Oleh : Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Serangan bom bunuh diri pada hari Paskah Minggu (27 Maret 2016) di taman hiburan Gulshan-e-Iqbal, Lahore, Pakistan telah menewaskan lebih 70 orang.
Seorang juru bicara tim penyelamat menegaskan pada hari kejadian bahwa setidaknya 29 anak-anak, tujuh perempuan dan 34 laki-laki tewas dan lebih dari 300 luka-luka. Pada hari naas itu, resor populer tersebut penuh sesak oleh orang-orang yang berlibur di perayaan Paskah.
Warga Pakistan seketika dalam keadaan shock dan kecewa ketika menyaksikan melalui layar televisi, bagian potongan tubuh tersebar dan ada genangan darah di taman. Pejabat rumah sakit pun menghimbau masyarakat untuk mendonorkan darahnya untuk membantu korban terluka.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Jamaat-ul-Ahrar, satu faksi sempalan dari Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP), mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Faksi ini diketahui mendukung kelompok Islamic State (ISIS/Daesh) yang ada di Suriah dan Irak.
Juru Bicara Jamaat-ul-Ahrar, Ahsanullah Ehsan mengatakan, kelompoknya menargetkan warga Kristen yang merayakan Paskah.
Ehsan memperingatkan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif bahwa “kita telah memasuki Lahore”, ibukota provinsi Punjab dan basis kekuatan politik Sharif. Ahsan juga mengancam akan melakukan serangan lebih lanjut.
Jamaat-ul-Ahrar sejauh ini telah meluncurkan beberapa serangan terhadap warga sipil Pakistan dan pasukan keamanan dalam beberapa bulan terakhir bertujuan meningkatkan profilnya di antara militan Islam yang semakin retak di Pakistan.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Sejauh ini, militer telah menewaskan dan menangkap ratusan tersangka militan dalam operasinya.
Kekerasan dari militan sudah mereda sampai batas tertentu, tetapi untuk kelompok tertentu, seperti Jamaat-ul-Ahrar, mempertahankan kemampuannya untuk melancarkan serangan dahsyat.
Pada Maret 2015, kelompok ini mengaku bertanggung jawab atas dua serangan bunuh diri di gereja-gereja Kristen di Youhanabad, Lahore, yang menewaskan sedikitnya 15 orang. Pengeboman Paskah Minggu adalah serangan kelima oleh kelompok itu sejak Desember 2015.
Jamaat-ul Ahrar diketuai oleh Omar Khorasani dan ia adalah mantan pemimpin TTP. Ia mendirikan kelompok sempalan pada Agustus-September 2014 setelah ia digulingkan oleh Ketua TTP sekarang, Mullah Fazlullah, karena perbedaan internal.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Jamaat mengaku akan berjuang untuk pembentukan sebuah negara Islam di Pakistan. Hal ini cenderung memiliki beberapa dukungan di distrik Mohmand Agency, dan di distrik lainnya di Wilayah Kesukuan Federal (FATA) Pakistan seperti Bajaur Agency, Khyber Agency dan Aurakzai Agency.
Beberapa media baru-baru ini melaporkan kesetiaan Jamaat-ul-Ahrar kepada kelompok Islamic State (ISIS/Daesh), tetapi tidak ada bukti keterlibatan aktif hingga saat ini.
Serangan bom pada hari Paskah itu adalah yang paling mematikan sejak pembantaian Desember 2014 terhadap Sekolah Umum Angkatan Darat di Peshawar yang menewaskan 134 anak sekolah.
Serangan 2014 itu adalah yang terbesar selama 66 tahun terakhir di Pakistan. TTP yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu mengatakan, serangan itu adalah balasan terhadap operasi militer Pakistan terhadap para militan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Penumpasan militer
Setelah kegagalan lengkap administrasi sipil untuk mengendalikan situasi, tentara segera dikerahkan.
Pemerintah demokratis di Pakistan sejak 2008 adalah militer, di bawah kepala militer berkuasa Raheel Sharif. Sementara itu, pemerintah Nawaz Sharif dinilai kurang memiliki kemauan politik untuk menangkap kelompok militan Islamis di Punjab selatan karena kepentingan politik sempit.
Sebagai buntut dari pengeboman hari Paskah, Raheel Sharif segera memimpin pertemuan tingkat tinggi Ahad malam di hari itu juga. Ia memerintahkan komandan yang bersangkutan dan para pejabat intelijen segera memulai operasi untuk menahan pelaku serangan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Media melaporkan, tentara dan paramiliter melakukan tindakan keras terhadap simbol-simbol pakaian teroris terlarang di provinsi Punjab.
Sebuah operasi yang sedang berlangsung telah memberikan kekuasaan kepada penjaga paramiliter untuk melakukan razia dan menginterogasi orang-orang yang diduga terhubung dengan kelompok Taliban.
Lebih 5.000 orang ditangkap
Dua hari setelah ledakan bom di Lahore, aparat keamanan Pakistan telah menangkap lebih dari 5.000 tersangka.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Namun kemudian, sebagian besar dibebaskan kembali dan tinggal 216 tersangka yang dikenakan penyelidikan mendalam.
Menteri Negara untuk Provinsi Punjab Rana Sanaullah mengatakan, 5.221 orang ditahan dan 5.005 dibebaskan setelah memverifikasi identitas mereka.
“Semua orang akan mendapatkan giliran dalam perang ini, terutama media budak Pemerintah Pakistan,” kata Ehsan di Twitter. “Kami hanya menunggu waktu yang tepat.”
Juru bicara Angkatan Darat Jenderal Asim Bajwa mengatakan, Rangers militer dan paramiliter melakukan razia di Punjab, provinsi terkaya dan paling padat penduduknya di Pakistan, merespon cepat pemboman Paskah yang diklaim menargetkan umat Kristen.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Sementara itu, ratusan pengunjuk rasa Muslim berpaham ultra-konservatif berkemah di depan parlemen pada Selasa di ibukota Islamabad, sehari setelah bentrok dengan polisi.
Jaringan telepon seluler di ibukota diblokir untuk tujuan keamanan selama dua hari berturut-turut.
Pengeboman Paskah adalah serangan paling mematikan di Pakistan sejak pembantaian 2014 di sekolah yang diklaim oleh faksi dari Taliban yang menewaskan 134 siswa.
Serangan Ahad lalu, termasuk membunuh 29 anak-anak di antara 72 orang yang tewas.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Biarkan (Perdana Menteri) Nawaz Sharif tahu bahwa perang ini sekarang telah datang ke ambang rumahnya,” tweet Ehsan. (P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat