaskan Rahasia atau Aib Isteri
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Tak sedikit suami yang pergaulannya buruk lalu menceritaan aib isterinya sendiri dihadapan teman-temannya seperti membicarakan aktivitas suami-isteri sebagai sebuah mainan. Padahal Allah Ta’ala sudah menutup mereka, tapi malah ia buka sendiri. Allah sangat membenci seorang suami yang menceritakan aib isterinya dihadapan orang lain. Selain itu, ia telah membuat kedudukannya rendah di hadapan Allah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian dia menyebarkan rahasia-rahasia isterinya.” [HR. Muslim]
Kelima, Memukul Isteri
Para suami dilarang untuk memukul isteri, jikalau pun isteri melakukan kesalahan yang melanggar aturan Allah, tetap tidak boleh memukulnya di wajah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan, memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak menjelek-jelekkannya…..” [HR. Ibnu Majah disahihkan oleh Syeikh Albani]
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Memukul isteri adalah sebuah keburukan bagi seorang suami shalih. Bagaimana mungkin ia tega memukul belahan jiwanya sendiri. Bagaimana mungkin ia tak takut dihadapan Allah dan Rasulnya kelak jika di akhirat nanti ia diminta pertanggungjawaban atas prilaku kasarnya kepada isterinya.
Keenam, Tidak menafkahi Istri dan Anak
Tidak sedikit suami yang sengaja mengabaikan nafkah untuk isternya. Akibat suami tidak menafkahi isterinya ini, maka tak heran begitu banyak isteri yang memutuskan dengan sengaja untuk keluar rumah mencari nafkah sendiri. Keluar rumah meninggalkan fitrohnya sebagai ibu rumah tangga. Padahal kehormatan seorang suami dihadapan isterinya adalah karena kegigihannya dalam mencari nafkah untuk isterinya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya, “dan kewajiban ayah ialah memberi makan dan pakaian kepada isterinya itu menurut cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan menurut kemampuannya…” (Qs. Al Baqarah 233)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Ketujuh, Tidak Cemburu
Kesalahan lainnya yang sering tidak diperhatikan adalah, suami tidak merasa cemburu terhadap isterinya. Bahkan di kalangan selebritis, para perempuan bersolek dan cium pipi kanan kiri dengan pria lain (ajnabi) atau fansnya seolah sudah biasa. Padahal prilaku itu adalah prilaku jahiliyah.
Camkan ancaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam terhadap lelaki yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarga (isteri), “Tiga golongan yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan melihat mereka pada hari kiamat yaitu seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts.” [HR. An-Nasa’i dinilai ‘hasan’ oleh syeikh Albani, lihat ash-Shahihah : 674]
Ada yang menanyakan apakah ad-Dayyuts (dayus) itu? Dayus adalah lelaki atau suami yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarganya.
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Jadi, mari berlomba menjadi suami yang shalih agar menjadi teladan bagi isteri, shalih agar mampu membagi ilmu kepada isteri dan membimbingnya menjadi bidadari-bidadari dunia yang shalihah. Bersyukurlah bagi setiap lelaki yang memiliki isteri shalihah, sebab keberadaanya di sisimu sebagai wasilah dari Allah untuk menjadikanmu lebih shalih lagi. Wallahua’lam. (R02/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)