Yogyakarta, MINA – Program aplikasi kamus Al-Munawwir diluncurkan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) bekerja sama BSI di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta, Sabtu (23/12).
“Kami ingin mendekatkan kitab-kitab kuning pada para santri agar semakin mudah dalam mempelajari dan memahami ajaran tuntunan kebaikan,” kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau bisa disapa Gus Yahya.
Ia mengungkap, kamus digital seperti ini memang sudah seharusnya ada sesuai perkembangan jaman.
“Fasilitas-fasilitas pendidikan harus sudah mengadopsi hal-hal digital. Saat ini kitab Al-Munawwir kita lakukan digitalisasi, yang juga membuktikan bahwa pesantren sudah siap menuju era digital,” ungkapnya pada wartawan usai peluncuran.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Selasa Ini Mendung, Berpotensi Hujan Ringan
PBNU menurutnya, juga terus mendorong literasi digital di wilayah pondok pesantren di Indonesia. Begitu pula layanan-layanan NU di berbagai wilayah dikemas secara digital untuk menjangkau semua warga NU.
“Sepanjang tahun ini kami sudah melakukan 1.000 paket untuk masing-masing 100-200 peserta terkait pelatihan literasi digital. Kami juga gunakan platform digital untuk pelayanan-pelayanan di keluarga besar NU,” sambungnya.
Sementara, KH Hodri Ariev Ketua RMI PBNU, menambahkan bahwa Kamus Digital Al-Munawwir ini bisa menjadi rujukan ketika santri atau siapapun yang membutuhkan mencari vocab bahasa Arab Indonesia. Banyak pilihan makna yang bisa didapatkan sesuai konteks kalimat yang ingin dicari.
“Kita bisa terjemahkan teks bahasa Arab ke Indonesia dengan lebih tepat. Dulu dalam buku sekarang dalam handphone. Tak hanya mencari makna kata tapi referensi kata di Al Quran dan bisa juga mencari jamak dan tunggal di dalamnya,” ujarnya.
Baca Juga: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah MTQ Tunanetra Internasional
“Kita bisa mencari makna kata, mencari referensi ke dalam Al Quran termasuk yang lebih rumit seperti Haditz. Kalau kita mencari kata dalam Hadizt sangat lama tapi dengan aplikasi ini, kita terbantu sekali,” sambungnya.
Proses digitalisasi Kamus Al-Munawwir sendiri dilakukan selama satu tahun ke belakang oleh para santri yang menguasai bidang IT. Hodri menargetkan paling tidak kamus tersebut diunduh 1.000 akun setelah resmi diperkenalkan.
“Sekarang kita lebih khawatir ketinggalan handphone daripada kitab. Nah, dengan adanya panduan digital lewat handphone, harapannya tuntunan yang baik dari kitab-kitab kuning ini bisa dibaca dengan mudah,” imbuh Hodri. (R/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sejumlah Wilayah di Banyumas, Jateng Terendam Banjir