Oleh: Rendy Setiawan, Mahasiswa STAI Al-Fatah Bogor
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia. Islam terus berkembang dari awal abad Masehi hingga saat ini. Bahkan sekarang hampir di semua negara terdapat pemeluk Agama Islam. Pada awal abad ke-7 Masehi, Islam mulai muncul di daerah Semenanjung Arab yaitu saat Nabi Muhammad SAW menerima ayat-ayat Allah SWT.
Lalu, setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Islam pun mulai berkembang di Samudera Atlantik di daerah Barat dan juga Asia Tengah dan Timur. Segera setelah itu, banyak di berbagai wilayah mulai bermunculan kerajaan-kerajaan Islam. Setelah masa kerajaan telah usai, kini mulai bermunculan komunitas-komunitas Muslim di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali di Peru, sebuah wilayah jauh di Amerika Selatan.
Komunitas Muslim di Peru sangat minoritas. Merujuk data dari muslimpopulation, pada 2013 lalu, tercatat populasi Muslim di sana hanya sekitar lima ribu orang saja. Angka yang sangat kecil dibandingkan total populasi Peru yang mencapai 29,5 juta jiwa. Agama Katolik mendominasi populasi negara Amerika Latin tersebut dengan persentase lebih dari 85 persen.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Secara historis, Islam pertama kali dikenalkan di Peru oleh bangsa Moor atau Moros dari Spanyol. Mereka melarikan diri dari Spanyol ke Peru karena mendapat penyiksaan. Tercatat dalam sejarah, terdapat seorang wakil penguasa Spanyol di Peru yang merupakan bangsa Moor dari Guadalajara.
Ia bernama Alvaro Gonzalez. Pada 1560, Alvaro dijebloskan ke penjara di Kota Cuzco dengan leher terbelenggu karena telah mempraktikkan dan menyebarkan agama Islam. Rekannya yang merupakan keturunan bangsa Spanyol dan negro, Luis Solano, pun mengalami nasib serupa dengan dakwaan yang sama.
Islam pun sempat lenyap karena banyaknya penyiksaan terhadap Muslimin. Umat Islam sempat dicekam ketakutan hingga enggan menyebut diri sebagai Muslim. Sementara Islam tenggelam, misionaris Peru McNaim giat menyebarkan paham gereja.
Keadaan berubah ketika pada 1940-an, terjadi eksodus Muslim Palestina dan Lebanon yang hendak menyelamatkan diri dari kekejaman Israel. Mereka masuk ke Peru dan Islam pun dikenal kembali di negara itu untuk kali kedua.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Tak hanya berjasa mengenalkan kembali Islam, para pengungsi dari Palestina dan Lebanon juga berperan penting dalam membangun perekonomian Peru. Pada 1993, kaum Muslimin membentuk komunitas dan membangun masjid. Sayangnya, masjid itu tak bertahan lama karena kesulitan dana untuk merawat dan mengelolanya.
Kaum imigran dari Palestina dan Lebanon itu pun kemudian menjalin hubungan ukhuwah Islamiah dengan kaum etnis Moor yang merupakan pemeluk Islam awal di Peru. Mereka saling memengaruhi adat istiadat hingga terbentuklah budaya perpaduan keduanya, budaya Islam. Maka tak heran, jika ibu kota Peru, Lima, memiliki aura keislaman yang kuat.
Geliat itu berlangsung tak hanya di kota-kota besar, bahkan hingga ke daerah pedesaan maupun pedalaman. Kendati minoritas, umat Islam mampu memberikan pengaruh luas di masyarakat. Kiprah mereka merambah ke berbagai bidang. Peru merupakan contoh terbaik. Di sana, umat Islam begitu dikagumi, terutama dalam keterampilan mendesain bangunan. Beberapa gedung dan bangunan indah di negara itu berarsitektur Islam.
Memasuki kota Lima akan tampak pemandangan layaknya Andalusia pada masa kejayaan Islam. Begitu banyak arsitektur Islam yang menghiasi Kota Lima. Masyarakat setempat menyebut arsitektur tersebut sebagai gaya Arabescos, yakni perpaduan gaya Timur Tengah dan Mediterania. Kehadiran bangunan-bangunan berasitektur Islam itu membuat Muslim dikagumi oleh masyarakat setempat.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Tak sekadar menjalin ukhuwah Islamiah, komunitas Moor dan kaum imigran Palestina serta Lebanon pun bersama-sama menyebarkan agama Islam di Peru. Dimulai sekitar 1980-an, kegiatan dakwah menggeliat. Tak sedikit warga Latin yang memeluk agama Islam.
Bahkan, pascaperistiwa 11 September penyerangan Menara Kembar di New York, jumlah mualaf meningkat tajam. Meski masih merupakan kelompok minoritas, Muslimin sangat aktif menggelar syiar Islam hingga kini. Aktivitas dakwah ini bisa berjalan berkat kebijakan Pemerintah Peru yang memberikan kebebasan bagi setiap umat beragama.
Walau demikian, kendala dan perbedaan perlakuan oleh pemerintah tak bisa ditampik. Peru dengan mayoritas penduduk beragama Katholik mencapai 85 persen dari keseluruhan penduduknya memberikan keistimewaan tersendiri kepada Gereja Katholik yang mendapatkan kemudahan dalam hal perpajakan, pendidikan, tenaga kerja, pembangunan sarana ibadah, dan sebagainya.
Sedangkan bagi agama minoritas termasuk Islam dikenakan pajak yang cukup tinggi termasuk dana bantuan dari luar negeri pun dikenai pajak yang tidak sedikit. Namun, secara umum, hampir tidak ada permasalahan terkait kehidupan beragama kendati pernah muncul sikap curiga terhadap Islam setelah terjadinya peristiwa 11 September.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Di bidang pendidikan keagamaan, pemerintah setempat mengizinkan pengelolaan sekolah agama bagi tiap komunitas agama. Siswa Muslim yang menempuh pendidikan di sekolah non-Muslim, diberi kesempatan menyusun program pembelajaran agama sesuai kepercayaannya.
Islam juga sempat menarik hati penduduk pribumi suku Indian Peru. Di beberapa tempat seperti di pinggiran kota Lima dan kawasan Villa el Savador sudah mulai terbentuk komunitas muslim yang jamaahnya merupakan penduduk asli.
Di beberapa negara lain si Amerika Latin, Agama Islam memang hanya dianut oleh sekian ratus ribu penduduk. Mereka terdiri atas imigran asal Timur Tengah, Afrika, atau Asia Barat, serta penduduk lokal yang menjadi mualaf. Tapi, dari waktu ke waktu, jumlah warga Muslim terus bertambah dan Islam berkembang pesat.
Tempat Ramah Muslim
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Perkembangan Islam di Peru yang cukup pesat, membuat sejumlah masjid mulai bertebaran. Di Tacna misalnya, sebuah kota yang berada di bagian selatan Peru dan berbatasan langsung dengan Negara Chile, salah satu kota yang sudah memiliki masjid yang cukup megah. Masjid ini selesai dibangun secara keseluruhan pada 2008 lalu, kemudian dikelola oleh Muslim migran dari Pakistan.
Dikutip dari Islamicbulletin, masjid yang dikenal dengan nama Babul Islam kota Tacna ini menjadi masjid megah nan indah pertama yang didirikan di Peru. Bangunan masjid lengkap dengan kubah dan menaranya menjadi salah satu landmark bagi kota Tacna.
Selain terkenal dengan kemegahan bangunan masjidnya, Kota Lima masih menyimpan tempat lainnya yang sangat ramah terhadap Muslim. Sonesta Hotel el Olivar misalnya. Pada 2014 lalu, CrescentRating menobatkan hotel bintang lima di Peru itu dengan akreditasi hotel paling ramah terhadap umat Muslim. Hotel tersebut memiliki fasilitas terbaik bagi tamu Muslim yang datang untuk menginap.
Hotel tersebut berdiri tegak dan mewah di distrik San Isidro, Peru. HalalFocus melaporkan bahwa berdasarkan aspek ramah Muslim secara keseluruhan, Sonesta Hotel El Olivar mendapat nilai lima dari tujuh poin. Hotel mewah ini memberikan area salat khusus berikut sajadah dan jadwal salat. Selain itu, kamar-kamar hotelpun ditempeli arah kiblat dan daftar masjid yang terletak dekat hotel.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Sonesta Hotel El Olivar juga menyediakan sejumlah pilihan makanan halal, termasuk rangkaian kuliner asli Peru yang diberi sertifikat halal oleh ‘Halal Peru’. Menu room service alias hidangan yang diantar ke kamarpun memiliki pilihan santapan halal.
Di bulan Ramadan, para tamu juga bisa menikmati layanan sahur dan buka puasa di hotel tersebut. Tak hanya itu, waktu penggunaan kolam renang untuk pria dan wanitapun dibedakan. (A/R06/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel