Masjid Al-Aqsa dan Nabi Sulaiman

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA

Menurut klaim Yahudi, ada peninggalan kuil (sinagog) Solomon () yang mereka anggap sebagai lambang kekuatan. Mereka meyakini bahwa pondasi kuil tersebut berada di bawah Masjid Al-Aqsa, dan telah runtuh.

Para ahli sejarah Yahudi menyatakan, Sulaiman membangun sebuah kuil (sinagog) yang bernama Baitallah atau Haekal. Haekal itu menjadi tempat ritual peribadatan umat Yahudi pertama yang indah dan megah. Di tengah Haekal itulah terdapat sebuah batu hitam bernama Sakhrah al-Muqaddasah.

Yahudi juga mengklaim bahwa satu-satunya tempat yang bagus untuk pembangunan kembali kuil lambang kekuatan itu terletak di Bukit Zaitun, yang terletak di antara Masjid Al-Aqsa al-Qibli dan Kubah As-Sakhrah (the Dome of Rock). Di tempat ini, pemandangannya sangat bagus dan posisinya juga sangat strategis untuk memantau sekitarnya.

Padahal, jika dirunut ke belakang, Masjid Al-Aqsa adalah masjid tempat beribadah kepada Allah. Nabi Sulaiman pun berada di tempat ini untuk ibadah kepada Allah, di masjid ini, bukan kuil atau sinagog.

Di samping itu, Masjid Al-Aqsa adalah masjid kedua yang dibangun di muka bumi ini setelah Masjidil Haram di Makkah, seperti dinyatakan Nabi Muhammad SAW. Tidak ada satu bentuk tempat ibadah pun yang ada di muka bumi ini saat Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsha dibangun.

Sebagian ulama ahli tarikh berpendapat bangunan dasar Masjid Al-Aqsa dibangun oleh para malaikat atau oleh Nabi Adam. Bangunan awal Al-Aqsa tersebut dibangun 40 tahun setelah bangunan dasar Masjidil Haram diletakkan. Seperti disebutkan Nabi Muhammad SAW dalam Shahih Muslim yang diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu.

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي الْأَرْضِ أَوَّلُ قَالَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ ثُمَّ الْمَسْجِدُ الْأَقْصَى قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ يَعْنِي بَيْتَ الْمَقْدِسِ قَالَ قُلْتُ كَمْ بَيْنَهُمَا قَالَ أَرْبَعُونَ سَنَةً

Artinya : “Wahai Rasulullah, masjid apakah yang pertama diletakkan oleh Allah di muka bumi?” Beliau bersabda, “Al-Masjid Al-Haram”. Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian apa?”. Beliau bersabda, “Kemudian Al-Masjid Al-Aqsha”. Berkata Abu Mu’awiyah “Yakni Baitul Maqdis” . Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa lama antara keduanya?”. Beliau menjawab, “Empat puluh tahun”. (HR Ahmad dari Abu Dzar).

Saat banjir besar melanda pada masa Nabi Nuh, konon masih dijumpai sisa-sisa bangunan Masjid Al-Aqsa tersebut. Menurut catatan Islam Story.

Sebagian penulis sejarah kuno menyatakan bahwa Nabi Ibrahim (lahir tahun 2.295 SM) telah memperbaharui pembangunan Masjid Al-Aqsa dan menetapkannya sebagai masjid untuk beribadah kepada Allah, bagi dirinya, anak keturunannya dan orang-orang yang beriman kepada-Nya.

Nabi Ibrahim asalnya dari daerah Ur, selatan Babylonia (Irak) dan mendapat perintah dari Allah untuk berhijrah dari penindasan Raja Namrud ke negeri yang diberkahi, yakni Palestna.

Allah mengabadikannya di dalam ayat:

وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ (الأنبياء [٢١]: ٧١)

Artinya: “Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 71).

Pada waktu Nabi Ibrahim  dan Nabi Luth  datang ke Palestina, Palestina telah didiami oleh bangsa Kan’an yang telah memiliki peradaban yang tinggi khususnya di bidang pertanian dan perdagangan.

Pada saat itu di kawasan Kota Tua Yerusalem, sudah ada bangunan dasar yang telah runtuh akibat terjangan banjir pada masa nenek moyangnya, Nabi Nuh. Nabi Ibrahim merupakan keturunan ke-9 dfari Nabi Nuh.

Nabi Ibrahim kemudian merenovasi Masjidil Aqsa tersebut, yang seterusnya dilanjutkan oleh para Nabi keturunannya, terutama yang tercatat adalah Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.

Periode selanjutnya, adalah Nabi Daud yang pertama kali membangun kota Yerusalem, setelah menguasainya dari masyarakat Yebusit. Nabi Daud lalu mengembangkan dan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota kerajaannya.

Adapun Nabi Daud merupakan keturunan ke-13 dari Nabi Ya’qub.

Tahta kerajaan Nabi Daud lalu digantikan putranya, Nabi Sulaiman. Di kota tua Yerusalem inilah, Nabi Sulaiman membangun kembali bangunan Masjid Al-Aqsa, lengkap dengan singgasananya.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasa’i dari Abddullah bin Amr bin Ash, disebutkan:

أَنَّ سُلَيْمَانَ بْنَ دَاوُدَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا بَنَى بَيْتَ الْمَقْدِسِ سَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – خِلَالاً ثَلَاثَةً؛ سَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – : حُكْماً يُصَادِفُ حُكْمَهُ، فَأُوتِيَهُ، وَسَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – مُلْكاً لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ، فَأُوتِيَهُ، وَسَأَلَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – حِيْنَ فَرَغَ مِنْ بِنَاءِ الْمَسْجِدِ أَنْ لَا يَأْتِيَهُ أَحَدٌ لَا يَنْهَزُهُ إلَّا الصَّلَاةُ فِيْهِ أَنْ يُخْرِجَهُ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ (فِي رِوَايَةٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَمَّا اثْنَتَانِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا وَأَرْجُو أَنْ يَكُوْنَ قَدْ أُعطِيَ الثَّالِثَةَ(

Artinya : ”Sesungguhnya ketika Nabi Sulaiman bin Dawud membangun kembali Baitul Maqdis, (ia) meminta kepada Allah ’azza wa jalla tiga perkara. (Yaitu), meminta kepada Allah ’azza wa jalla agar (diberi taufiq) dalam memutuskan hukum yang menepati hukum-Nya, lalu dikabulkan; dan meminta kepada Allah ’azza wa jalla dianugerahi kerajaan yang tidak patut diberikan kepada seseorang setelahnya, lalu dikabulkan; serta memohon kepada Allah bila selesai membangun masjid (Al-Aqsa), agar tidak ada seorangpun yang berkeinginan shalat di situ, kecuali agar dikeluarkan kesalahannya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya (dalam riwayat lain : Lalu Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Adapun yang pertama dan kedua, maka telah diberikan. Dan aku berharap, yang ketiga (dikabulkan)”. (HR An-Nasa’i).

Nabi Sulaiman adalah Nabi utusan Allah, yang menyembah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang beribadah di Masjidil Aqsa. Bahkan Nabi Sulaiman pula yang pertama kali dari kalangan Nabi dan manusia yang menuliskan surat dengan Basmallah. Seperti diabadikan di dalam ayat-Nya:

إِنَّهُۥ مِن سُلَيْمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Artinya: “Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)-nya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS An-Naml [27]: 30).

Begitulah, kaitan Nabi Sulaiman dengan Masjidil Aqsa al-mubarak. Wallahu a’lam bish shawab. (A/RS2/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments are closed.