Oleh: Dr. Muhammad Yanis Musdja, Dosen Metode Pengobatan Islam Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hadist Rasulullah Muhammad Shallalahu Alaihi Wasallam yang menyatakan: “Berpuasalah kamu, agar kamu sehat (Shumu tashihu),” telah dibuktikan kebenarannya oleh pemenang Hadiah Nobel yang meneliti tentang manfaat puasa untuk kesehatan, yakni Yoshinori Ohsumi (Jepang) pada tahun 2016.
Yoshinori Ohsumi menemukan di dalam sel yang dipuasakan akan membuat Autophagy menjadi aktif untuk memakan (Fagosis) virus dan benda-benda berbahaya lainya di dalam sel, serta mengeluarkan sisa-sisa metabolisme (reaksi kimia) yang tidak diperlukan oleh sel.
Kata Autophagy berasal dari bahasa Yunani yaitu “Auto” berarti sendiri dan “phagein” berarti memakan atau Autophagy berarti memakan diri sendiri.
Baca Juga: Aksi Kebaikan, Dompet Dhuafa Lampung Tebar 1445 Makanan Berbuka dan Takjil
Pada saat puasa, absorbsi makanan di lambung terjadi sekitar empat jam dan di usus halus sekitar empat jam atau ada sekitar delapan jam absorbsi makanan di pencernaan kita. Dalam arti kata lain ada sekitar delapan jam pengiriman makanan ke sel-sel kita di seluruh tubuh.
Kita berpuasa rerata sekitar 14 jam atau ada sekitar 14 jam dikurangi 8 jam yaitu 6 jam. Artinya selama sekitar 6 jam tidak ada pengiriman makanan ke sel-sel kita di seluruh tubuh.
Pada saat tidak ada pengiriman makanan ke sel-sel, maka untuk melangsungkan hidupnya sel-sel akan mengambil cadangan makanan yang ada dalam sel.
Pada saat puasa Ramadhan kejadian ini akan berulang setiap hari selama satu bulan. Cadangan makanan di dalam sel-sel ada berupa senyawa yang baik dan yang tidak baik.
Baca Juga: Masjid Sekayu Semarang Cikal Bakal Pembangunan Masjid Agung Demak
Senyawa yang baik adalah senyawa yang tidak membahayakan untuk tubuh, sedangkan senyawa yang tidak baik adalah senyawa yang membahayakan untuk tubuh, seperti virus dan senyawa-senyawa kimia toksis lainnya.
Untuk kelangsugan hidup sel-sel dalam tubuh, maka sel akan mengaktifkan autophagy untuk memakan senyawa-senyawa yang baik dan yang tidak baik yang ada di dalam sel.
Disamping itu Autophagy adalah merupakan vaksin alami yang bekerja meningkatkan antigen dan antibody.
Autophagy penting dalam mengendalikan degradasi protein. Autophagy merupakan jalur katabolik (Pemecah senyawa kimia) yang dapat mendorong ketahanan tubuh dalam menghadapi perubahan lingkungan dengan mengaktifkan autoghosome untuk memakan dan mencerna (fagosom) virus yang menular.
Baca Juga: Berkah Ramadhan, Wahdah Tebar Paket Sembako
Proses Authopagy pada Pasien Covid-19
Autophagy adalah proses regenerasi alami yang terjadi pada tingkat sel dalam tubuh. Seperti yang telah diketahui, setiap 1 kg tubuh mengandung sekitar 1 triliun sel, untuk orang dengan berat 70 kg akan ada sel-selnya sekitar 70 triliun sel.
Pada saat kita tidak puasa senyawa-senyawa kimia yang tidak diperlukan tubuh akan menumpuk didalam sel-sel. Pada saat puasa Autophagy akan memakan cadangan makanan yang ada dalam sel-sel tersebut. Autophagy memainkan peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh atau imunitas, dengan membersihkan racun dan agen infeksi dalam tubuh.
Baca Juga: Riska Gelar Anjangsana Sosial di Rumah Belajar Merah Putih Cilincing
Penelitian juga membuktikan autophagy dapat meningkatkan prospek sel dalam menghadapi infeksi penyakit menular dan neurodegeneratif dengan mengendalikan peradangan.
Autophagy juga disebut dapat membantu melindungi sel terhadap masuknya mikroba ke dalam tubuh. Autophagy terjadi secara alami di dalam tubuh, Proses ini terjadi di dalam tubuh ketika sel mengalami degerasi dan mendaur ulang komponen sel tersebut pada saat berpuasa setelah 8 jam.
Hasil kerja autophagy ini menghasilkan energi yang sangat vital dalam membangun sel sel baru di dalam tubuh kita.
Peran penting autophagy ini juga sangat vital ketika tubuh kita mengalami infeksi karena autophagy dapat berfungsi juga dalam menghancurkan bakteri dan virus yang menyerang tubuh kita serta beberapa peran lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Baca Juga: Masjid Jami’ Aulia Pekalongan Usianya Hampir Empat Abad
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sel di dalam tubuh, kita menggunakan mekanisme autophagy ini untuk menghancurkan protein dan bagian sel lainnya yang rusak sehingga dapat dianggap sebagai proses yang mencegah penuaan dan melawan virus penyakit.
Jika proses autophagy ini di aktifkan maka tubuh kita akan mengeluarkan protein secara cepat dan melindungi tubuh dari penyakit. Autophagy adalah proses biologis sel yang mendorong ketahanan dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Mengingat bahwa agen menular merupakan jenis utama dari ancaman lingkungan, hal ini menjelaskan bahwa jalur autophagy adalah pusat hasil dari host-mikroba interaksi. Studi molekuler telah mengungkapkan cara-cara di mana autophagy menekan virus yang berpotensi untuk menular, seperti virus yang memerlukan sel inang untuk melakukan replikasi.
Makroautofagi atau autophagy mengacu pada proses yang dikonservasi secara evolusi di mana komponen intraseluler seperti agregat protein dan organel yang rusak ditelan ke dalam struktur membran ganda yang disebut autophagosome, yang pada akhirnya bergabung dengan lisosom untuk membentuk autolisosom untuk degradasi.
Baca Juga: Ini Lima Hikmah Puasa Ramadhan Sebagai Pendidikan Ruhiyah
Autophagy memainkan peran penting dalam berbagai proses fisiologis dan patologis, termasuk kelangsungan hidup sel, kematian sel, penuaan, imunitas dan metabolisme. Pada authophagy adanya keterlibatan jalur endositik dan autophagy dalam entri dan replikasi Corona Virus (CoV) dalam sel inang.
Masuknya CoV ke dalam sel inang sebagian besar dimediasi oleh jalur endositik, sementara itu autophagy juga terlibat dalam replikasi virus dalam sel, suatu proses yang sebagian terkait dengan pembentukan DMV dalam sel inang.
Akibatnya, beberapa kelompok inhibitor termasuk agen lysosomotropic seperti CQ dan inhibitor untuk endositosis yang dimediasi clathrin seperti chlorpromazine telah diusulkan untuk memiliki khasiat terapeutik terhadap penyakit yang diinduksi CoV termasuk COVID-19.
Autophagy memiliki mekanisme daur ulang dalam keadaan ketersediaan sumber daya yang rendah. Sejalan dengan peran utamanya dalam imunitas, virus telah berevolusi untuk mengganggu atau menghindari proses autophagy, dan dalam beberapa kasus bahkan memanfaatkan autophagy untuk replikasi mereka.
Baca Juga: Tujuh Pesohor Non-Muslim Ini Pandai Baca Al-Quran, bahkan Hafal Sebagian Suratnya
Authopagy memberikan konsekuensi yang menghancurkan dari pandemic COVID-19 saat ini.
Jalur degradatif seluler dari autophagy memiliki peran mendasar dalam kekebalan. Induksi autophagy mungkin bermanfaat untuk menangkal infeksi SARS-CoV-2 pada saat ini.
Sistem autophagy-lysosomal memang tampaknya memiliki peran utama selama infeksi dengan CoV yang berbeda, termasuk SARS-CoVs.
Tingkat autophagic selama infeksi juga dapat mencerminkan upaya sel untuk membangun kembali homeostasis, baik melalui pembatasan masuknya virus dengan secara aktif mendorong endositosis/penjualan endosomal (mungkin mengakibatkan pengurangan autofagi sebagai efek samping) atau untuk menangkal kematian sel yang disebabkan oleh virus dengan meningkatkan autofag sitoprotektif.
Baca Juga: Ramadhan Sebagai Bulan Transformasi (Bagian 3)
Fungsi protein autophagy dalam sistem kekebalan juga termasuk dalam pengembangan dan keseimbangan sistem kekebalan tubuh dan antigen.
Autophagy juga memiliki fungsi lain dalam prosesnya diferensiasi limfosit, mungkin secara tidak langsung, melalui efek ekspresi sitokin. Protein autophagy dibutuhkan untuk antigen selama infeksi.
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa Puasa Ramadhan dapat meningkatkan derajat Kesehatan seseorang di mana sel-sel tubuh pada saat puasa sel-sel tubuh akan mengaktifkan autophagy dan memberikan efek yang banyak sekali untuk meningkatkan antibodi yang dapat mencegah dan menyembuhkan beberapa penyakit termasuk mencegah Covid-19. (AK/R1/RI-1)
Baca Juga: Dompet Dhuafa Lampung Berbagi Ratusan Paket Makanan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: MUI-KPI Pantau Tayangan Ramadhan 1445H