Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memperingati 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA): Dukungan Palestina Terhadap Kemerdekaan Indonesia

Redaksi Editor : Widi Kusnadi - 20 detik yang lalu

20 detik yang lalu

0 Views

Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat (foto: Pemprov Jabar)

Oleh Imaam Yakhsyallah Mansur

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…،وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ (المائدة [٥]: ٢)

Baca Juga: Refleksi Hari Buku Sedunia, Masihkah Kita Membaca Buku di Era Distraksi?

“…, Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 2)

Imam Al-Qurthubi Rahimahullah dalam Tafsirnya menjelaskan, ayat di atas mengandung perintah untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan, karena di dalamnya terdapat kekuatan bagi agama dan dunia. Sebaliknya, dilarang saling membantu dalam dosa dan permusuhan, karena itu menghancurkan kehidupan manusia dan merusak persaudaraan.

Imam Ibnul Qayyim Al-Jauzi Rahimahullah mendefinisikan kata ٱلْبِرِّ adalah satu kata bagi seluruh jenis kebaikan dan kesempurnaan. Lawan katanya adalah ٱلْإِثْمِ  yang maknanya adalah satu ungkapan yang mencakup segala bentuk kejelekan dan aib yang menjadi sebab seorang hamba sangat dicela apabila melakukannya.

Al-birru” adalah sebuah nama yang mencakup segala yang Allah Azza wa Jalla cintai dan ridhai, dari perbuatan-perbuatan yang dzahir maupun batin, yang berhubungan dengan hak Allah Azza wa Jalla atau hak-hak sesama manusia.

Baca Juga: Menjadi Tamu Allah, Mengenal Rukun dan Syarat Haji Secara Lengkap

Para ulama lainnya menjelaskan bahwa “kebajikan” (الْبِرِّ) mencakup segala hal yang mendatangkan manfaat baik secara individu maupun kolektif, seperti keadilan, kebenaran, dan amal sosial. Maka, untuk mewujudkannya, diperlukan kerja sama yang berorientasi pada kebaikan bersama, berdasarkan prinsip dan nilai universal.

Bagi seorang Muslim, kerja sama yang dilakukan dilandasi dengan ketaqwaan, yakni kesadaran bahwa apa saja yang mereka lakukan berada dalam pengawasan Allah Yang Maha Mengetahui sehingga segala ucapan dan perbuatan tidak melanggar syariat yang telah ditetapkan.

Relevansi ayat di atas dengan kerja sama antar negara

Dalam konteks sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, ayat di atas memiliki relevansi yang kuat. Negara-negara yang terjajah menjalin solidaritas berdasarkan prinsip keadilan dan kebajikan untuk melawan kolonialisme.

Baca Juga: Pentingnya Kejujuran dalam Perkawinan, Nasihat Islami untuk Suami

Contoh nyata bentuk kerja sama mereka adalah melalui diplomasi, penyelenggaraan konferensi sebagai dukungan moral, juga bantuan material demi tercapainya kemerdekaan mereka dari segala bentuk penjajahan dan penindasan.

Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan di Bandung pada tahun 1955 menjadi simbol nyata dari pelaksanaan ayat di atas, yakni tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa di antara negara-negara berkembang.

Meskipun tidak semua masyarakat di negara-negara Asia dan Afrika adalah umat Islam, namun semangat untuk saling bekerja sama dan tolong menolong dan bekerja sama tetap digalakkan, sebagai bentuk pengejawantahan terhadap nilai-nilai yang universal.

Dalam semangat yang sama, peringatan KAA pada bulan April 2025 ini memperkuat pesan bahwa solidaritas dan kerja sama antar negara untuk memajukan perdamaian, menegakkan keadilan, dan menghapus segala bentuk penjajahan adalah bagian dari ajaran kebajikan yang diajarkan dalam Islam.

Baca Juga: Menyebarkan Kebaikan dengan Akhlak, Rahasia Sukses Para Da’i Hebat

Konferensi Asia Afrika (KAA) juga menjadi platform bersama untuk menentang ketidakadilan, penindasan, penjajahan dan diskriminasi. Komitmen terhadap terhadap nilai-nilai universal, seperti perdamaian, persamaan, dan persamaan martabat manusia menjadi prinsip dan dasar berhimpunnya negara-negara peserta.

Dalam peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) di tahun 2025 ini, pesan untuk menghapuskan segala bentuk penindasan dan penjajahan tetap relevan, mengingat masih ada negara peserta KAA yang belum merdeka, yaitu Palestina.

Dukungan Nyata Palestina kepada Kemerdekaan Indonesia

Dukungan kuat Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia telah ada sejak masa perjuangan kemerdekaan melawan penjajah pada abad ke-16 silam. Dalam catatan sejarah, tokoh wanita asal Aceh, Laksamana Malayahati (1550-1615 M) adalah alumni Akademi Militer Ma’had Baitul Maqdis, sebuah sekolah militer yang dipimpin oleh tokoh Palestina.

Baca Juga: Checklist Wajib bagi Jamaah Haji, Bekal Fisik dan Spiritual Menuju Tanah Suci

Nama Laksamana Malahayati menjadi tokoh fenomenal karena ia berhasil membunuh pemimpin penjajah Belanda Cornelis de Houtman serta menahan adiknya Federick de Houtman.

Ketika menjelang kemerdekaan Indonesia, tokoh-tokoh Palestina terus memberi dukungan mereka. Mereka secara nyata membantu perjuangan Indonesia. Salah satu tokoh penting Palestina yang memberikan dukungannya adalah Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, Mufti Besar Yerusalem.

Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, Al-Husaini menggunakan berbagai forum internasional untuk menyuarakan dukungannya terhadap kemerdekaan Indonesia. Pada 6 September 1944, melalui siaran Radio Berlin, ia menyerukan kepada dunia Muslim untuk mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Ia menyebut bahwa kemerdekaan adalah hak sah bangsa Indonesia yang telah lama menderita di bawah penjajahan.

Selain Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, tokoh Palestina lainnya yang turut memberikan kontribusi adalah Muhammad Ali Taher. Sebagai tokoh berpengaruh di dunia Arab, Muhammad Ali Taher menggunakan jaringan politiknya untuk menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia di forum-forum internasional dan media.

Baca Juga: Lisan yang Santun, Dakwah yang Menyejukkan, Panduan Adab Seorang Da’i

Ali Taher memberikan fasilitas kepada para tokoh diplomasi Indonesia di Mesir, termasuk tempat tinggal dan akses untuk bertemu dengan tokoh-tokoh penting di dunia Arab demi memperkuat posisi Indonesia di forum internasional. Bahkan ia menyumbangkan sejumlah besar tabungannya, diserahkan kepada tokoh pejuang Indonesia, Haji Agus Salim untuk membiayai perjuangannya.

Para ulama dan masyarakat Palestina lainnya juga turut aktif menyuarakan solidaritas mereka melalui jaringan internasional. Mereka menegaskan pentingnya mendukung bangsa Indonesia sebagai bagian dari solidaritas umat Islam global. Dukungan ini tidak hanya berupa seruan, tetapi juga dorongan diplomatik yang memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional.

Bentuk dukungan Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia tidak berhenti pada kata-kata. Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diumumkan pada 17 Agustus 1945, Palestina termasuk salah satu yang pertama mengakui kemerdekaan tersebut.

Pengakuan itu menjadi sangat berarti, mengingat saat itu Indonesia masih menghadapi tantangan besar dari penjajah yang ingin kembali berkuasa. Dukungan dari Palestina dan negara-negara Muslim di sekitarnya memberikan legitimasi moral dan politik bagi Indonesia di mata dunia.

Baca Juga: Dari Boikot ke Bangkrut, Runtuhnya Bisnis-Bisnis Afiliasi Zionis

Dukungan Palestina kepada kemerdekaan Indonesia adalah bukti bahwa persaudaraan sejati tidak mengenal batas geografis atau kepentingan politik. Ini adalah pengingat bahwa dalam setiap perjuangan, akan selalu ada pihak-pihak yang dengan tulus mengulurkan tangan untuk membantu, meskipun mereka sendiri sedang menghadapi tantangan yang besar.

Kisah di atas mencerminkan hubungan persaudaraan yang erat antara Indonesia dan Palestina, yang didasarkan pada nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Hingga kini, hubungan erat antara kedua bangsa tetap terjaga.

Indonesia Konsisten Membela Palestina

Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi prinsip kemerdekaan dan anti-penjajahan, memiliki tanggung jawab moral dan utang sejarah untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina. Di tengah aksi genosida Zionis Israel terhadap Gaza, Indonesia terus memperlihatkan komitmen kuatnya melalui berbagai bentuk dukungan, baik di tingkat diplomasi internasional, bantuan kemanusiaan, hingga solidaritas masyarakat.

Baca Juga: Refleksi 70 Tahun KAA di Tengah Pelanggaran Gencatan Senjata di Gaza

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, dukungan kepada bangsa Palestina sudah diberikan secara nyata. Hal itu antara lain ditandai dengan adanya berita RRI Yogyakarta pada 3 Oktober 1947. Pada berita RRI tersebut disiarkan dukungan Indonesia kepada perjuangan Palestina sebagai berikut, “Indonesia menentang pembagian Palestina antara penduduk asli Arab dengan pendatang Yahudi, sebagaimana disarankan oleh komisi internasional PBB, serta mengecam pendirian komisi itu yang tidak berpedoman kepada kenyataan hidup di Palestina dan tidak menghiraukan keadilan dan kebenaran.”

Presiden pertama RI, Ir Soekarno menegaskan bahwa perjuangan Palestina merupakan tanggung jawab bersama. Di hadapan para tokoh dari berbagai negara dalam Konferensi Asia-Afrika 1955, beliau menegaskan,” Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.

Waktu terus berlanjut, dukungan Indonesia terus dilanjutkan oleh setiap pemimpin Indonesia. Dari sisi diplomasi, Indonesia konsisten memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina di berbagai forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Gerakan Non-Blok dan forum-forum internasional lainnya. Indonesia selalu menyuarakan seruan untuk mengakhiri penjajahan Israel dan mendesak negara-negara lain agar mengakui kedaulatan Palestina.

Selain itu, bantuan kemanusiaan menjadi langkah konkret yang terus dilakukan. Pemerintah Indonesia bersama organisasi masyarakat seperti Palang Merah Indonesia (PMI) dan lembaga kemanusiaan lainnya, rutin mengirimkan bantuan berupa obat-obatan, makanan, dan kebutuhan pokok lainnya kepada rakyat Palestina. Bahkan, rakyat Indonesia juga mendirikan Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza yang menjadi salah satu bentuk nyata kontribusi untuk mendukung layanan kesehatan di Palestina.

Baca Juga: Membentuk Generasi Ahlul Qur’an, Tantangan dan Harapan

Dalam waktu dekat, rakyat Indonesia, melalui lembaga Maemuna Center Indonesia (Mae-CI) akan membangun lagi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) DI Gaza sebagai bentuk keberlangsungan atas perhatian yang terus-menerus dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Di tingkat masyarakat, dukungan untuk Palestina terlihat melalui berbagai aksi solidaritas seperti penggalangan dana, aksi damai, dan penyebaran informasi tentang kondisi terkini Palestina. Masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim merasa memiliki ikatan emosional dengan perjuangan rakyat Palestina, terutama terkait dengan keberadaan Masjid Al-Aqsa yang menjadi simbol penting bagi umat Islam dunia.

Dengan semangat kebangsaan dan kemanusiaan, dukungan Indonesia terhadap Palestina bukan hanya bentuk solidaritas, tetapi juga implementasi dari amanat dalam pembukaan UUD 1945 yang menentang penjajahan di atas dunia. Perjuangan ini akan terus berlanjut hingga rakyat Palestina mencapai kemerdekaannya secara penuh.

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Baca Juga: Habis Jahiliyah Terbitlah Nur, Pentingnya Menghapus Kebodohan dalam Cahaya Syariat Islam

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Khadijah
MINA Preneur