Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lockdown Muhammad Sebelum Dilantik Menjadi Rasul Sallallahu Alaihi Wasallam

Ali Farkhan Tsani - Kamis, 23 April 2020 - 13:23 WIB

Kamis, 23 April 2020 - 13:23 WIB

11 Views

Renungan Zanjabil #35

Oleh Prof. Madya Dr. Abdurrahman Haqqi, Fakultas Syariah dan Hukum Universiti Islam Sultan Sharif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam.

MUHAMMAD sebelum lahir, lain kisahnya dengan sesudah lahir. Muhammad sesudah lahir, lain kisahnya dengan ketika kanak-kanak. Muhammad ketika kanak-kanak, lain kisahnya dengan ketika remaja. Muhammad ketika remaja, lain kisahnya dengan ketika belia. Muhammad ketika belia, lain kisahnya dengan ketika dewasa.

Muhammad ketika dewasa, lain kisahnya dengan ketika meninggal dunia. Muhammad ketika meninggal dunia, lain dengan kisahnya ketika masih hidup. Dan semua kisah itu ada rekodnya dan tertulis kemudian diceritakan dalam al-Sirah al-Nabawiyah tanpa ada yang disembunyikan atau disorok sekecil apa pun. Allahumma Salli Wasallim Alaih

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Tiga tahun sebelum dilantik menjadi nabi dan rasul, Muhammad mulai membanyakkan menyendiri atau ‘uzlah atau lockdown di Gua Hira, Jabal Nur, 4 KM di di timur laut Mekkah, arah menuju Kota Taif.

Untuk mencapai puncak Jabal Nur memang diperlukan perjuangan yang relatif berat kerena kawasan yang terjal dan mendaki.

Gua Hira adalah gua kecil dengan panjang 3,5 meter dan lebar 1,5 meter, serta letaknya berada 4 meter dari atas bahagian puncak Jabal Nur.

Untuk sampai di Gua Hira, diperlukan fisik dan stamina yang kuat. Anda perlu mendaki dari dasar gunung sekitar 1 jam untuk tiba di Gua Hira. Dari sana, hanya perlu beberapa minit saja untuk tiba di Puncak Jabal Nur yang punya ketinggian sekitar 642 meter.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Rasulullah SAW kerap melakukan pendakian tersebut demi untuk mengasingkan diri. Baginda SAW biasa membawa roti yang terbuat dari gandum dan bekalan air.

Baginda SAW tinggal di dalam gua selama bulan Ramadan. Memberi makan orang-orang miskin yang mengunjunginya, menghabiskan waktunya dengan beribadah dan bertafakkur.

Baginda SAW tidak tenang melihat keadaan penduduk Makkah dalam keadaan syirik yang usang dan gambaran tentangnya yang demikian rapuh. Akan tetapi baginda tidak memiliki jalan yang terang, manhaj yang jelas ataupun jalan yang mesti dituju, yang berkenan di hatinya dan dipersetujuinya.

Pilihan mengasingkan diri atau ‘uzlah atau lockdown yang dilakukan oleh baginda ini merupakan tadbir (senario) Allah SWT terhadapnya. Juga agar terputusnya kontak dengan kesibukan-kesibukan duniawi. Untuk kemudian mempersiapkan diri menghadapi urusan besar yang sudah menantinya. Mengemban amanah yang agung, merubah wajah bumi dan meluruskan garis sejarah.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

‘Uzlah yang sudah diatur oleh Allah SWT ini terjadi tiga tahun sebelum dirinya diangkat menjadi rasul. Baginda menjalani ‘uzlah ini selama sebulan dengan semangat hidup penuh kebebasan dan merenungi keghaiban yang tersembunyi di balik kehidupan tersebut, sehingga tiba waktunya untuk berinteraksi dengannya saat Allah SWT memperkenankannya.

Menurut Allahyarham al-Buti, ‘Uzlah Rasulullah SAW menjelaskan bahawa seorang muslim tidak akan sempurna keislamannya -betapapun ia memiliki akhlak-akhlak yang mulia dan melaksanakan segala macam ibadah- sebelum menyempurnakannya dengan waktu-waktu ‘uzlah dan khalwah (menyendiri) untuk “mengadili diri sendiri” ( muhasabah al-nafs). Merasakan pengawasan Allah dan merenungkan fenomena-fenomena alam semesta yang menjadi bukti keagungan Allah SWT.

Hikmah dari program ‘uzlah seorang muslim, sambung Allahyarham, ialah bahawa setiap jiwa manusia memiliki sejumlah penyakit yang tidak dapat dibersihkan kecuali dengan “ubat” ‘uzlah dan “mengadilinya” dengan suasana hening, jauh dari keramaian dunia. Sombong, ujub (bangga diri) dengki, riya’ dan cinta dunia, semua itu adalah penyakit yang dapat menguasai jiwa, merasuk ke dalam hati, dan menimbulkan kerosakan di dalam batin manusia sekali pun zahirnya menampakkan amal-amal salih dan ibadah-ibadah yang baik.

Dengan ‘uzlah baginda SAW, akhirnya diturunkanlah wahyu pertama pada 17 Ramadan tahun 610M.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Wahyu itu berbunyi maksudnya, “Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia daripada segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.” (Surah al-‘Alaq: 1-5)

Maka, bermula dari saat itulah hubungan langit dan bumi bersambung semula selepas terhenti selama enam abad lamanya.

Mari kita jadikan masa lockdown ini sebagai masa ‘uzlah atau khalwah untuk kita merenungi diri sendiri benarkah kita sudah beriman yang sebenar-benarnya iman?. Semoga berhasil.

Wallahu a’lam. Semoga bermanfa’at.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Bandar Seri Begawan, 23/04/2020. (A/AH/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Palestina
Internasional
Dunia Islam
Internasional