Tripoli, 6 Rabi’ul Awwal 1435/8 Januari 2014 (MINA) – Libya akan merubah sistem perbankan konvensional dengan sistem perbankan syariah untuk menarik investor asing dan investor dalam negeri, ujar Menteri Ekonomi Libya, Mustafa Abu Fanas.
Dua tahun pasca kepemimpinan Gaddafi, Perdana Menteri Ali Zeidan mengatakan ingin menarik modal asing dan mengembangkan sektor perekonomian non-minyak, meskipun ini belum berjalan mulus karena kondisi politik di Libya yang belum stabil.
Menurut AAWSAT yang dikutip MINA (Mi’raj News Agency), Rabu, General National Congress (GNC) yang berfungsi sebagai Parlemen sementara Libya, sangat mendukung rencana pemerintah untuk menerapkan hukum Islam dalam perekonomian.
Asisten Direktur GNZ, Makhzoun mengatakan, krisis ekonomi parah akibat perbankan konvensional di Eropa dan Amerika menyebabkan dunia bergerak kepada perekonomian Islami.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Mengenai kapan perbankan syariah itu dilaksanakan di Libya, saat ini masih dalam pengkajian untuk merancang bagaimana dan mulai kapan kita bisa menerapkannya”, ujar Mustafa Abu Fanas.
Sementara itu GNC telah memberikan waktu kepada pemerintah untuk melarang pembayaran bunga seperti dilakukan perbankan konvensional mulai awal 2015.
Libya dewasa ini memiliki sekitar 16 bank konvensional, yang hanya memiliki sedikit hubungan dengan dunia luar, sebagai akibat boikot barat kepada Moammer Gaddafi.
Kini Libya telah mengubah Undang-undang Perbankan tahun 2005 antara lain menyangkut penerapan perbankan syariah untuk menarik investasi asing dan merangsang sektor swasta setelah perang dua tahun lalu yang menggulingkan Muammar Gaddafi, kata Gubernur Bank Sentral Libya.(T/P010/IR)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
MINA (Mi’raj News Agency)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon