oleh: Ustaz Nur Abdillah, S.Sos, staf Majelis dakwah Jama’ah Muslimin.
اَلسَّالَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اللهُ اَكْبَر اللهُ اَكْبَر اللهُ اَكْبَر لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزِ جُنْدَهُ وَهَزِمَ الْاَحْزَابُ وَحْدَهُ
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلَى نَبِيِنَا مُحَمَّد وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسِانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن
وَاعْلَمُوْا رَحِمَكُمُ الله اَنِّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابَ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مَحَمَّد صَلَى الله عَلَيْهَ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْاُمُوْرِ مُحْدَ ثَتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَة وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِى النَّار
اما بعد: فَيَا عِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّا يَ بِتَقْوَى الله وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ فَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَاِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَة يَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَا عَةِ وَمَنْ شَدَّ شَدَّ اِلَى النَّا رِ
اَللهُ اَكْبَر, اَللهُ اَكْبَر, اَللهُ اَكْبَر وَلِلَّهِ الْحَمْد
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Setelah sebulan kita melaksanakan ibadah puasa, maka sejak fajar tadi pagi kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan 1444H. Kita belum tahu apakah kita masih bertemu dengan Ramadhan tahun mendatang, yang pasti hari ini kita berada di Hari Idul Fitri 1444 H/2023 M, di mana umat Islam sedunia melaksanakan hal yang sama kerena telah melihat hilal 1 Syawwal 1444H, pertanda Ramadhan telah berganti.
Rasulullah bersabda:
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ
“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Idul Fitri adalah hari yang suci, yang penuh barokah dan ampunan. Dikatakan suci karena hari ini kita telah berada dalam suasana ampunan Allah , suci dari noda dosa (dosa kecil). Kendati itu semua sangat tergantung kepada tingkat keikhlasan amal perbuatan kita kepada Allah selama Ramadhan kemarin. Sebulan lamanya kaum muslimin menahan lapar dan dahaga, bukan sebab ketiadaan makanan dan minuman, akan tetapi memenuhi perintah Allah .
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah sebagai berikut:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Husnuzhan kita, mudah-mudahan Ramadhan kemarin telah mengantarkan kita termasuk orang-orang yang dosanya telah Allah ampuni, amiin ya rabbal alamin.
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Bulan Ramadhan bulan yang suci, bulan dimuliakan yang penuh keberkahan, kehadiranya sangat dinanti oleh seluruh muslimin di dunia, bulan yang pahala amalnya dilipat gandakan dan diburu dengan berbagai amal unggulan yang ditunjukan oleh Rasulullah seperti tarawih, tilawatul Qur’an, berdoa dan berdzikir, memohon ampunan serta berbagi dengan bershodaqah, berinfaq dan berzakat, baik zakat harta maupun zakat Fitrah. Semoga shaum beserta berbagai amalan mulia lainnya yang telah kita lakukan diterima oleh Allah .
Namun sangat disayangkan, kesucian Ramadhan tahun ini masih saja dinodai oleh aksi brutal yang dilakukan tentara Zionis Israel kepada para Jamaah Muslim yang sedang melaksanakan ibadah di Masjidil Aqsa di pada Selasa, 4 April, hari ke 14 Ramadhan lalu.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Dari beberapa berita yang dihimpun, pasukan Zionis Israel sudah memulai menyerang umat Islam di Al-Aqsa sejak akhir Maret lalu. Aksi tersebut dilakukan sampai puncak perayaan Paskah dan hingga hari ini.
Belum lagi peristiwa yang menimpa saudara kita muslim di India, Cina, Philipina dan negeri-negeri Muslima minoritas lainnya, yang mereka mendapat perlakuan tidak manusiawi dari pemerintahnya.
Mereka semua membutuhkan perhatian dari kita, muslimin di Indonesia, mereka saudara kita seakidah yang harus dibela, dibantu dan didoakan di setiap akhir shalat-shalat kita.
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan, kaum muslimin menjalani tarbiyah, pelatihan mental, untuk menguasai, mampu mengenal diri, dan mampu mengendalikan dan menahan diri dari tipu daya syaithoniyah.
Kita melatih diri untuk mampu meninggalkan semua hal yang dapat merusak tatanan pergaulan masyarakat harmoni dan juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan taqwa dan tafakkur kepada Dzat Yang Maha Besar. Tegasnya dalam bulan puasa itulah peluang yang sangat istimewa bagi kaum muslimin untuk berusaha meningkatkan dirinya menjadi insan muttaqien, sebagaimana Allah firmankan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqarah:183)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Setidaknya yang perlu diperhatikan sebagai orang bertaqwa adalah, hendaknya kita meneruskan kebaikan yang sudah dicapai selama Ramadhan. Yakni istiqamah dalam menjalankan amaliah Ramadhan dan melanjutkan amaliah-amaliah tersebut di bulan-bulan berikutnya. Jika kita bisa melanjutkan amaliah-amaliah sunnah di bulan Ramadhan seperti menahan lisan dan anggota badan lainnya dari perkara-perkara yang tak berguna – apalagi perkara-perkara haram, memperbanyak sedekah, memperbanyak i’tikaf, mengkhatamkan Al-Quran setidaknya sebulan sekali, dan sebagainya, maka itu berarti kita melakukan upaya peningkatan kualitas ruhani kita.
Peningkatan semacam itu sejalan dengan makna kata “Syawal” (شَوَّالُ) yang dalam bahasa Indonesia berarti “peningkatkan”, jadi bulan Syawal berarti bulan peningkatan.
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Di hari yang fitrah ini marilah kita saling menebar maaf, merajut persaudaraan, karena memberi dan meminta maaf adalah sikap yang dianjurkan oleh Allah . Sebab dengan begitu, sikap dendam dan rasa marah dapat dinetralisir oleh masing-masing individu.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan memberi dan meminta maaf, tetapi yang jelas sifat enggan memberi dan meminta maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang.
Selain itu sikap mudah memberi dan meminta maaf merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa. Karenanya orang yang suka memberi dan meminta maaf sebagai pertanda seseorang memiliki nilai kepribadian dan ketaqwaan sangat luhur.
Firman Allah dalam Surat Ali Imran (3) ayat 133-134:
وَسَارِعُوۡۤا اِلٰى مَغۡفِرَةٍ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالۡاَرۡضُۙ اُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِيۡنَۙ ١٣٣ الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَۚ ١٣٤
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133). (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (134)”
Dalam Tafsir Al Azhar Prof. Dr. Hamka menjelaskan bahwa ciri orang bertaqwa adalah berlomba-lomba memohon ampunan Allah dan meraih surge-Nya dengan berbuat amal shaleh, tolong menolong, bantu membantu sasama manusia dan senantiasa mentaati Allah dan Rasul.
Secara terperinci Allah menjelaskan tingkatan sikap orang bertaqwa, pertama, mereka pemurah dengan menafkahkan hartanya di waktu senang maupun dalam waktu susah. Artinya kaya maupun miskin berjiwa dermawan.
Kedua, yaitu pendai menahan marah, yaitu kemampuan mengendalikan diri ketika marah. Ketiga yaitu memberi maaf dan menahan marah. Yaitu memberi maaf yang diiringi dengan berbuat baik. Maka Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik tersebut.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Itulah sebabnya, sikap seperti itu melekat pada diri para Nabi dan Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad , dan para salaful salih dan orang-orang yang saleh lainnya.
Sahabat Ali pernah berkata: “Bahwa meminta maaf adalah perbuatan yang paling mulia, sedangkan memberi maaf lebih mulia dimata Allah”.
Sikap seperti itu juga ditunjukkan oleh Nabi Yusuf AS yang memaafkan saudara-saudaranya yang dulu membuang beliau, bahkan memasukkan ke dalam sumur, sikap tersebut juga ditunjukkan Nabi Muhammad yang memberi maaf kepada penduduk Mekkah yang dulu memusuhi dakwahnya, menyiksa dan mengusirnya, bahkan beliau yang mulia tetap mendoakan mereka agar mendapat hidayah masuk Islam.
Atas sikap kasih sayang inilah satu persatu penduduk Mekkah berbondong-bondong masuk Islam. Demikian pula beliau senantiasa meminta maaf kepada para sahabat dan umatnya. Walaupun mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhadap mereka. Menjelang akhir hayatnya beliau mengumumkan dihadapan para sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka, siapa-siapa yang disakiti atau merasa tersinggung selama dalam kepemimpinannya.
الله اكبر, الله اكبر, الله اكبر ولله الحمد
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Sikap pemaaf Rasulullah , juga diteladani oleh para sahabatnya dan orang-orang saleh.
Dengan kata “maaf” inilah manusia bisa menghapus dendam, sakit hati, pertengkaran, dan semua hal yang berhubungan dengan hati. Dengan meminta maaf atau memaafkan, berarti kita telah menang.
Menang disini dalam arti menang melawan hawa nafsu. Seperti yang kita tahu bahwa kemenangan tersebut bisa menghadirkan rasa damai atas diri kedua belah pihak yang berseteru.
Bisa kita bayangkan, bagaimana kehidupan ini bisa berjalan baik jika semua orang berada dalam perselisihan, dendam, ataupun amarah yang tak berkesudahan? Tentu sangat tidak nyaman.
Apalagi tidak lama lagi bangsa Indonesai akan menghadapi pemilu 2024. Kita perlu mewaspadai potensi perpecahan dan permusuhan di kalangan umat Islam, yang akan berakibat melemahnya kekuatan dan ukhuwah.
Polarisasi umat Islam yang sudah dimulai hingga saat ini, harus sama-sama kita antisipasi, jangan sampai sesama umat Islam terjebak kepada perselisihan, pertengkaran bahkan pertumpahan darah.
Sebab itulah nilai-nilai Ramadhan yang telah kita bangun bersama yaitu pengendalian diri dapat kita jaga dan terapkan. Dengan shaum Ramadhan kita diharapkan menjadi insan yang memiliki sikap penuh kasih sayang dan memupuk kebersamaan dan persaudaraan antar umat Islam.
Oleh karenanya, lepaskanlah rasa marah, dendam, dan benci terhadap sesama umat Islam. Biarkan dada kita lega dan lapang. Mari kita tebar sikap memaafkan dan mengutamakan kebersamaan.
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Al-Qur’an sudah terbukti mengajarkan manusia agar memiliki sifat saling mencintai, memaafkan, dan selalu menciptakan perdamaian.
Allah berfirman dalam Surat Fushshilat: 34,
وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”
Begitu pun dalam menghadapi perselisihan, Allah sudah memberikan jalan keluar yang terbaik melalui kalam-Nya,
وَجَزَٰٓؤُا۟ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang zalim” (Q.S. Asy-Syura : 40).
Terkait larangan saling menghina dan merendahkan sesama muslim, Rasulullah mengingatkan, dari Abu Hurairah , berkata: “Rasulullah , bersabda: “Seorang muslim adalah saudara sesama muslim, tidak boleh menganiaya sesamanya, tidak boleh membiarkannya teraniaya, dan tidak boleh merendahkannya. Taqwa (kepatuhan kepada Allah) itu letaknya di sini…” dan beliau mengisyaratkan ke dadanya. Perkataan ini diulanginya sampai tiga kali. “Cukup besar kesalahan seseorang, apabila dia menghina (merendahkan) saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap sesama muslim, terlarang menumpahkan darahnya (membunuh atau melukai), merampas hartanya, dan merusak kehormatannya (nama baiknya).” (HR. Muslim)
PENYEBAB PERPECAHAN DAN SOLUSINYA
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Muhamad Abduh (1849-1905), reformis Mesir berpendapat, setidaknya ada empat penyebab perpecahan umat. Pertama, faktor politik (beda partai dan pilihan politik). Kedua, mazhab, yang tak seharusnya diributkan karena masing-masing memiliki dalil.
Ketiga, ashabiyah, padahal tidak ada kelebihan satu dengan yang lain, kecuali takwanya. Keempat, bangga dengan pendapatnya serta menolak pendapat orang lain, padahal kebenaran sejati itu milik Allah .
Maka umat Islam dianjurkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat. Saling berkasih sayang, hidup bersaudara dan menjauhi perselisihan dan pertengkaran. Sebagaimana Allah telah menegaskan dalam firmannya:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS. Ali Imran: 103)
Pada ayat ini Allah merintahkan kaum muslimin untuk berpegang teguh kepada tali Allah (Al Qur’an dan As Sunnah) secara berjamaah. Di sinilah pentingnya Jamaah kata Hamka. Menurutnya berpegang pada tali Allah sendiri-sendiri tidaklah ada faedahnya, kalau tidak ada persatuan antara satu dengan yang lain. Di sinilah pentingnya satu komando, kesatuan pimpinan atau Imaamul Muslimin. Karena dengan adanya kepemimpinan dan kesatuan umat kebangaan kabilah tidak ada lagi, kebangaan kelompok dan golongan yang menyebabkan perselisihan tidak akan ada.
Sebagaimana sebelumnya antara Aus dan Khazraj di Madinah, antara Bani Abdi Manaf dan Bani Hasyim di Mekah, antara orang kota dan orang gunung dan padang pasir, semuannya itu bermusuhan, benci membenci, berebut kebangaan dan ketenaran dan kemegahan duniawi. Setelah Islam datang maka persengketaan, perpecahan dan permusuhan antar golongan tersebut hilang. Mereka melebur menjadi satu, umatan wahidah.
“dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah”
Umat Islam hendaknya Kembali kepada fitrahnya, yaitu senantiasa menjaga persaudaraan sebagaiman firman Allah dalam QS. al Hujurat : 10,
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.
Sebagai solusi perpecahan umat, Rasulullah berkata kepada sahabat Hudzaifah dengan sabdanya:
…تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ.
“Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka!” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqah-firqah itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian”. (HR. Bukhari dan Muslim, Dari Hudzaifah bin Yaman )
Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda
أَنَاأَمُرُ كُمْ بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِالْجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَالْهِجْرَةِ وَاْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْخَلَعَ رِبْقَةَاْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَابِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَمِنْ جُثَاءِجَهَنَّمَ، قَالُوْايَارَسُوْلَ اللهِ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوااْ لْمُسْلِمِيْنَ بِمَاسَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلْمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَاللهِ عَزَّوَجَلَّ. (رواه أحمد)
“Aku perintahkan kepada kamu sekalian (Muslimin) lima perkara, sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu: Berjama’ah, mendengar, tha’at, hijrah dan berjihad fie sabilillah. Barang siapa yang keluar dari Al-Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali (taubat). Dan barangsiapa yang menyeru dengan seruan jahiliyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam. “Para shahabat bertanya: “Ya Rasulullah, jika dia shaum dan shalat?” Rasulullah bersabda: “Sekali pun dia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang Muslim. Maka panggillah olehmu orang-orang Muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka: “Al-Muslimin, Al-Mu’minin, hamba-hamba Allah ‘Azza Wa Jalla.” (HR. Ahmad 4/202 dan Tirmidzi 5/148-149)
Tentang makna Al Jama’ah Rasulullah bersabda:
مَا اَنَا عَلَيْهِ وَاَصْحَابِي
“(Al-Jama’ah) ialah siapa saja yang mengikuti aku dan para shahabatku”. (HR. Tirmidzi)
Imam Asy Syathibi (wafat 790H) merinci makna Al Jama’ah, “Para ulama berbeda pendapat mengenai makna Al Jama’ah yang ada dalam hadits-hadits dalam lima pendapat:
Pertama, al-Jama’ah adalah sawadul a’zham (kelompok manusia yang besar jumlahnya).
Kedua, al-Jama’ah ialah kumpulan para Imam dari kalangan ulama mujtahidin.
Ketiga, al-Jama’ah ialah para sahabat secara khusus ridhwanullah alaihim.
Keempat, al-Jama’ah ialah kumpulan umat Islam tatkala mereka bersepakat dalam satu urusan.
Kelima, al-Jama’ah ialah Jama’atul Muslimin yang sepakat atas seorang amir (pemimpin).
Dan pendapat kelima inilah yang menjadi kesimpulan Imam Asy Syathibi, ia mengatakan: “Al Jama’ah adalah bersatunya umat pada Imam yang sesuai dengan Kitabullah dan Sunnah. Dan jelas bahwa persatuan yang tidak sesuai sunnah bukan Al Jama’ah yang disebut dalam hadits-hadits”.
Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani menukil perkataan Ibnu Jarir At-Thabari bahwa yang benar tentang maksud ucapan Nabi kepada Hudzaifah “Berpeganglah engkau kepada Jama’atul Muslimin dan Imam mereka!” ialah: “Berpeganglah kepada orang-orang yang telah sepakat (berbai’at) mengangkat seorang amir dalam ketaatan. Barangsiapa melanggar bai’atnya maka dia telah keluar dari al-Jama’ah!”.
Sahabat Ali berkata: “Demi Allah al-Jama’ah adalah berkumpulnya ahlul haq sekalipun sedikit, sedangkan firqoh adalah berkumpulnya ahlul batil sekalipun banyak.”
Akhirnya, semoga Idul Fitri kali ini mampu mengantarkan kita menjadi manusia yang mampu mengendalikan hawa nafsunya untuk menahan marah dan memberi maaf. Merajut jalinan persaudaraan antar kaum muslimin, menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam serta hidup dalam wadah Jama’ah Muslimin dan Imaamnya.
Rasulullah bersabda:
الْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
“Hidup berjamaah mendatangkan rahmat, perpecahan mendatangkan ahzab” (HR. Ahmad)
Nasihat bagi kaum muslimah
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Rasulullah dalam berkhuthbah Idul Fitri memberi nasihat secara khusus untuk kaum muslimat. Beliau menyampaikan agar muslimat senantiasa bertakwa kepada Allah, mengesakan Allah dan menjauhi syirik, karena syirik adalah dosa terbesar. Jagalah salat lima waktu, jagalah rukun Islam lainnya, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.
Wahai kaum muslimat, taatlah kepada suami kalian. Wahai putri-putriku, taatlah kepada kedua orangtua kalian selama mereka tidak memerintahkan kemaksiatan. Wahai kaum muslimat, pakailah jilbab yang menutupi aurat anda tatkala pergi keluar rumah. Hal ini karena Rasulullah telah bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah ada sepeninggalku ujian/cobaan yang lebih besar bahayanya bagi laki-laki daripada ujian/cobaan wanita.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Kaum muslimat semuanya, jagalah kehormatan diri kalian. Jangan sampai kalian terjerumus dalam pergaulan bebas, jauhilah zina dan sarana-sarananya. Karena Allah telah berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina. (Zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Israa’: 32)
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah,
Untuk mengakhiri khutbah ini, sejenak kita tundukkan kepala dan pusatkan hati nurani hanya kepada Allah, tanamkan rasa tawadlu, hilangkan rasa sombong dan angkuh untuk bersimpuh dan berdo’a kepada-Nya.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ اْلكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَاب وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ إِهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ. اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ سَرِيْعَ اْلحِسَابِ إِهْزِمِ اْلأَحْزَابِ. اَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ
اَللَّهُمَّ أَنْتَ عَضُدُنَا وَنَاصِرُنَا بِكَ نحُاَوِلُ وَبِكَ نُصَاوِلُ وَبِكَ نُقَاتِلُ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبُّنَا وَرَبُّهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ وَقُلُوْبُنَا بِيَدِكَ وَاِنَّمَا يَغْلِبُهُمْ أَنْتَ. يَا مَالِكَ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِينَ. لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ اْلعَظِيْمُ اْلحَلِيْمُ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ رَبُّ اْلعَرْشِ الْعَظِيْمِ لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ. سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبِّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ لَا اِلَهَ اِلَّا أَنْتَ عَزَّجَارُكَ وَجَلَّ ثَنَائُكَ حَسْبُنَااللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ اْلمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ إِعْتَصَمْنَا بِاللهِ وَاسْتَعَنَّا بِاللهِ وَتَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ حَصَّنْتَـنَا كُلَّنَا أَجْمَعِيْنَ بِالْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ أَبَدًا. وَدَفَعْتَ عَنَّا السُّوْءَ بِلَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.
يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانِ يَا مَنْ اِحْسَانُهُ فَوْقَ كُلِّ اِحْسَانٍ يَامَالِكَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ يَاحَىٌ يَاقَيُّوْمٌ يَاذَا الْجَلاَلِ وَالْإِكْرَامِ. يَامَنْ لَا يُعْجِزُهُ شَيْئٌ وَلَا يَتَعَاظَمُهُ أُنْصُرْنَا عَلَى أَعْدَائِنَا هَؤُلَآءِ وَغَيْرِهِمْ وَأَظْهِرْنَا عَلَيْهِمْ فِى عَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ تَامَّةٍ عَامَّةٍ عَاجِلَةٍ
اَللَّهُمَّ احْيِ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاِمَامَهُمْ حَيَاةً كَامِلَةً طَيِّبَةً وَارْزُقْهُمْ قُوَّةً غَالِبَةً عَلَى كُلِّ بَاطِلٍ وَظَالِمٍ وَفَاحِشٍ وَسُوْءٍ وَمُنْكَرٍ.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّنَا اَمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُوْلَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِيْنَ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِوَا لِدَيْنَاوَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَابَقُوْنَا بِاْلإِ يْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَئُوْفٌ رَحِيْم. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَ إِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَا أَوْأَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَاتَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَالَاطَاقَةَ لَنَابِهِ، وَاعْفُ عَنَّا، وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرْينَ.
(AK/R4/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)