Oleh : Ali Farkhan Tsani*
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْـمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ, وكُتِبَ عَلَيْنَا الصِّيَام اَلَّذِى هُوَ رُكْنٌ مِنْ أَرْكَانِ اْلاِسْلاَمِ, أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً أَدَّخِرُهَا لِيَوْمِ الزِّحَامِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى دَارِ السَّلاَم. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ وَتَدْخُلُوْا جَنَّةَ رَبِّكُمْ بِسَلاَمٍ, وَقَالَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Ibaadallaah, jama’ah jum’ah yang sama-sama mengharap ridha dan ampunan Allah…..
Setelah sebelas bulan kita menjalani lika-liku kehidupan, sudah pasti sangat banyak bergelimang dosa dan kemaksiatan. Setelah sebelas bulan kita bergelut mencari nafkah, mengadu nasib, mengejar prestasi, tidak sedikit kita menyerempet perbuatan mungkar, zina, dan berbuat salah kepada sesama
Baca Juga: Khutbah Jumat: Jalan Mendaki Menuju Ridha Ilahi
Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan bertobat dan membersihkan segala noda dosa tersebut dengan kehadiran bulan suci Ramadhan.
Hal ini mengingat kesempatan dan peluang meraih derajat taqwa sangatlah terbuka pada bulan penuh barakah ini, bila diisi dengan amal ibadah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dengan demikian, insya Allah ibadah shaum yang kita amalkan dapat membuahkan hasil berupa Taqwa, sebagaimana Allah janjikan di dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Akhir Kehancuran Negara Zionis
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian shaum sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa”.
Sungguh, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memperhitungkan bahwa mereka yang bersedia memikul perintah-Nya untuk menjalankan shaum Ramadhan hanyalah orang-orang yang beriman.
Sebab, ibadah shaum Ramadhan ini memang adalah suatu perintah yang membutuhkan pengorbanan kesenangan diri dan kebiasaan setiap hari. Ibadah shaum ini adalah suatu perintah memerlukan keshabaran dari titik nol sahur dini hari hingga berbuka di senja hari. Artinya, kesabaran dalam kebaikan yang selalu dijalaninya sejak gejolak usia muda, sampai di penghujung usia senjanya yang sudah mulai renta dan butuh perhatian semua.
Ibadah shaum ini adalah suatu perintah yang di dalamnya mengandung ajaran
agar orang-orang yang beriman memiliki keteguhan jiwa di dalam berjihad fi sabilillah, menegakkan syariat-Nya, dan di dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar. Tanpa takut celaan ari orang-orang yang mencela.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memberantas Miras Menurut Syariat Islam
Ibadah shaum ini adalah suatu ibadah yang menuntun hamba-hamba-Nya untuk berjiwa optimis menatap masa depan, bahwa masih sangat-sangat terbuka harapan untuk menggapai prestasi. Mengingatkan juga hamba-hamba-Nya untuk bangkit dari keterpurukan, dinamis menatap hari esok yang cerah, serta bersemangat, pantang putus asa dari mengharap rahmat dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Maka dari itulah, ayyuhal ikhwah hadakumullaah….
Orang-orang yang beriman pun selalu tertanam di dalam dirinya, jiwa yang selalu siap menerima setiap perubahan yang sewaktu-waktu datang. Orang-orang yang beriman adalah mereka yang kuat dan tegar menghadapi setiap tantangan yang ada. Sebab, setiap ada problematika, tantangan, bahkan ancaman, baik di dalam kehidupan rumah tangga, di dalam bertetangga dan bermasyarakat, serta di dalam dunia pendidikan, dakwah, hingga dalam penegakkan jihad menegakkan kalimah Allah.
Berarti di situ terdapat ladang-ladang amal sholeh, peluang untuk berkreasi dan berimproviasi, serta ada sarana untuk meningkatkan ketekunan dalam bermujahadah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menyongsong Bulan Solidaritas Palestina
Sekaligus sebagai media introspkesi muhasabah atas apa yang telah kita lalui, Mungkin etos amal kita selama ini kurang sungguh-sungguh. Mungkin jembatan komunikasi dan silaturrahim kita kurang akrab terjalin.
Mungkin juga doa yang kita panjatkan selama ini kurang diterima Allah karena makanan, minuman, dan segala asupan yang kita masukkan ke dalam perut kita dan perut anak isteri kita kurang terjamin halalan thayyibah-nya. Mungkin pula kurangnya ridha orang tua kita atau kerelaan lingkungan sekitar pergaulan kita akibat tingkah laku kita sendiri yang telah menyakiti dan mereka.
Jamaah sidang jum’ah yang dimuliakan Allah…..
Dalam ibadah shaum, di samping segala persyaratannya kita tempuh dengan sebaik-baiknya, mulai dari sahur hingga berbuka, mulai dari ibadah mahdhoh hingga tathawwu, yang wajib selalu kita jaga adalah keikhlasan di dalam jiwa kita.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Berhati-hati dalam Menyebarkan Informasi
Ikhlas karena mengharap ridha Allah dalam melaksanakan shaum sangat penting sebagai landasan ibadah.bukan hanya dalam ibadah dhaum, tetpi juga dalam segala amal perbuatan yang mengandung kebaikan di dalamnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengingatkan :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah [98] : 5).
Kita juga mesti mengikhlaskan diri terhadap semua yang Allah cantumkan di dalam Al-Quran. Allah memerintahkan kita mengeluarkan infaq di jalan Allah, kita pun ikhlas mengeluarkannya. Allah menyuruh kita bangun tengah malam untuk melaksanakan tahajud, kita pun ikhlas mengerjakannya. Allah melarang kita mengambil harta dengan cara riba, melarang kita berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya, mencegah kita jangan sampai berselingkuh, kita pun hendaknya ikhlas menerimanya.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Memperkuat Pembelaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan Palestina
Allah mengingatkan kita :
إِنَّآ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡڪِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصً۬ا لَّهُ ٱلدِّينَ
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya.”(Q.S. Az- Zumar [39] : 2).
قُلۡ إِنِّىٓ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ مُخۡلِصً۬ا لَّهُ ٱلدِّينَ
Baca Juga: Khutbah Jumat: Menjadi Umat Unggul dengan Al-Qur’an
Artinya : “Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (Q.S. Az- Zumar [39] : 11).
Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ikhlas adalah semata-mata mengharap wajah (ridha) Allah, tidak ada tujuan lainnya. Tidak ada tujuan politis, kepentingan pribadi, dan terbersit tujuan materi, selain Allah.
Ikhlas di dalam memberikan nasihat, ikhlas pula di dalam menerimanya. Ikhlas sebagai pimpinan membimbing umat/makmumnya. Ikhlas pula setiap ummat jika diarahkan menuju ridha Allah.
Sehingga dengan ikhlas karena Allah itu, kita tumbuh menjadi orang-orang yang berbakti kepada-Nya, beramal karena-Nya, kapan saja, di manapun berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Seperti ikhlasnya sahabat berjuluk SAIFULLAH, Pedang Allah, ketika turun jabatan sebagai makmum biasa. Toh dia tetap berjihad sama seperti ketika dia menjadi pimpinan. Sebab dia berprinsip, “bahwa saya berjihad bukan karena Umar (yang waktu itu sebagai Khalifah yang memberhentikannya), yang tidak selalu hidup, bisa saja mati, tetapi saya berjuang karena Allah Yang Maha Hidup, yang terus hidup, mengawasi, tidak pernah mengantuk apalagi tidur”.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Perintah Makan yang Halal dan Thayib
Orang-orang yang shaumnya ikhlas, Insya Allah terukir dalam lisannya yang indah, manakala diajak menghujat orang lain tanpa haq, ketika dibujuk nafsu untuk merusak ukhuwah islamiyah, terhujam di dalam kalimatnya : “INNII SHOOIMUUN” “INNII SHOOIMUUN”, Sesungguhnya saya sedang berpuasa, Sesungguhnya saya sedang berpuasa. Saya sedang menahan diri, saya sedang mengendalikan diri.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِيْ اَنْ يُتَحَفَّظَ مِنْهُ
Artinya : ”Barangsiapa shaum Ramadhan dan mengetahui segala batas-batasnya, serta memelihara diri dari segala yang baik dipelihara diri darinya, niscaya shaumnya itu menutupi dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R. Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Sa’id Radhiyallahu ‘Anhu).
مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَصَامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ
Artinya : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mendirikan shalat, dan shaum Ramadhan, maka wajib bagi Allah memasukkannya ke syurga”. (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Baca Juga: Khutbah Jumat: Upaya Agar Istiqamah di Jalan Yang Lurus
اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
Artinya : “Bertaqwalah kepada Allah Tuhan kalian, dan shalatlah kalian lima waktu, dan shaumlah kalian pada bulan (Ramadhan), dan tunaikanlah zakat harta-harta kalian, dan tha’atilah perintah atas kalian, niscaya akan dimasukkan ke dalam syurga tuhan kalian”. (H.R. At-Tirmidzi dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu).
Ayyuhal ikhwah…….
Puncak keikhlasan di dalam kita hidup bermasyarakat,sebab kita tidak mungkin hidup sendirian, sebab nanti akan diterkam serigala syetan yang sesat dan merusak. Adalah manakala kita ikhlas hidup terpimpin di dalam menjalan Al-Quran dan As-Sunnah.
Baca Juga: Khutbah Jumat: Kabar Gembira bagi yang Mentaati Allah dan Rasul-Nya
Hidup terpimpin artinya hidup yang diatur, diarahkan, diamanahkan, oleh pimpinan kaum muslimin, yakni Imaamul Muslimin di dalam Jama’ah Muslimin sebagai wujud Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah. Kepemimpinan yang mengikuti jejak-jejak kenabian.
Dengan beribadah di bawah pimpinan seorang Imaam yang bertaqwa kepada Allah, insya Allah kita akan mendapat rahmat Allah, sebagaimana Islam itu sendiri hadir sebagai pembawa rahmat, kedamaian, keselamatan, bagi segenap alam.
Dengan berjihad wabil khusus dalam pembebasn Al-Aqsha di bawah pimpinan seorang Imaam yang taqarrub kepada Allah, insya Allah kita akan memperoleh kemenangan. Amin ya robbal ‘alamin. (T/R1/R2).
Ali Farkhan Tsani, Penulis Da’i Pondok Pesantren Terpadu Al-Fatah Cileungsi, Bogor. Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauli Shana’a, Yaman. Redaktur Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency/MINA)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)