Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Khutbah I:
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى وَاصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَا لَى. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمَّا بَعْدُ .
Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa taala.
Khilafah Umar bin Khattab Radiyallahu Anhu menjelaskan, menjadi orang bertakwa hakikatnya adalah menjadi orang yang amat berhati-hati. Ibarat seseorang berjalan di tempat yang penuh duri, maka ia tidak ingin kakinya menginjak duri-duri sehingga selamat melewati jalan tersebut.
Maka dalam keadaan tersebut, seseorang akan menajamkan pandangannya, menelisik sekitarnya, dan mencari celah jalan selamat. Semua organ tubuh akan bekerja maksimal agar ia tak celaka, sehingga sebiji duri pun tak melukai kakinya.
Jamaah Jum’ah yang dimuliakan Allah
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita renungkan Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi;
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّہُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَہۡرً۬ا فِى ڪِتَـٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡہَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٌ۬ۚ ذَٲلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيہِنَّ أَنفُسَڪُمۡۚ وَقَـٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِڪِينَ كَآفَّةً۬ ڪَمَا يُقَـٰتِلُونَكُمۡ ڪَآفَّةً۬ۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ (٣٦)
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa“. (QS. At-Taubah [9]: 36).
Setelah meninggalkan bulan Ramadhan dan Syawal, saat ini kita berada di sebuah bulan yang bernama Dzulqa’dah. Secara bahasa, Dzulqa’dah terdiri atas dua kata, yaitu: Dzu, yang artinya ”sesuatu yang memiliki/menguasai” dan Al-Qa’dah, yang artinya “tempat yang diduduki”. Disebut Dzulqa’dah karena pada bulan ini kebiasaan masyarakat Arab adalah tidak bepergian dan hanya duduk di rumah. Pada bulan ini relatif longgar dari kegiatan setelah padatnya kegiatan di bulan Ramadhan dan bulan Syawal. Setelah Dzulqa’dah juga akan padat kegiatan lagi dengan adanya haji dan qurban.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Bulan Dzulqa’dah termasuk satu dari empat bulan yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai bulan mulia (bulan haram). Yaitu bulan di mana manusia dilarang keras untuk melakukan kemaksiatan, kejahatan dan peperangan lebih dari bulan yang lain. Secara global penyebutan empat bulan haram ini disebut dalam firman Allah surah At-Taubah [9]: 36 di atas. Sedangkan rinciannya dijelaskan oleh Rasulullah shallahu alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya.
“أَلَا إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ“ (روا احمد)
“Ketahuilah bahwa zaman berputar seperti keadaannya pada saat Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat diantaranya adalah bulan-bulan mulia, tiga berurutan; Dzulqo’dah, Dzulhijah dan Muharram serta Rajab mudhar yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (H.R. Ahmad).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Abdullah bin Abbas menjelaskan tentang ayat ini dengan menyatakan: ”Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian di semua bulan. Kemudian dikhususkan dari semua bulan itu sebanyak empat bulan. Keempat bulan itu dijadikan sebagai bulan mulia yang kemuliaannya diagungkan, dan dosa dari perbuatan maksiat dilipatgandakan serta pahala amal shalih yang dilakukan pada bulan-bulan itu juga dilipatgandakan”.
Sementara Qatadah berkata: ”Sesungguhnya berbuat aniaya di dalam bulan-bulan haram merupakan dosa dan sanksinya jauh lebih besar dari pada dilakukan di bulan-bulan selainnya, sekalipun pada prinsipnya, berbuat dosa pada kapanpun dosanya tetap besar. Tetapi Allah melipatgandakan dosanya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.”
Jamaah Jumat Yang Berbahagia
Adapun Keutamaan-keutamaan Bulan Dzulqa’dah diantaranya:
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Pertama, Bulan Dzulqa’dah termasuk bulan haram, sebagaimana telah disebutkan. Bulan haram sebagaimana yang disebutkan oleh Imam At-Thabari dalam tafsirnya, bahwa Dzulqa’dah dijadikan sebagai bulan yang mulia lagi diagungkan kehormatannya.
Bulan mulia nan agung maksudnya adalah, jika seseorang sedang berada di bulan itu, maka amalan-amalan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya, sedangkan amalan-amalan yang buruk juga akan dilipatgandakan dosanya.
Kedua, Bulan Dzulqa’dah juga merupakan salah satu dari bulan-bulan haji (asyhrul hajj) yang dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ (البقرة [٢] : ١٩٧)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui” (QS. Al-Baqarah: 197).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dikemukakan bahwa asyhurum ma’lumaat (bulan-bulan yang telah diketahui) merupakan bulan yang tidak sah ihram untuk menunaikan haji kecuali pada bulan-bulan ini, yaitu: bulan Syawal, Dzulqa’dah dan Dzul Hijjah.
Ketiga, Dzulqa’dah juga diagungkan karena dalam bulan tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang manusia untuk berperang kecuali umat Islam diserang lebih dulu.
Perlu diingat bahwa Islam melarang umat manusia berbuat kerusakan, kekerasan, apalagi peperangan. Maksud diturunkannya agama Islam adalah untuk menjaga agama, akal, keturunan, harta, jiwa. Sementara peperangan dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, jatuhnya korban, hilangnya harta benda, dan sebagainya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Jika pun terpaksa harus berperang, karena umat Islam diserang terlebih dahulu, atau diusir dari kampung halamannya, maka nilai-nilai kemanusiaan harus tetap diindahkan, antara lain; tidak membunuh orang tua, wanita, atau anak kecil, para rahib dan pendeta. Tidak pula merusak bangunan, tanaman dan jangan melakukan penyiksaan terhadap tawanan dan orang-orang yang sudah menyerah.
Begitulah indahnya Islam, yang mengajarkan perdamaian. Islam bukan agama kekerasan, apalagi menyuruh umatnya menjadi teroris.
Keempat, Imam As-Sa’di menjelaskan ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menyempurnakan nikmat yang telah diberikan kepada Nabi Musa Alaihi salam dengan menurunkan firman-firman-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji kepada Nabi Musa alaihis salam untuk berbicara dengannya selama tiga puluh malam di bulan Dzulqa’dah, ditambah sepuluh malam di awal bulan Dzul Hijjah.
Dengan nikmat yang besar itulah, para pengikut Nabi Musa berjanji untuk tidak melakukan kemaksiatan selama Musa pergi menerima wahyu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
وَوَٰعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخْلُفْنِى فِى قَوْمِى وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ ٱلْمُفْسِدِينَ (الاعراف [٧] : ١٤٢)
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (untuk memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi).” (QS. Al-A’raaf: 142).
Namun kenyataannya, setelah Nabi Musa Alahi Salam pergi untuk menerima wahyu, mereka malah bermaksiat dengan menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan mereka. Kaum Bani Israel telah melanggar janji mereka sendiri sehingga Allah murka karena ulah perbuatannya sendiri.
Maka, kita sebagai umat Muhammad Shallallahu alahi wa salam, janganlah seperti kaum Bani Israel yang suka melanggar janji dan memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala, terutama di bulan-bulan yang Allah muliakan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Itulah keutamaan bulan Dzulqa’dah diambil dari beberapa kitab. Semoga kita semua dapat memuliakan bulan-bulan yang dimuliakan Allah dan dapat meraih fadhilah dan maghfirah di bulan tersebut. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Khutbah II:
اَلحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ . اَلصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ خَيْرِ اْلبَشَرِ. وَعَلٰى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اُوْلىِ اْلاَيْدِيْ وَاْلاِ بْكَارِ . أَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الُمسْلِمِيْنَ إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالىَ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
(A/R8/P2)
(Mi’raj News Agency (MINA)