Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua MIUMI Bekasi Sayangkan Sikap Rektor UGM Tolak Kedatangan UAS

Hasanatun Aliyah - Kamis, 10 Oktober 2019 - 12:31 WIB

Kamis, 10 Oktober 2019 - 12:31 WIB

13 Views

Jakarta, MINA – Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Bekasi Wildan Hasan sangat menyayangkan sikap rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menolak kedatangan Ustad Abdul Somad (UAS) untuk menyampaikan ceramah di masjid komplek kampus UGM.

“Sangat disayangkan. Kampus yang semestinya terbiasa dengan dialektika dan ramah terhadap perbedaan, tidak dapat ditunjukkan oleh UGM. Sebuah Kampus legend yang menjadi barometer Perguruan Tinggi di Indonesia. Apalagi kegiatannya dilaksanakan di Masjid bukan di ruang kuliah atau aula Kampus. Tentu saja sama sekali tidak ada halangan seorang Ustadz seperti UAS berceramah di Masjid,” kata Wildan dalam siaran tertulis yang diterima MINA, Kamis (10/10).

Menurutnya, sampai saat ini motif di balik pelarangan atau pembatalan tersebut oleh pihak Rektorat UGM tidak begitu jelas.

“Disebutkan karena ada tekanan dari alumni. Ini lucu. Masa Kampus bisa disetir oleh alumni. Kecuali alumninya jadi Presiden atau Menteri barangkali bisa di zaman rezim otoriter saat ini. Jika benar, apakah semua alumni UGM menolak UAS?,” ujarnya.

Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan

Ia menambahkan, UGM telah kehilangan integritasnya, karena ilmu sudah disumbat, sangat boleh jadi ke depan UGM bukan lagi kampus favorit untuk menimba ilmu. Bahkan UGM bisa ditinggalkan para penuntut ilmu karena mereka tidak mendapati ilmu di sana tapi penjara akal dan kepribadian.

“Sebenarnya ini musibah besar bagi dunia keilmuan. Musibah yang mengerikan, dunia pendidikan diintervensi terlalu dalam oleh kekuasaan. Siapapun dapat menduga bahwa pembatalan itu lebih karena ada pihak yang tidak menginginkan seorang anak bangsa yang kritis terhadap kedzaliman dan tegak berjalan di atas kebenaran dibiarkan bebas begitu saja,” jelasnya.

Ia menduga sangat mungkin narasi besarnya tidak keluar dari agenda politik marginalisasi umat Islam dengan isu radikalisme seperti disuarakan selama ini. Jualan radikalisme ini memapar banyak kalangan termasuk para pejabat di dunia Kampus dan lembaga lembaga pendidikan lainnya. UAS dikategorikan sebagai sosok yang radikal karena berpihak kepada rakyat dan kebenaran.

UAS tidak akan jadi kecil dengan pelarangan itu bahkan semakin dicinta oleh para penuntut ilmu. Biarkan dan dukung UAS sebagai Universitas berjalan yang menjadi mercusuar penuntun anak-anak bangsa ke arah peradaban yang lebih baik,” haranya. (R/R10/P1)

Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda