LSM India-Kuwait Minta Harvard Cabut Penghargaan Suu Kyi

Kuwait City, 20 Dzulhijjah 1434/22 September 2016 (MINA) – LSM Masyarakat Persahabatan Kuwait-India (IKFS) yang bergerak di bidang sosial, budaya dan pendidikan, meminta Yayasan di Amerika Serikat (AS) untuk menarik penghargaan yang telah diberikan kepada Aung San pada 17 September 2016 lalu.

IKFS yang berbasis di India dan Kuwait, telah mengirim surat resmi kepada Yayasan Harvard sebagai institusi pendidikan internasional terkenal, yang telah memberikan penghargaan Humanitarian Award 2016 kepada Suu Kyi. Demikian laporan Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency) dari sumber The Siasat.

Presiden IKFS Dr Ghalib Al-Mashoor dalam suratnya mendesak Yayasan Harvard menghentikan pemilihan orang-orang yang tidak konstruktif dan tidak berperan dalam kemajuan umat manusia.

“Kami meminta Suu Kyi juga, untuk ditarik kembali penghargaannya karena dia tidak mendukung rakyat melalui antar-etnis, pemahaman dan rasa hormat, dan tidak melakukan apa pun untuk menyelamatkan kehidupan manusia dari pembersihan etnis negaranya,” ujar Mashoor.

Menurutnya, lebih dari 100.000 warga Muslim telah tewas di Myanmar dan 500.000 lainnya menjadi warga tanpa kewarganeraan, dan warga tinggal di gubuk sempit dan kurang terpelihara.

“Warga juga dicegah bergerak bebas, tidak memiliki akses terhadap layanan dasar dan terbatas, serta sebagian besar ditolak kewarganegaraannya di Myanmar,” lanjutnya.

Mashoor menyeru PBB dan negara-negara Islam harus melakukan sesuatu sebelum mereka menyelesaikan pembersihan etnis lebih parah.

Mashoor menambahkan, dunia saat ini sedang menyaksikan apa yang terjadi di Myanmar tanpa tindakan apa pun untuk menghentikan aksi genosida.

“Kami heran melihat pilihan penghargaan Harvard untuk Suu Kyi. Hal ini sangat disayangkan untuk sesuatu yang kita tidak bisa memahami apa perannya dalam menjaga perdamaian di negaranya,” lanjutnya.

LSM IKFS dalam suratnya juga menulis, Suu Kyi harus melakukan sesuatu untuk menghentikan pembersihan etnis Muslim oleh pemerintahnya. Jangan hanya diam menyaksikan pembersihan etnis dan tidak melakukan apa pun.

“Kita tidak bisa membenarkan namanya tercantum dalam penghargaan atas jasanya yang tidak pernah berbicara menentang kekejaman di negaranya terhadap Muslim Rohingya, serta tidak pernah berupaya menghentikan penganiayaan terhadapw arga minoritas di negara itu.

Padahal, menurut IKFS, Suu Kyi Aung mampu melakukanya, sebagai penasihat negara, politikus, diplomat, pemimpin Liga Nasional untuk Demokrasi, dan sebagai Menteri Luar Negeri wanita pertama Myanmar di Kabinet Presiden Htin Kyaw saat ini.

IKFS sebelumnya juga telah meminta campur tangan OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dan SAARC (Asosiasi Kerjasama Regional Asia Selatan) untuk melakukan upaya menghentikan pembersihan etnis minoritas Rohingya Muslim di Myanmar. (T/P4/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.