Masih SMK, Fahris Jadi Pengusaha dengan Omset Puluhan Juta Rupiah

Malang, 5 Jumadil Akhir 1438/4 Maret 2017 (MINA) – Fahris Tauzinasy Syifa, siswa kelas XII SMK Negeri 4 Malang, Jawa Timur, menjadi seorang pengusaha percetakan dengan omset puluhan juta rupiah di usianya yang baru menginjak 18 tahun.

Menurut keterangan pers Kemdikbud yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), niatnya berwirausaha baru muncul setelah ia mengikuti pembelajaran di sekolahnya untuk program keahlian Produksi Grafika. Meski usaha yang dirintisnya baru berusia satu tahun, Fahris sudah bisa mendapatkan omset bernilai puluhan juta rupiah.

Fahris mengaku, awalnya ia tidak berminat masuk sekolah menengah kejuruan (SMK). Motivasinya masuk SMK karena mengikuti keinginan orang tua yang menginginkan anaknya memiliki keahlian setelah lulus dari pendidikan menengah. Bahkan ia sendiri tidak paham seperti apa program keahlian Produksi Grafika yang dipilihnya di SMKN 4 Malang.

“Dulu pas masuk sini (SMKN 4 Malang) nggak tau apa itu produksi grafika. Lalu pas sudah masuk sekolah, belajar, dan lihat-lihat mesin cetak, saya jadi tertarik dan ingin buka usaha percetakan sendiri,” katanya mengenang masa-masa awal menjadi siswa SMK Negeri 4 Malang.

Fahris bertutur, suatu hari di sekolah pernah ada sesi diskusi dengan guru dan teman-temannya mengenai cita-cita. Saat ia mengutarakan cita-citanya menjadi pengusaha percetakan, teman-temannya menertawakannya. “Saya diketawain teman-teman waktu itu,” tuturnya.

Untuk memperlihatkan keseriusannya, Fahris mendirikan perusahaan percetakan yang diberi nama Barokah Printing, dengan modal dari tabungannya sendiri. Barokah Printing didirikan pada 11 Januari 2016. Sekitar enam bulan kemudian berubah nama menjadi Asa Printing.

“Dulu waktu pakai nama Barokah Printing itu baru dalam tahap penyusunan strategi saja. Terus setelah udah mulai serius dan terjun ke lapangan saya minta restu dari orang tua, saya minta saran juga. Dari situ sama Ayah saya dikasih nama Asa Printing,” ujar Fahris. Ia menambahkan, kata “Asa” berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti kemenangan atau harapan.

Seperti layaknya seseorang yang memulai usaha, Fahris juga merasakan jatuh-bangun. Saat mendapat pesanan cetakan untuk pertama kalinya, ia langsung rugi sekitar dua juta rupiah karena kliennya tidak puas dengan hasil cetakannya, dan meminta dicetak ulang.

Kala itu Fahris masih menggunakan pihak ketiga untuk mencetak pesanan yang diterimanya, sehingga ia tidak bisa mengawasi secara langsung saat proses pencetakan.

Sekarang Fahris sudah bisa menggunakan mesin cetak di sekolahnya lewat fasilitas Unit Produksi dan Jasa (UPJ). Mesin cetak di SMKN 4 Malang menggunakan mesin cetak Offset Printing Machine GH 524 dan Thermal CTP Platemaker Speedy 560/110, dengan merk Gronhi.

Mesin cetak empat warna itu merupakan bantuan dari Asian Development Bank (ADB). Dengan meminjam mesin cetak di Unit Produksi dan Jasa SMKN 4 Malang, Fahri dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap proses pencetakan dan hasil cetaknya.

Saat ini ia sudah memiliki dua karyawan tetap yang terdiri dari alumni SMKN 4 Malang dan siswa SMKN 4 Malang yang berlatar belakang teknologi informasi, khususnya bagian desain. “Freelance juga banyak, bisa belasan sampai puluhan, tergantung orderan cetakan,” ujar anak tengah dari tiga bersaudara itu.

Omset yang diterimanya pun pernah mencapai puluhan juta rupiah. Awal 2017 ini ia baru saja mendapatkan pesanan untuk mencetak ratusan kalender dari sebuah hotel ternama di Malang.

Penyuka sepak bola itu merasa bersyukur mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah maupun keluarga dalam menjalani usahanya. Selain diperbolehkan menggunakan fasilitas di UPJ, Fahris juga merasa terbantu saat berkonsultasi dengan salah seorang gurunya, Rini Soesilowati, seorang guru di program keahlian Persiapan Grafika. (T/R05/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Fauziah Al Hakim

Editor: Ismet Rauf