Washington, 8 Dzulhijjah 1437/10 September 2016 (MINA) – Sebuah kelompok hak asasi etnis Uighur terkemuka menyatakan takut Cina akan memanfaatkan serangan bunuh diri militan Uighur di kedutaannya di Kyrgyzstan sebagai dalih untuk menekan komunitas Uighur di wilayah Xinjiang.
Perwakilan Kongres Uighur Dunia (WUC) mengatakan kepada VOA, Jumat (9/10) waktu setempat, bahwa mereka mengutuk ledakan Bishkek dan “semua jenis terorisme”, termasuk apa yang disebut “terorisme negara Cina” terhadap rakyatnya sendiri.
Pernyataan itu merupakan tanggapan publik pertama WUC terkait bom bunuh diri 30 Agustus lalu, yang hanya menewaskan pelaku dan melukai beberapa penjaga keamanan Kyrgyzstan di kedutaan Cina di Bishkek.
Wakil presiden WUC yang berbasis di Amerika Serikat, Omer Kanat, merujuk pada tindakan keras pemerintah Cina terhadap militan Uighur yang dituduh oleh Beijing bertanggung jawab atas sejumlah serangan mematikan terhadap warga sipil di seluruh ‘Negeri Tirai Bambu’.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
Cina juga menuduh militan Uighur terlibat dalam kekerasan sektarian antara minoritas Uighur dan etnik mayoritas Han di Provinsi Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir.
Kanat menduga Beijing akan menggunakan serangan di Bishkek sebagai dalih untuk mengintensifkan apa yang ia sebut aksi keras Cina yang sedang berlangsung terhadap komunitas Uighur yang sebagian besar Muslim berbahasa Turki.
“Saya juga khawatir Beijing akan meningkatkan pembatasan terhadap hak-hak agama dan budaya orang-orang Uighur,” ujarnya seperti dilansir VOA yang dikutip MINA.
Banyak orang Uighur menuduh pihak berwenang Beijing melakukan penganiayaan dan membuat mereka menjadi minoritas di tanah air mereka dengan membanjiri Xinjiang dengan pemukim Han Cina.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Pihak berwenang Kyrgyzstan telah mengidentifikasi identitas pelaku serangan bom bunuh diri di Keduataan Besar Cina di Bishkek sebagai Zoir Khalimov. Pria 33 tahun itu adalah orang etnis Uighur pemegang paspor Tajikistan dan anggota Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM).
ETIM merupakan kelompok separatis yang ingin memisahkan Xinjiang dari Cina. Bishkek juga meyakini serangan berdarah itu didalangi oleh militan Uighur yang berjuang bersama militan lainnya di Suriah.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, mengatakan Beijing akan “tegas” dalam memerangi apa yang disebut “kejahatan berdarah” ETIM dan bekerja sama dengan Kyrgyzstan dan negara-negara lain untuk memerangi terorisme.
Sebuah laporan pemerintah Kanada pada 2012 menunjukkan sedikitnya 50.000 orang Uighur menetap di Kyrgyzstan atau membentuk hampir satu persen dari total penduduk negara di Asia Tengah itu. Wilayah Kyrgyzstan berbatasan dengan Uzbekistan, Tajikistan, dan Cina. (T/P022/P4)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu