Ledakan Bom Guncang Istambul, Puluhan Polisi Tewas

Petugas medis membawa orang terluka setelah serangan bom di Istanbul, Sabtu, 10 Desember 2016. (AP Photo / Cansu Alkaya)

 

, 11 Rabi’ul Awwal 1438/11 Desember 2016 – Dua ledakan terjadi Ahad (11/12) malam di kota Istambul, menewaskan sedikitnya 38 orang, sebagian besar adalah polisi dan mencederai lebih dari 160 lainnya, demikian dilaporkan para pejabat.

Suleyman Soylu, menteri dalam negeri mengumumkan bahwa 30 polisi, tujuh penduduk sipil dan seorang warga yang belum teridentifikasi, tewas. Sejauh ini, 13 tersangka sudah ditahan terkait serangan tersebut.

Menteri Kesehatan Recep Akdag menyebutkan, 20 orang sudah dikeluarkan dari rumah-rumah sakit sementara enam lainnya masih dirawat secara intensif, tulis harian nasional Turki Hurriyet. Tiga dari yang cedera masih berada dalam kondisi kritis.

“Saya mendengar dua ledakan keras dalam selang setiap 30 detik,” kata Omer Yilmaz, seorang petugas kebersihan dekat Masjid Dolmabahce, kepada  Al Jazeera seperti dikutip Miraj Islamic News Agency/MINA.

“Saya melihat kobaran api. Saya berlari menuju bus polisi yang sedang terbakar dan saya melihat sejumlah polisi di dalamnya,” kata Yilmaz.

Turki menyatakan perkabungan satu hari setelah kedua ledakan itu merobek jantung kota Istambul, tulis kantor berita pemerintah, Anadolu, hari Ahad.

Perdana Menteri Binali Yildirim juga memerintahkan pemasangan bendera setengah tiang, kata  Anadolu.  Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, waktu itu menelan banyak korban jiwa.

“Sebuah serangan teroris telah dilancarkan terhadap pasukan keamanan  dan penduduk kami,” katanya. “Kami sekali lagi menyaksikan di Istambul teror keji yang menginjak-injak nilai dan moral,” ujarnya.

Erdogan menunda kunjungannya yang sudah dijadwalkan  ke Kazakhstan untuk bertemu dengan sejawatnya Nursultan Nazarbayev.

Polisi mengosongkan area sekitar lapangan bola Besiktas setelah ledakan-ledakan yang menurut menteri dalam negeri Turki adalah sebuah serangan bom mobil. Ledakan kedua dekat taman dilaporkan dilakukan oleh pembom bunuh diri.

Tempat ledakan bom berlokasi di seberang Dolmabahce Palace yang menghadap ke Selat Bosphorus.

Reporter Al Jazeera, Sinem Koseoglu melaporkan dari Istambul, jalan-jalan menuju tempat ledakan bom ditutup untuk umum. Angkutan umum juga dilarang melintas segera setelah terjadi ledakan, sekitar dua jam setelah sebuah pertandingan sepakbola yang ditonton oleh ribuan orang di arena Vodafone  Besiktas. Sebuah video yang diposting di Twitter merekam saat-saat terjadinya ledakan.

Stasiun televise Turki, NTV melaporlan, ledakan-ledakan itu ditujukan kepada mobil-mobil polisi yang sedang meninggalkan arena sesudah para penggemar bubar karena pertandingan telah usai.

Serangan berdarah

Belum ada pernyataan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Tetapi Fadi Hakura, seorang analis keamanan mengatakan kepada Al Jazeera, ledakan-lekadan itu memiliki ciri-ciri operasi  Partai Buruh Kurdistan (PKK).

“PKK cenderung menyasar fihak yang mewakili pemerintah Turki terutama pasukan keamanan,” katanya.

“Serangan yang memilukan ini akan memperkuat kesan bahwa Turki bertambah tidak aman dan tak stabil, sehingga negara ini tak lagi menjadi benteng yang aman di kawasan yang sangat kacau itu,” katanya.”

Turki telah mengalami serangan-serangan berdarah dalam setahun ini di dua kota terbesar yang mengakibatkan lusinan orang tewas dan menempatkan negeri itu dalam siaga tinggi.

Kelompok-kelompok tentara Kurdi sudah melakukan dua kali serangan di Ankara, sementara terduga Negara Islam Irak dan Levant (ISIL yang juga dikenal sebagai ISIS) melakukan tiga kali bom bunuh diri di Istambul.

Juni lalu, 47 orang tewas dalam tiga serangan bom bunuh diri dan serangan di bandara Ataturk,  yang diduga dilakukan oleh ISIL.

57 orang lainnya, 34 diantaranya anak-anak, tewas bulan Agustus dalam sebuah serangan bunuh diri oleh seorang pembom ISIL di sebuah pesta perkawinan Kurdi di selatan kota  Gaziantep.

Negara ini uga masih belum pulih dari sebuah kudeta gagal 15 Juli yang diduga dilakukan oleh pendeta Fethullah Gulen yang bermukim di Amerika Serikat yang diikuti oleh banyak pendukungnya dari lembaga-lembaga negara Turki. (R01/P2)

Miraj Islamic News Agency/MINA

 

Wartawan: illa

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.