Massa Aksi 211 Datangi Kedubes Prancis Kecam Pernyataan Macron

Jakarta, MINA – Sejumlah seperti Front Pembela Islam (FPI), PA 212 hingga Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) menggelar unjuk rasa di sekitar Kedutaan Besar Prancis, di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (2/11).

Gerakan yang menamakan diri itu datang menyampaikan kecaman di terkait pernyataan , yang dinilai mencederai nilai-nilai toleransi antar-agama atas nama kebebasan berpendapat.

Pantauan di lokasi, massa Aksi 211 ini mulai berdatangan sejak pukul 11.00 WIB dengan dua mobil komando mengiringi kedatangan mereka untuk demo Kedubes Prancis. Petugas keamanan langsung menutup akses jalan di sekitar Kedutaan Prancis.

Sejumlah poster bertuliskan kecaman pun tersebar di antara para pengunjuk rasa.

Penutupan jalan itu dimulai tepatnya di depan Mal Sarinah. Beberapa kendaraan taktis polisi seperti Baracuda hingga Water Canon juga terlihat disiagakan di sekitar jalan tersebut.

Dari atas mobil komando, Ustaz Haikal Hasan yang menjadi orator menyinggung sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengecam pernyataan Macron. Dia meminta massa jangan takut dan khawatir untuk juga mengecam Macron.

“Jadi jangan takut, jangan khawatir. Hari ini Presiden Jokowi kecam itu Macaroni,” kata Ustaz Haikal yang juga juru bicara PA 212.

Lebih jauh, Haikal lalu menyinggung soal Presiden Amerika, Ronald Reagan yang bahkan tidak pernah mengecam Rasulullah. Dia pun berharap Presiden Macron mendapatkan hukuman setimpal terkait perbuatannya.

“Ronald Reagan Presiden Amerika nggak pernah kecam Rasullah, ini keong racun berani-beraninya. Kita nggak akan pernah berhenti sampai itu presiden dapat bala dari Allah SWT. Jadi jangan takut, jadi jangan dulu pulang sebelum ada komando pulang, sekaligus tunjukan akhlak Rasulullah,” ujarnya.

Lalu, Ustaz Haikal menyinggung pihak-pihak yang menyatakan agar tidak usah marah dengan karikatur Nabi. Dia menyebut tak mungkin umat Islam tidak marah jika Nabi Muhammad direndahkan.

Seperti diketahui, sejumlah insiden berdarah terjadi dalam dua bulan terakhir di Prancis. Ini menyusul kritik keras umat Islam atas karikatur Nabi Muhammad yang dicetak ulang oleh majalah satire Prancis, Charlie Hebdo, pada September lalu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan akan tetap berpegang teguh pada tradisi dan hukum sekuler Prancis yang menjamin kebebasan berbicara yang memungkinkan publikasi seperti Charlie Hebdo dapat dilakukan.

Macron juga mengatakan, agama Islam tengah mengalami krisis di seluruh dunia dan meminta warga muslim Prancis bersikap loyal kepada konstitusi republik. (L/R2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)