Mengendalikan Sifat Serakah, Penyakit Hati

Oleh : , Pengajar Tahfidz Masjid Al-Fatah Ciparay, Garut, Jabar.

Di dalam diri manusia setiap harinya terjadi peperangan, antara haq dan bathil. Haq dikendalikan oleh keimanan dan hati nuraninya. Sedangkan  Bathil dikendalikan oleh setan dan hawa nafsunya.

Manusia terus berjuang agar selalu dalam kondisi kebaikan, haq. Dia berusaha dengan banyak melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah SWT. Karena keimanan akan bertambah dengan banyak melakukan pendekatan kepada-Nya.

Lalu dia akan kalah dan lemah, dikuasai hawa nafsunya (bathil), manakala dia berbuat maksiat kepada Allah. Karena keimanan seseorang akan luntur dan turun jika ia melakukan banyak pelanggaran dan kemaksiatan kepada-Nya.

Serakah Penyakit Hati

merupakan penyakit hati. Dia mampu menguasai hati para pelakunya yang jauh dari ketaatan kepada Allah.

Sifat ini mengandung arti tentang kondisi hati yang tak pernah merasa puas dengan apa yang ada, selalu merasa kurang dan menghalalkan segala cara agar mendapatkan apa yang di ingininya, terutama mengenai soal .

Inilah yang pernah dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw terhadap umatnya. Beliau bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِيْ الْـمَـالُ

Artinya : “Setiap ummat memiliki fitnah (ujian), dan fitnah ummatku adalah harta”. (HR At-Tirmidzi).

Dalam hadits ini, Nabi mengingatkan kepada umatnya tentang bahaya dari keserakahan terhadap harta. Karena banyak umat-umat terdahulu yang hancur dan binasa disebabkan oleh fitnah yang diberikan kepada mereka sebagai ujian baginya. Begitu juga kepada umat Nabi Muhammad SAW yang mereka diuji dengan fitnah harta.

Akan tetapi bukan berarti Rasul melarang untuk kaya. Hanya saja beliau mengingatkan tentang fitnah yang akan menimpanya, jikalau ia tidak bijak dalam menggunakan kekayaan tersebut.

Hal itu didukung dengan sejarah dari kehidupan Rasul dan Para Sahabat mulia. Mereka memanfatkan kekayaannya untuk kepentingan kaum Muslimin dan perjuangan Islam. Sehingga kekayaan mereka menjadi berkah dan menjadi sumber pahala yang sangat besar untuk akhiratnya.

Serakah Tak Pernah Merasa Puas

Sifat serakah akan membawa pelakunya kepada ambisi yang tidak pernah berakhir. Dia tidak akan pernah merasa cukup dan puas dengan apa yang sudah didapatkan.

Hal itu pernah digambarkan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda :

لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Artinya : “Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah. Kemudian Allâh mengampuni orang yang bertaubat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits ini mengandung nasihat yang penting bagi manusia, bahwa keserakahannya tidak akan mampu terpuaskan dengan apa yang sudah didapatkannya. Satu gunung emas takan cukup, ditambah satu lagi takan pernah cukup dan seterusnya.

Kemudian ambisi itu takan pernah berhenti kecuali dengan hanya satu saja, yaitu kematian. Mati merupakan pemutus paksa bagi pelaku serakah di dunia ini.

Untuk itu, Allah mengumumkan dan memastikan bahwa diri-Nya akan senantiasa menerima taubat dari hamba-Nya. Meski mereka itu sudah kadung atau terlanjur banyak dosa, selama nyawa belum sampai di kerongkongan.

Serakah Selalu Muda Terus

Jangan dikira bahwa sifat serakah akan ikut tua bersama para pelakunya. Justeru sifat itu akan tetap muda walau sang tuan sudah sakit dan tua renta.

Makanya tidak diragukan lagi dengan perkataan para orang tua (sepuh), bahwa mereka mengakui tentang fisiknya semakin lemah, tapi nafsu dan ambisinya tetap sama tak berubah, seperti ia masih muda dulu.

Rasul membenarkan hal demikian. Beliau pernah bersabda :

قَلْبُ الشَّيْخِ شَابٌّ عَلَىٰ حُبِّ اثْنَتَيْنِ : طُوْلُ الْـحَيَاةِ وَحُبُّ الْمَالِ

Artinya : “Hati orang yang tua renta senantiasa muda dalam mencintai dua perkara: hidup yang panjang dan cinta terhadap harta.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits ini juga memberikan pelajaran mendalam, bahwa kerakusan tak pernah mengenal usia. Dia akan tetap senantiasa muda. Ia akan hinggap di setiap hati pelakunya selama ia masih hidup. Tak kenal siapapun orangnya, apa statusnya, asalkan dia bernama manusia, ia akan terjangkit dengan penyakit hati ini. Na’udzubillah min dzalik.

Berlindung dari Penyakit Hati

Sejatinya Allah-lah yang mengizinkan sesuatu itu terjadi. Harusnya setiap kesulitan apapun yang menimpa diri, itu menjadikan kesadaran untuk kembali bersandar hanya kepada-Nya. Begitupun juga mengenai penyakit serakah ini.

Mudah bagi Allah SWT untuk menghilangkannya dari diri kita. Tentu hal itu disertai dengan ikhtyar yang terbaik sehingga menghasilkan perubahan yang terbaik pula.

Ada nasihat dari sebuah mufradat yang bagus. Semoga bisa menjadi renungan mengenai penyakit hati ini. Ia berbunyi :

“Rezeki yang sedikit menjadi banyak jika qana’ah.
Rezeki yang banyak menjadi sangat sedikit jika serakah.” (Al- Mahfudzat)

Tak kalah penting juga, senantiasa berdoa kepada Allah SWT. Karena Dia-lah sumber segala jawaban dari tiap permasalahan didunia ini.

Seperti doa yang dicontohkan oleh Nabi. Hadist dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

Artinya : “Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan dan kecukupan.” (HR Muslim).

Semoga Alloh SWT senantiasa menjaga kita dari segala penyakit hati yang buruk. Dan semoga Allah memberikan kepada kita hati yang selamat (qolbun saliim). Aamiin. (A/hqu/RS2/P1).

Mi’raj News Agency (MINA)