Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Krisis Inflasi di Inggris Tekan Rumah Tangga Warga

Ali Farkhan Tsani - Jumat, 7 Oktober 2022 - 17:08 WIB

Jumat, 7 Oktober 2022 - 17:08 WIB

1 Views

London, MINA – Krisis inflasi yang melanda Inggris berdampak langsung menekan rumah tangga warganya.

Data ekonomi mengungkapkan, seperti disebutkan Financial Times, Jumat (7/10), seperlima dari warga Inggris mengatakan, mereka dipaksa meminjam lebih banyak uang untuk memenuhi pembayaran mereka.

Sementara setengah lainnya tidak dapat menabung sama sekali, sebagai tanda bahwa rumah tangga merasakan terpuruk akibat krisis biaya hidup.

Inflasi Inggris meningkat mendekati rekor kecepatan 40 tahun, sementara pemberi pinjaman menaikkan suku bunga hipotek mereka, setelah pengumuman “Anggaran Mini” pemerintah.

Baca Juga: Afsel akan Serahkan Bukti Baru Kejahatan Israel ke Mahkamah Internasional

Hal ini mendorong ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut oleh Bank of England.

Laporan menyebutkan, tekanan yang ditimbulkan pada rumah tangga sekarang terlihat jelas dengan data baru yang menunjukkan, proporsi yang berada dalam kesulitan keuangan meningkat.

Pengeluaran juga turun dan kepercayaan konsumen berada pada rekor terendah.

Sementara “Anggaran Mini”, yang diumumkan oleh Kanselir Kwasi Kwarteng bulan lalu, dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemotongan pajak.

Baca Juga: Rusia Salahkan Israel atas Ketegangan di Timteng Usai Bunuh Pemimpin Hezbollah

Beberapa analis berpendapat bahwa itu justru memiliki efek sebaliknya.

Seperti pendapat Paul Dales, kepala ekonom Inggris di Capital Economics, yang memperingatkan, rencana fiskal itu berisiko “memperpanjang biaya krisis hidup dan menutupinya dengan biaya krisis pinjaman”.

Pendekatan pemerintah terhadap ekonomi juga akan menghasilkan inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi, yang mengarah ke resesi yang lebih dalam.

“Pada akhirnya akan terjadi pengangguran yang lebih tinggi dalam jangka menengah,” kata Dales.

Baca Juga: WHO: Akses Kesehatan di Sudan Sangat Terbatas

Data baru dalam dua pekan hingga 25 September menujukkan, 22 persen populasi mengatakan, mereka harus meminjam lebih banyak uang atau mengambil kredit.

Data ini meningkat enam poin persentase dari November tahun lalu ketika survei pertama kali dilakukan, menurut laporan Kantor Statistik Nasional.

Temuan terkait dengan data terbaru dari Bank of England menunjukkan, pinjaman kartu kredit naik pada kecepatan tercepat dalam 17 tahun pada bulan Agustus. (T/RS2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Sedikitnya 64 Orang Tewas Akibat Badai Helene di Tenggara AS

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Internasional
Internasional
Ekonomi