Cileungsi, MINA – Pelatihan belajar ilmu Nahwu dan Shorof dengan Metode Manhaji yang diselanggarakan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al- Fatah Cileungsi bersama Pondok Pesantren Darun Nuhat selama dua pekan telah usai dilaksanakan pada Ahad malam (16/9).
Program untuk mencetak para ahli dalam bidang nahwu dan shorof yang dapat memahami Al-Quran dan sunah sekaligus kitab-kitab turats ulama salaf atau yang lebih dikenal dengan istilah kitab kuning itu digelar di Kampus STAI Al-Fatah di Kompleks Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi Bogor.
Penemu Metode Manhaji Joko Nursiyo menjelaskan, metode ini adalah sebuah sistem dan program pembelajaran bahasa Arab yang mudah, menarik, praktis, aplikatif, dan menyenangkan yang bisa dipelajari oleh semua kalangan baik anak kecil, orang dewasa , para akademisi lembaga formal seperti pesantren, perguruan tinggi, maupun masyarakat umum.
Metode Manhaji merupakan sebuah metode yang menggabungkan antara teori yang dipakai pondok pesantren salaf (tradisional), pondok pesantren modern, dan studi di Timur Tengah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
“Metode Manhaji merupakan metode belajar shorof/">nahwu shorof yang memiliki tingkatan-tingkatan. Tingkatan pertama yaitu bisa baca dan hafal. Tingkatan Kedua yakni sudah ahli, dan tingkatan terakhir adalah dakwah atau mengajarkan ilmunya kepada orang lain,” kata Joko di Masjid At-Taqwa, Kompleks Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi Bogor, saat acara penutupan Pelatihan Nahwu dan Shorof.
Joko yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Darun Nuhat menyatakan, ia dapat membuat buku Metode Manhaji dan kemudian langsung dipraktikkan mengajar selama 21 hari. Hasilnya banyak di antara peserta yang merasa senang dengan adanya program ini, bukan hanya tempat yang jauh dari keramain dan menyenangkan tetapi yang lebih dari itu metode yang diajarkannya merupakan metode yang sangat mudah dimengerti dan mudah dipahami bagi setiap peserta yang mengikuti program ini.
Mulai dari anak-anak sampai yang sudah bapak-bapak mampu menguasainya dengan sangat baik.
Metode yang diajarkan merupakan metode yang sesuai dengan perkembangan zaman yang ada sehingga semua peserta mampu menangkap pelajaran dengan baik, bukan lagi menghafalkan secara perkata tetapi penulis kitab ini (manhaji) mampu mengemas dengan sangat baik, mulai dari metode menyanyi sampai metode praktek langsung ke dalam Al-Qur’an.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Berbagai macam latar belakang peserta yang mengikuti program baca kitab kuning metode manhaji ini tidak menghambat jalannya kegiatan.
Penasaran dengan pencapaian anak-anak didik yang telah ikut pelatihan selama dua pekan ini, Joko mengetes beberapa anak dengan bacaan hukum dan hasilnya luar biasa, dengan hasil mumtaz (sempurna).
“Mereka ini luar biasa, semangat mereka, dorongan dan solidaritasnya. Manhaji ini baru estafetnya saja, ibaratnya baru membuka kuncinya saja. Masih banyak hal lagi yang harus kalian pelajari. InsyaAllah lanjut terus dan maju terus,” ujar Faiq, salah satu pengajar kelas shorof/">Nahwu Shorof tingkat pemula pada MINA.
Tadrib shorof/">Nahwu Shorof yang diikuti hampir 40 peserta dari berbagai wilayah dan usia, telah sukses diselenggarakan selama dua pekan. Dimulai sejak Senin, 3 September 2018 hingga Ahad, 16 September 2018.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Kegiatan semacam ini akan terus dilakukan dalam rangka mencetak kader ulama’ yang mampu dan memahami dalam bidang shorof/">nahwu shorof, karena dengan ilmu tersebut seseorang akan bisa memahami ilmu-ilmu lainya, seperti ilmu hadits, ilmu fiqih, akhlak dan ilmu tafsir serta ilmu-ilmu lainnya dengan menggunakan metode manhaji.(L/ais/R01)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata