Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Nursultan Nazarbayev secara resmi kembali terpilih sebagai Presiden Kazakhstan Ahad (26/4) kemarin. Komisi pemilihan di ibukota Astana menetapkan, Nazarbayev dari Partai Nur Otan unggul 97,7 persen suara atas dua kandidat lainnya, yaitu Turgun Syzdykov dari Partai Rakyat Komunis (1,61 persen) dan Abelgazi Kusainov dari Independen/Aktivis Buruh (sekitar 0,6 persen). Pemilih berjumlah 9.090.920 orang dari 9.547.864 penduduk, atau tingkat partisipasi sekitar 95,2 persen. (Wiki).
Ini adalah kali kelima pria berusia 74 tahun itu terpilih menjadi presiden, sejak ia menjabat tahun 1991.
“Saya yakin rakyat Kazakhstan akan memilih untuk mendapatkan kestabilan,” kata Nazerbayev, seperti disebutkan Russia Today.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Nazarbayev (75 tahun), lahir di Chemolgan, Kazakhstan, 6 Juli 1940, merupakan presiden pertama Kazakhstan, sejak bubarnya Uni Soviet, dan kemerdekaan negara itu tahun 1991.
Sebelumnya, ia sudah memimpin wilayah itu sejak 1989 dan berlanjut setelah Kazakhstan memisahkan diri dari Uni Soviet. Saat itu ia menjabat sebagai Ketua Dewan Menteri Republik Soviet Sosialis Kazakh (1984-1989), era Mikhail Gorbachev. Ia juga menjabat Sekretaris Pertama Partai Komunis Kazakhstan (1989-1991).
Nursultan Nazarbayev menikah dengan Sara Alpysovna Nazarbayeva, dikaruniai tiga anak perempuan, yaitu Dariga, Dinara, dan Aliya.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Ia memindahkan ibu kota administrasi pemerintahan dari Almaty ke Astana.
Di bawah kepemimpinannya, Kazakhstan dikenal sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di luar Timur Tengah, yang mencapai 29 miliar barrel. Cadangan tersebut diperkirakan berlipat ganda pada dasawarsa berikutnya sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis dari luar negeri.
Presiden Nursultan Nazarbayev menominasikan Karim Massimov sebagai perdana menteri dalam pemerintahan baru.
Salah seorang puterinya, Dariga, menjadi anggota parlemen yang kuat serta memiliki jaringan bisnis media. Suami Dariga juga menjabat sebagai Deputi Menteri Luar Negeri.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Anak keduanya yang bernama Dinara menguasai Bank Rakyat Halyk Bank. Sementara suaminya, Kulibayev, adalah Wakil Pemimpin Perusahaan Energi milik negara, Kazmunaigaz.
Sementara, puteri bungsunya, Aliya adalah pemilik perusahaan properti terkemuka.
Media BNews menyebutkan, pada perayaan Hari Raya Idul Adha tahun 2012, Presiden Nursultan Nazarbayev mengucapkan selamat Idul Adha dan berkurban.
“Saya mengucapkan selamat kepada semua Muslim di seluruh dunia pada hari raya saat ini Kurban. Ini benar-benar hari kemerdekaan kita berdasar keyakinan karena Allah, terutama di negeri Kazakhstan dengan lebih dari 2.300 masjid ini,” Nazarbayev.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Presiden Nazarbayev selanjutnya mengatakan dalam pidatonya di Istana Negara Astana, bahwa dengan hari raya kurban berarti kaum Muslim harus semakin mendekatkan diri kepada Allah.
“Sesuai dengan maknanya, dekat, berarti kita memang harus lebih dekat dan kita melaksanakan salah tugas-tugas utama Muslim, yaitu melaksanakan pengorbanan, sebagai pelanjut perjuangan Nabi Ibrahim dan diteruskan Nabi Muhammad,” ujarnya.
Termasuk menurutunya, adalah pengorbanan dan perjuangan untuk mewujudkan negeri yang makmur dalam persatuan, persaudaraan, dan kedekatan satu sama lain.
Mengenal Kazakhstan
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Republic Kazakhstan adalah sebuah negara lintas benua, sebab sebagian besar wilayahnya termasuk dalam kawasan Asia Tengah dan sebagian kecil lainnya termasuk dalam kawasan Eropa Timur.
Wilayahnya terbentang dari barisan Pegunungan Altai di timur, hingga Laut Kaspia di barat, menjadikan negara ini sebagai negara terluas ke-9 di dunia ke-2 terbesar dalam negara pecahan Uni Soviet setelah Rusia.
Kazakhstan sering disebut dengan “Virgin Lands”, karena beberapa wilayahnya belum tersentuh sama sekali.
Sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Rusia, terutama di sebelah utara dan barat. Di sebelah timur, berbatasan langsung dengan Provinsi Xinjiang, Tiongkok, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kirgistan.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Kazakstan memproklamasikan kemerdekaannya pada 16 Desember 1991. Etnik terbesar yang menempati wilayah Kazakstan merupakan keturunan dari kabilah Turki dan Mongol.
Jumlah penduduk Kazakhstan sekitar 15.753.460 jiwa, dengan toleransi agama Kazakhstan yaitu 70,2% Muslim, 26,6% Kristen, 0.1% Budha, 0.2 Yahudi dan 2.8% Atheis. Sementara 0.5% tidak menjawab, kemungkinan Kristen dari campuran Rusia atau Eropa.
Negara ini memiliki keuntungan secara geografis karena terletak di antara Asia Tengah dan Eropa Timur, sehingga secara geopolitik layak diperhitungkan.
Hubungan Kazakhstan-Indonesia
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Hubungan Kazakhstan dengan Indonesia, terhitung sudah cukup lama berlangsung. Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, hubungan diplomatik Kazakhstan-Indonesia berlangsung sejak 2 Juni 1993.
Pembukaan hubungan diplomatik secara resmi antara Indonesia dan Kazakhstan tersebut, merupakan titik awal hubungan kerja sama kedua negara, setelah sebelumnya Indonesia memberikan pengakuannya bagi proklamasi kemerdekaan negara Republik Kazakhstan, tanggal 16 Desember 1991.
Indonesia dan Kazakhstan memiliki banyak kesamaan. Kedua negara dianugerahi sumber daya alam melimpah, yang membuat keduanya dapat memperoleh pendapatan negara yang signifikan. Mayoritas penduduk kedua negara memeluk agama Islam, dengan keanekaragaman budaya yang melimpah dan dapat hidup berdampingan secara harmonis, serta sama-sama memiliki komitmen di bidang penegakan hak asasi manusia, supremasi hukum dan demokrasi.
Dalam waktu 5 tahun sejak pembukaan hubungan diplomatik, kedua kepala negara Indonesia dan Kazakhstan telah saling melakukan kunjungan kenegaraan. Presiden Soeharto melakukan kunjungan kenegaraan ke Almaty pada April 1995, yang kemudian diikuti dengan kunjungan balasan Presiden Nursultan Nazarbayev ke Jakarta, tiga bulan berikutnya.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Kedua kunjungan kenegaraan dimaksud telah menghasilkan sebuah perjanjian kerja sama di bidang ekonomi dan teknis, kerja sama di bidang perbankan, kerja sama di bidang kesehatan dan kerja sama antara komisi dagang dan industri kedua negara.
Kunjungan Hassan Wirajuda, Menteri Luar Negeri RI saat itu, ke Astana untuk bertemu dengan mitra kerjanya, Marat Tazhin, pada 14 Mei 2008 merupakan tonggak bersejarah selanjutnya dalam hubungan bilateral Indonesia-Kazakhstan.
Tidak lama setelahnya, pemerintah Indonesia kemudian membuka kantor perwakilannya di Astana pada 29 Desember 2010, yang diikuti dengan pembukaan kantor Kedutaan Besar Republik Kazakhstan di Jakarta, dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Nazarbayev pada 13 April 2012.
Sejak saat itu, pejabat tingkat tinggi dari kedua negara telah beberapa kali melakukan saling kunjung, baik untuk menghadiri suatu konferensi internasional maupun pertemuan-pertemuan bilateral.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
Data Kemenlu juga menyebutkan, kunjungan-kunjungan tersebut termasuk kunjungan kenegaraan Presiden Kazakhstan ke Jakarta, 12-14 April 2012, dan kunjungan Wakil Presiden RI Boediono ke Astana dalam rangka menghadiri “World Islamic Economi Forum” yang ke-7, serta kunjungan Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa ke Astana pada 28 Juni 2011 untuk menghadiri “the 38th Session of the Council of Foreign Ministers of the Organization of Islamic Cooperation”, di mana Kazakhstan menjadi tuan rumah.
Kunjungan Presiden Nazarbayev ke Jakarta pada April 2012 merupakan peristiwa penting terbaru dalam hubungan bilateral Indonesia-Kazakhstan. Pertemuan bilateral antara Presiden Nazarbayev dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 13 April menghasilkan beberapa kesepakatan, antara lain perjanjian bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas dari kedua negara, yang telah berlaku efektif sejak 26 Januari 2013; dan komitmen untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral hingga lima kali.
Kedua pemimpin negara juga mendorong perusahaan-perusahaan Indonesia dan Kazakh untuk semakin mengintensifkan kerja sama, termasuk pembentukan perusahaan saham gabungan atau usaha patungan, baik di Kazakhstan maupun Indonesia, di sektor-sektor bisnis yang telah disepakati kedua belah pihak.
Dalam hal ini jelas terlihat bahwa interaksi dan hubungan antara Indonesia dan Kazakhstan telah meningkat dalam waktu lima tahun terakhir, setelah selang cukup lama. Selain itu terdapat juga tren positif volume perdagangan antara Indonesia dan Kazakhstan sejak 2008 hingga 2012, dengan kenaikan sebesar 16,80 persen.
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu
Sementara itu, di tahun 2012 telah terjadi kenaikan volume perdagangan lebih dari 90 persen dari tahun sebelumnya.
Menurut Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Foster Gultom, bahwa spektrum kerjasama antara Indonesia- dan Kazakhstan kini semakin meluas ke hubungan antar-parlemen, yang semakin meningkatkan hubungan baik yang telah terjalin antar-pemerintah dan antar kalangan pebisnis kedua negara.
Menurutnya, saat ini dan pada masa mendatang, tidak kalah pentingnya untuk mendorong aspek hubungan people-to-people.
Tren kunjungan wisatawan dari Indonesia ke Kazakhstan, dan sebaliknya, menunjukkan minat positif masyarakat dari masing-masing negara untuk lebih saling mengenal satu sama lain. Hal tersebut nantinya akan menciptakan saling pengertian dan saling menghormati sejarah, kebudayaan dan peradaban, serta keindahan dan kondisi alam dari masing-masing negara.
Pelajar-pelajar dan akademisi Kazakh telah berpartisipasi dalam beberapa program beasiswa dan program seni budaya yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia, untuk semakin mendekatkan interaksi kedua negara, terutama di tingkatan “grass roots”.
“Kesemuanya ini telah disepakati oleh pemimpin kedua negara dan tindak lanjut dari kesepakatan dimaksud kini berada di tangan lembaga-lembaga pemerintah, sektor swasta dan para pemangku kepentingan lain dari kedua negara, sehingga hasilnya nanti akan dapat dinikmati oleh masyarakat Kazakhstan dan Indonesia. Dengan demikian, mudah-mudahan mimpi ini akan menjadi kenyataan,” Foster Gultom. (T/P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)