Kesenangan Dunia Itu Sedikit, Tapi Melalaikan

Oleh : , Mahasiswi Prodi Informatika Universitas Persatuan Islam Garut, Jawa Barat

Banyak manusia yang mengejar yang sementara secara berlebihan, hingga melupakan . Harta, jabatan dan kekayaan yang dicari-cari, ternyata tak akan ada apa-apanya di hadapan Allah, jika tidak di gunakan untuk berbuat amal kebaikan.

Banyak juga manusia yang terlalu lalai dengan waktu yang telah Allah berikan, dengan kesenangan yang membuatnya lupa akhirat. Padahal kesenangan akhirat tak akan pernah sebanding dengan kesenangan dan kenikmatan dunia.

Allah menyebutkan di dalam firman-Nya :

 قُلۡ مَتَٰعُ ٱلدُّنۡيَا قَلِيلٞ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظۡلَمُونَ فَتِيلًا

“Katakanlah, Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa dan kalian tidak akan didzalimi sedikit pun.” (QS An-Nisa’/4: 77}.

Ayat ini menjelaskan bahwa kesenangan dunia itu hanya sedikit sekali dibandingkan dengan kesenangan akhirat yang abadi dan tidak terbatas, yang hanya akan didapat oleh orang-orang yang bertakwa kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang bersih dari syirik dan bersih dari akhlak yang rendah.

Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah tidak akan menganiaya dan merugikan manusia. Masing-masing akan mendapat balasan sesuai dengan amal perbuatannya walaupun sebesar dzarrah.

Jika diibaratkan, kesenangan itu ibarat seperti samudera luas. Sedangkan kesenangan dunia ibarat satu tetes bagian dari samudera luas itu, maka tak ada apa-apa nya.

Sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan :

وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ

Artinya: “Demi Allah, perbandingan dunia jika dibandingkan akhirat, adalah seperti seseorang mencelupkan jarinya ke lautan, maka lihatlah apa yang tersisa pada jarinya.” (HR Muslim).

Akan tetapi begitulah, banyak manusia yang mengejar dunia berlebih-lebihan hingga melupakan akhirat, hanya untuk kesenangan sementara. Sedangkan harta, jabatan dan kekayaan tak akan ada apa apanya di hadapan Allah apabila tidak di gunakan untuk berbuat amal shalih dan berjuang di jalan Allah.

Untuk itu, marilah kita jangan terlalu lalai dengan waktu yang telah Allah berikan, hanya karena kesenangan dunia yang membuat kita lupa akhirat.

Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita di dalam firman-Nya :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَا لَكُمْ اِذَا قِيْلَ لَكُمُ انْفِرُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اثَّاقَلْتُمْ اِلَى الْاَرْضِۗ اَرَضِيْتُمْ بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا مِنَ الْاٰخِرَةِۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا قَلِيْلٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS At-Taubah/9: 38).

Begitulah, salah satu tanda bahwa iman seseorang itu benar ialah dia rela mengorbankan harta dan kalau perlu jiwanya untuk berjuang di jalan Allah.

Sedangkan orang-orang munafik yang hanya pura-pura beriman, lebih mengutamakan kesenangan hidup di dunia daripada kebahagiaan di akhirat kelak yang sifatnya kekal abadi. Mereka lalai dan enggan berjuang di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka.

Semoga kita tidak terlena oleh gemerlap dunia yang sedikit, dan semoga kita dapat lebih mengutamakan kebahagiaan akhirat yang berlimpah. Aamiin. (A/Nis/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)