Lima Bintang Sepak Bola Muslim Jadi Mesin Gol di Dunia

Banyak pesepak bola muslim  yang menunjukan kemampuannya pada dunia. Mereka adalah pemain depan atau striker yang rasio golnya cukup impresif. Bahkan catatan gol mereka lebih baik dari para pemain top liga Eropa.

Berikut sosok lima pemain sepak bola muslim yang layak dijuluki mesin gol di dunia:

1. Abderrazak Hamdallah

Abderrazak “Abdo” Hamdallah adalah pemain sepak bola profesional Maroko yang bermain sebagai striker untuk Al-Nassr di Liga Profesional Saudi. Ia lahir 17 Desember 1990 di Safi, Maroko.

Tahun lalu, Hamdallah menjadi pencetak dalam kalender tahun 2019 dengan pencapaian total 57 gol di semua kompetisi.

Striker ini mencetak hat-trick ke gawang Al Feiha untuk unggul dari striker kelas wahid Eropa. Sebut saja pemain Bayern Muenchen, Robert Lewandowski yang mencetak 54 gol dan Lionel Messi Barcelona (50 gol).

“Saya sangat senang bahwa saya mencapai pencetak gol terbanyak dunia pada 2019 dengan 57 gol,” kata Hamdallah.

“Ini suatu kehormatan bagi saya dan bagi semua orang. Saya berterima kasih kepada tim saya, terutama para pemain, atas bantuan mereka dan saya tidak melupakan para penggemar Al Nassr. Saya menantikan tahun yang sukses lagi,” tambahnya.

Nopember 2019 lalu striker 30 tahun, yang menetapkan rekor gol dalam satu musim di Arab Saudi, mengumumkan pengunduran dirinya dari tim nasional setelah tak mendapat panggilan ke timnas Maroko. Ia sempat membuat 14 penampilan untuk tim nasional Maroko mencetak 6 gol.

Di tahun 2020 ini, Hamdallah sudah mencetak 39 gol dan berada di posisi kedua di bawah Lewandowski (48 gol) sebagai top skor dunia.

Statistik gol Hamdallah:
2010-2013 Botola 32 gol
• 2013 Aalesund 19 gol
2014-2015 Guangzhou R&F 26 gol
2015-2017 El Jaish 29 gol
2017-2018 Al-Rayyan
• 2018-sekarang Al-Nassr 58 gol

2. Baghdad Bounedjah

Baghdad Bounedjah adalah pemain sepakbola profesional Aljazair. Ia bermain untuk klub Liga Bintang Qatar Al Sadd dan tim nasional Aljazair sebagai striker. Lahir: 24 November 1991 (usia 29 tahun), di Oran, Aljazair. Nama Bounedjah sendiri mulai banyak dikenal setelah memborong 7 gol bersama klubnya melibas Al Arabi dengan skor 10-1.

Striker asal Aljazair ini sejak tahun 2015 lalu sudah membela Al Sadd. Di klub Qatar itu namanya mulai dikenal di Asia. Dalam lima musim terakhir, Bounedjah mencetak 134 gol dalam 122 penampilan, dimana sebanyak 95 gol dicetak di Liga Qatar.

Lionel Messi bisa saja jadi pencetak gol terbanyak di lima liga top Eropa sepanjang tahun 2018 dengan 51 gol. Namun, bintang Barcelona itu ternyata masih kalah dari Baghdad Bounedjah yang melesakkan 59 gol selama 2018 lalu.

Sepak terjang Bounedjah makin menjadi setelah top skor Liga Champions Asia musim 2017/18. Ia berhasil mengemas 13 gol sekaligus membantu Al Sadd melaju hingga partai semifinal.
Di level timnas, Bounedjah bahkan mengalahkan ketajaman Riyadh Mahrez yang bermain di Manchester City. Untuk timnas ia sukses  mencetak 6 gol hanya dari 8 penampilan bersama Aljazair.

Puncaknya, saat ia memastikan diri sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang tahun 2018 dengan koleksi 59 gol. Catatan penyerang 29 tahun itu bahkan mampu mengalahkan dua superstar Eropa, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.

Menariknya, Bounedjah membukukan 59 gol hanya dari 40 penampilan. Sedangkan Lionel Messi mencetak 51 gol dari 47 penampilan di 2018 bersama Barcelona. Sementara Ronaldo hanya mencetak 49 gol dari 53 penampilan bersama Juventus dan Madrid.

3. Omar Al Somah

Omar Jehad al-Somah adalah pesepakbola profesional Suriah yang bermain untuk klub Liga Profesional Saudi Al Ahli dan tim nasional Suriah. Lahir pada 28 Maret 1989 di Kegubernuran Dayr az-Zawr, Suriah.

Sejak bergabung dengan Al Ahli di Arab Saudi, Omar Al Somah menunjukan statistik luar biasa dalam mencetak gol. Dari 177 pertandingan ia sukses mencetak 160 gol, rasionya hampir menyentuh angka satu gol per pertandingan. Ia menjadi top skor di Liga Arab Saudi pada tahun 2015,2016 dan 2017. Pada musim 2016 ia berperan besar dalam membantu Al Ahli meraih gelar liga pertama mereka dalam 32 tahun terakhir.

Pemain bernama lengkap Omar Jihad Al Somah tersebut mencetak dua gol ke gawang Australia selama bertanding di Play-off Piala Dunia 2018. Ia mengawali karier sebagai pesepak bola bersama klub Suriah, Al Futowa pada tahun 2001.

Kemudian ia pindah dari Al Futowa untuk berlabuh ke Al Qadsia tahun 2011. Pada tahun 2012, Al Soma mendapatkan kesempatan untuk menjalani trial bersama klub Inggris, Nottingham Forest.

4. Cristian Gonzales

Cristian Gérard Alfaro Gonzáles, pria kelahiran di Montevideo, Uruguay, 30 Agustus 1976 adalah pemain sepak bola profesional Uruguay – Indonesia yang bermain sebagai striker untuk PSIM Yogyakarta. Dia telah menjadi pencetak gol terbanyak Liga Indonesia 4 kali dan telah mencetak 249 gol di Liga Indonesia.

Penyerang asal Uruguay yang sudah naturalisasi sebagai Warga Negara Indonesia ini sudah 17 tahun berkarir di Liga Indonesia. Ia kompeten dalam mencetak gol dan meraih gelar top skor liga dalam tiga musim beruntun dari 2005-2008.

Dalam tiga musim bersama Persik Kediri, El Loco sapaannya sukses mencetak 100 gol lebih.Bahkan jika melihat catatan golnya dalam 17 musim di Indonesia sudah mencapai 249 gol bersama delapan klub yang pernah ia bela.Gonzáles masuk dalam skuat Piala Suzuki AFF 2010. Namanya tercantum di deretan pemain yang didaftarkan pelatih timnas Indonesia, Alferd Riedl.

Pada tanggal 21 November 2010 Cristian Gonzales memulai debut di  timnas sepak bola Indonesia melawan Timor Leste dan langsung mencetak dua gol didebut pertamanya. Selanjutnya, ia masuk sebagai anggota inti Timnas Indonesia pada kejuaraan Piala Suzuki AFF 2010.

Setelah menikah, ia memiliki paspor Indonesia, istrinya adalah wanita Indonesia bernama Eva Nurida Siregar. Dari pernikahannya, ia memperoleh dua orang anak (Fernando dan Florencia). Ia juga telah mempunyai dua anak hasil pernikahan sebelumnya (Amanda dan Michael). Cristian Gonzáles memeluk agama Islam pada tahun 2003 karena dorongan dari istri dan lingkungan di Indonesia serta mengganti nama Mustafa Habibi.

5. Ali Daei

Ali Daei kelahiran 21 Maret 1969, adalah penyerang sepak bola Iran yang bertinggi badan 189 cm dan bermain di klub Saba Battery Tehran serta pemain tim nasional Iran.

Tidak ada penyerang Asia yang namanya lebih identik dengan produktivitas daripada Ali Daei. Bahkan di seluruh dunia, tidak ada yang lebih baik ketimbang Daei untuk urusan mencetak gol dengan seragam tim nasional.

Hanya ada satu orang yang berhasil mencetak lebih dari seratus gol untuk tim nasional, dan dia itu adalah Ali Daei. Bahkan Pele dan Ferenc Puskas pun tidak seproduktif Daei, apalagi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Daei, yang kini sudah pensiun, telah mencetak 109 gol dalam 149 pertandingan bersama tim nasional Iran. Yang terdekat dengannya adalah Puskas, pencetak 84 gol dalam 89 pertandingan bersama tim nasional Hungaria.

Di antara ratusan gol yang ia persembahkan untuk negaranya, gol-gol ke gawang Australia barangkali adalah yang paling bermakna. Dengannya, Daei membawa Iran lolos ke Piala Dunia 1998, keberhasilan pertama setelah 20 tahun Iran gagal melaju ke Piala Dunia.

Secara harfiah, Daei banyak berkorban untuk bisa mencetak banyak gol bersama tim nasional Iran. Jadwal tim nasional Iran yang tidak menentu dan terbilang cukup berantakan, membuat ia tidak jarang absen dari agenda klub, termasuk ketika ia membela klub sebesar Bayern Munchen. Negara selalu menjadi prioritas utama Daei.

Pemain kelahiran 21 Maret 1969 tersebut, baru tercium bakatnya sebagai pesepakbola saat ia membela tim universitasnya, di usia 20 tahun. Kemudian bergabung dengan Taxirani, klub divisi kedua. Di musim pertamanya, Daei langsung menjadi pencetak gol terbanyak dengan 14 gol. Daei kemudian naik kelas ke divisi pertama. Membela tiga klub dalam enam musim, Daei keluar sebagai pencetak gol terbanyak liga dalam lima musim.

Pada pertengahan 1993, ia menjalani debutnya. Kurang dari empat bulan, Daei sudah meraih penghargaan pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik di kejuaraan pendahuluan Kualifikasi Piala Dunia. Pada 1996, dengan delapan gol, Daei menjadi pencetak gol terbanyak Piala Asia. Dalam 60 pertandingan pertama untuk Iran, Daei mencetak 40 gol.

Tahun berikutnya, tepatnya pada Juli 1997, Daei meninggalkan Iran. Ia bergabung dengan Arminia Bielefeld yang baru promosi ke Bundesliga 1. Seperti yang sudah-sudah, Daei tidak bertahan lama di Bielefeld. Ia hanya membela die Arminen selama semusim.

Perjalanan karir Daei berlanjut ke Bayer Munchen. Presiden Bayer Munchen pada saat itu, Franz Beckenbauer, menginginkan Daei untuk bergabung. Menurutnya, Daei adalah seorang penyerang kelas dunia. Pindahnya Daei ke Bayern Munchen menjadikannya sebagai pemain Asia pertama yang bermain di kompetisi Liga Champions. Andai keajaiban Camp Nou 1999 tidak terjadi, Daei pasti sudah tercatat sebagai pemain Asia pertama yang menjuarai Liga Champions.

Ali Daei memutuskan pensiun pada tahun 2007. Selama bermain di level klub, Ali Daei memainkan 287 pertandingan dan mencetak 152 gol.

Ali Daei adalah predator di depan gawang lawan. Namun, di balik itu ia adalah seorang yang sangat religius dan ramah. Ia selalu menyerahkan semua kepada Tuhan. Ketika ditanya mengapa kariernya di klub tidak sementereng di timnas, Daei mengatakan semuanya telah diatur oleh Tuhan dan saya hanya bisa berserah diri dan selalu berusaha.

Selain itu ia merupakan pemain yang sangat menghormati ibunya. Sebelum pertandingan ia selalu meminta restu dari ibunya. Daei mengatakan bahwa bakatnya bermain sepakbola dan prestasi yang ia raih selama berkarir itu semua berkat ibu yang telah melahirkannya.
Sosok pekerja keras dan rendah hati juga lekat pada dirinya.

Ketika ditanya soal rahasianya bisa tampil luar biasa bersama Iran dan bermain di 12 kesebelasan, ia mengatakan “Saya telah mengabaikan banyak hal menyenangkan untuk fokus latihan dan kecintaan saya terhadap sepakbola merupakan hal yang membuat tidak ada lelah untuk berlatih”.

Pensiun sebagai pemain, Daei memilih untuk menjadi seorang pelatih. Dari tahun 2006 hingga tahun 2017 lalu ia telah melatih enam kesebelasan, termasuk menjadi pelatih tim nasional Iran pada 2008.

Kini Daei memiliki perusahaan manufaktur jersey sepakbola sendiri yang membuat jersey untuk klub liga utama Iran, beberapa kesebelasan divisi dua dan untuk tim nasional. Ia pun terbilang sebagai seorang dermawan dengan memberikan bantuan amal. Salah satunya dengan mengadakan pertandingan amal yang menghadirkan pemain kelas dunia seperti Roberto Baggio ke Iran. (A/R11/P1)

(Dari berbagai sumber)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.