Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Salman bin Abdulaziz didaulat menjadi menjadi raja Arab Saudi setelah Raja Abdullah bin Abdulaziz meninggal Jumat pagi di usia 90.
Raja Salman otomatis berstatus sebagai Penjaga Dua Masjid Suci (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi), telah menjadi pemimpin dunia yang banyak diikuti di Twitter, popularitasnya secara progresif tumbuh di jaringan media sosial lainnya.
Mantan Gubernur Riyadh itu populer di situs microblogging, dan saat ini sedang diikuti di semua situs sosial oleh warga Arab Saudi, ulama dan para pemimpin dunia.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Naiknya Raja Salman sebagai orang nomor satu di Kerajaan Arab Saudi, membuat namanya menjadi fenomena positif di dunia nyata dan dunia maya.
Siapa sebenarnya Raja Salman?
Salman dan keluarga
Salman bin Abdulaziz lahir 31 Desember 1935, naik tahta pada 23 Januari 2015, setelah kakak tirinya wafat pukul 01:00 di hari yang sama oleh penyakit infeksi paru-paru.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Salman adalah pewaris ketiga dari Raja Abdullah dengan status Putera Mahkota pada Juni 2012, setelah dua kakak laki-lakinya (adik Raja Fahd) meninggal pada akhir 2011 dan pertengahan 2012.
Ia adalah putera ke-25 Abdulaziz bin Al-Saud. Ibunya bernama Hassa Al Sudairi. Salman dan enam saudaranya membentuk pengelompokan bernama Sudairi Seven. Ia dibesarkan di Istana Murabba di Riyadh.
Dalam sistem pewarisan raja Saudi, tahta bergilir di antara putra Raja Abdulaziz yang mendirikan Arab Saudi modern pada 1932. Anak-anaknya, Saud, Faisal, Khalid dan Fahd masing-masing menjadi raja di abad ke-20. Abdullah adik tiri Raja Fahd naik takhta ketika kakaknya itu meninggal pada 2005.
Namun, Salman (79 tahun) dilaporkan kesehatannya buruk dalam beberapa tahun terakhir, dan mungkin ia tidak akan memerintah selama saudara tuanya.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Raja Salman menjadikan adiknya Pangeran Muqrin bin Abdulaziz, putra bungsu Raja Abdulaziz, sebagai Putera Mahkota.
Salman menerima pendidikan awal di Sekolah Pangeran di ibukota, sebuah sekolah yang didirikan oleh Ibn Saud khusus untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Ia belajar agama dan ilmu pengetahuan modern.
Baca juga:
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Raja Salman Datang, Perusahaan Minyak Malaysia-Saudi Sepakat Kerja Sama
Raja Salman: Arab Saudi Dukung Penuh Kepentingan Islam
Universitas Arab Saudi Usir Lebih 20 Mahasiswa Karena Langgar Moral
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Pengalaman Gubernur Riyadh
Pengalaman memerintah Salman bermula pada 17 Maret 1954, pada usia 19, ayahnya menunjuknya sebagai emir dan Wakil Gubernur Riyadh. Kemudian diangkat sebagai Gubernur Riyadh dengan pangkat menteri pada 19 April 1955. Namun ia mengundurkan diri jabatan ini pada 25 Desember 1960.
Salman diangkat kembali sebagai Gubernur Provinsi Riyadh pada 4 Februari 1963 hingga 2011, selama 48 tahun. Sebagai gubernur, ia memberikan kontribusi untuk pengembangan Riyadh dari kota menengah menjadi perkotaan besar metropolis. Ia menjabat sebagai penghubung penting untuk menarik pariwisata, modal proyek dan investasi asing ke negaranya. Hubungan politik dan ekonominya disukai oleh negara-negara Barat.
Selama lima dekade sebagai gubernur Riyadh, ia menjadi mahir mengelola keseimbangan ulama, suku, dan kepentingan pangeran dalam menentukan kebijakan bagi rakyat Arab Saudi. Selama tahun 1980-an, ia membantu mengumpulkan dana untuk mendukung Mujahidin dalam perang melawan Uni Soviet di Afghanistan.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Januari 2011, ia membersihkan Riyadh dari pengemis yang dianggap mencoba mengambil keuntungan dari kemurahan hati orang.
Ia juga ketua Yayasan King Abdulaziz untuk Penelitian dan Arsip (Kafra), Museum King Abdulaziz, Pangeran Salman Center untuk Penelitian Kecacatan dan Masyarakat Amal Pangeran Fahd bin Salman untuk Perawatan Pasien Ginjal.
Sebagai Menteri Pertahanan
Pada 5 November 2011, Salman diangkat menjadi Menteri Pertahanan, menggantikan kakak kandungnya sekaligus Putra Mahkota, Sultan bin Abdul Aziz, dan Pangeran Sattam bin Abdulaziz dinobatkan sebagai gubernur Provinsi Riyadh menggantikannya.
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
Pangeran Salman juga terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan Nasional (NSC) pada hari yang sama.
Dalam militer, Salman melanjutkan kebijakan intervensi militer di Bahrain, mencoba menghancurkan pemberontakan Bahrain.
Pada April 2012, Salman mengunjungi Amerika Serikat (AS) dan Inggris, bertemu Presiden AS Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Setelahnya, pengeluaran militer Arab Saudi naik menjadi $ 67 miliar, menyalip Inggris, Perancis dan Jepang, menjadi urutan keempat di dunia setelah AS, China dan Rusia. Salman juga bergabung dalam koalisi pimpinan AS bersama negara Arab lainnya melaksanakan serangan udara terhadap Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) pada 2014-2015.
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Putera Mahkota
Pada 18 Juni 2012, Salman diangkat sebagai Putra Mahkota Arab Saudi tak lama setelah wafatnya Putra Mahkota Nayef bin Abdulaziz. Pangeran Salman juga diangkat sebagai Wakil Perdana Menteri.
Pangeran meluncurkan akun Twitter pada 23 Februari 2013, kini pengikut Twitter-nya mencapai 1,61 juta.
Pada bulan September 2012, Salman juga menjabat Wakil Ketua Dewan Militer. Dia adalah pendukung kuat untuk amal sosial di negara-negara Muslim miskin seperti Somalia, Sudan, Bangladesh dan Afghanistan.
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Analisa kepemimpinan Salman
Di saat pencalonannya Salman sebagai Putera Mahkota dan Wakil Perdana Menteri, Reuters menilai sebagai sinyal bahwa reformasi hati-hati Raja Abdullah kemungkinan akan berlanjut.
Di sisi lain, reformis Saudi menyatakan, Pangeran Salman akan melakukan pendekatan diplomatis terhadap anggota kerajaan lainnya, dan ia tidak bisa dianggap sebagai pembaharu politik.
Mereka juga berpendapat, seperti Raja Abdullah, Salman memfokuskan pada peningkatan ekonomi dibandingkan perubahan politik.
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi
Menjadi gubernur lama ibukota, Salman memiliki reputasi sebagai seorang pangeran yang progresif dan praktis.
“Dia harus mengkombinasikan sebagai seorang reformis, seorang hakim, juri dalam beberapa kasus, dan menangani perbedaan pendapat, serta menangani masalah-masalah ekonomi,” kata Robert Jordan, mantan duta besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, kepada CNN.
Pengalaman Salman memimpin Riyadh membuatnya bisa menjaga hubungan dengan banyak anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi bisa tetap sejalan.
“Karena sebagian besar pangeran dan putri kerajaan tinggal di Riyadh, ia juga sheriff keluarga, memastikan setiap pelanggaran ditangani dengan lancar dan tenang, tanpa publisitas,” kata Bruce Riedel, seorang rekan senior Raja Salman di Brookings Institution’s Center untuk Politik Timur Tengah.
Riedel yang bekerja untuk CIA selama 30 tahun menambahkan, Salman telah memimpin rapat kabinet selama beberapa bulan dan menangani hampir semua tanggung jawab agenda di luar negeri untuk kerajaan sejak ia menjadi Putera Mahkota pada 2012.
Terkait pengangkatannya sebagai Menteri Pertahanan pada 2011, pengamat mengatakan itu terjadi karena kualitasnya. Pertama, ia memiliki sifat damai dan diplomatik. Dia memimpin dewan keluarga yang disebut The Descendants ‘Council atau Al Uthra dalam bahasa Arab (Majelis Turunan), yang didirikan oleh Raja Fahd pada 2000 untuk memecahkan masalah keluarga, mencapai kesepakatan dan mencoba menghindari perilaku memalukan dari beberapa anggota keluarga.
Kedua, Salman milik generasi menengah dalam keluarga kerajaan. Oleh karenanya, ia bisa mengembangkan hubungan dekat sosial dan budaya kedua generasi. Terakhir, akibat dari jabatan gubernur jangka panjangnya, ia telah mengembangkan jaringan hubungan di kalangan Arab dan internasional.
Pada Jumat 23 Januari 2015, Raja Salman berjanji akan melanjutkan kebijakan pemerintahan mendiang Raja Abdullah saat ini untuk memastikan stabilitas dan persatuan di negara itu. (T/P001/R03)
Sumber: Arab News, On Islam, Wikipedia
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)