Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MENGHARGAI WAKTU

kurnia - Jumat, 30 Mei 2014 - 06:47 WIB

Jumat, 30 Mei 2014 - 06:47 WIB

5358 Views ㅤ

1Waktu

Hargai Waktu

Oleh : Kurnia Muhamad Hudzaifah

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” {QS, Al Ashr :1}

Islam adalah agama universal. disebut demikian karena bersumber dari Allah dan ajarannya pun mencakup segenap perihal kehidupan manusia. Termasuk waktu. Membahas tentang waktu, Islam memiliki sistem tata waktu yang berbeda dengan sistem tata waktu internasional (Greenwich Meredian Time-GMT) yang kini telah diberlakukan di setiap negara.

Padahal, banyak ayat al-Qur’an dan Hadis yang secara implisit telah memberikan penjelasan nyata akan hal ini. Namun demikian, banyak umat Islam yang tidak menyadari hal ini serta tidak mampu menangkap makna sesungguhnya dari ayat-ayat dan hadis tersebut.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Sehingga banyak dari mereka yang tidak menyadari bahwa Islam memiliki sistem waktu yang jauh lebih baik dari penanggalan yang gunakan saat ini.

Perlu diketahui bahwa Islam menganut dua sistem almanak (penangggalan), yaitu gabungan sistem almanak qomariyah (lunar calender system) dan sistem almanak syamsiyah (solar calender system). Salah satu nash yang mendasari sistem almanak ini yaitu,

“Dia menyingsingkan pagi (dari gelap), dan Dia menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan waktu. Itulah ketentuan-Nya.” (Qs. Al-An’am : 96).

Konsep waktu dalam Islam bisa segera terealisasi dengan baik. Sebab hal ini sangat bernilai bagi kehidupan umat muslim.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Ketua Kelompok Keahlian Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Peneliti Bosscha, Bandung, Dr Moedji Raharto, mengatakan bahwa Islam selalu mengingatkan manusia untuk berdzikir. “Berdzikir ini ada adalah waktu”.

Demikian pula shalat, ibadah haji, puasa, dan ibadah sunnah lainnya. Semuanya ada waktu. Waktu yang digunakan tersebut syarat akan makna ilmu pengetahuan. Sehingga mau atau tidak, harus mempelajari tentang posisi, periode, dan siklus dari matahari dan bulan.

Hal ini memberikan petunjuk bahwa siklus yang teratur di alam semesta ini menjadi indikator alat pengukur waktu. Perjalanan bulan mengelilingi matahari dan bumi berputar mengelilingi matahari kerap diibaratkan sebagai “jam abadi”.

Fenomena kedudukan matahari yang berubah setiap waktu serta perbedaan siklus cuaca yang tidak sama antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, membuktikan betapa besar dampak keberadaan jam abadi tersebut.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Terutama bagi orang-orang yang hidup di kutub utara dan selatan yang terkadang bisa merasakan hilangnya matahari serta mengalami cuaca ekstrim, satunya dingin dan satunya panas sekali.

Berbeda dengan di Mekkah dan daerah lain yang selalu mengalami fenomena yang normal, matahari terbit dan terbenam dengan teratur.

Dari keteraturan alam ini bisa mengambil sebuah nilai bahwa salah satu manfaat dari eksistensi benda-benda langit itu adalah untuk menentukan waktu-waktu ibadah. Bukan semata-mata untuk konsumsi pikiran semata tapi juga difungsikan untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Intinya diminta untuk bertasbih supaya manusia tidak sombong. Fenomena yang ada itu adalah indikator bahwa Allah SWT adalah Zat Yang Mahabesar atas ciptaan-Nya, dan manusia tidak memiliki kewenangan apa-apa untuk mengurusnya.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Para ilmuwan dan cendekiawan sampai sekarang belum bisa mendefinisikan waktu. hidup dalam ruang dan waktu. Sebagaimana Al-Qur’an memberikan gambaran bahwa demi waktu akan merugi, yang berarti apa yang diciptakan Allah ini pasti memiliki batas waktunya. Jagat raya yang begitu megah, suatu saat, jika sudah sampai waktunya, pasti akan hancur. Apa yang dibangun dan dimiliki suatu saat juga pasti akan hancur.

Di dalam al-Qur’an, Allah banyak menyebutkan perihal waktu yang bertujuan menyadarkan manusia untuk menyembah kepada-Nya. Apalagi, hidup di dunia ini tantangannya sangat besar. Sangat mudah untuk tergelincir oleh kesenangan duniawi yang banyak menyesatkan. Meskipun kesenangan dunia ini sangatlah sedikit dibanding dengan kesenangan di akhirat nanti.

Ada juga beberapa peringatan lain seperti, waktu ini relatif, waktu pembentukan alam semesta, waktu beribadah, dan macam-macam waktu lainnya. Waktu yang relatif tadi mungkin digambarkan ketika sangkakala ditiupkan, di mana semua makhluk hidup akan dikagetkan oleh mati. Itu dahsyatnya! Pernah  melihat  miniaturnya seperti gempa bumi dan tsunami.

Proses kehancuran alam semesta dan masa kebangkitan di padang mahsyar itu akan menjadi sebuah pertanggungjawaban manusia tentang waktunya masing-masing.

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Karena itu, sebelum terlambat kematian menjemput, marilah memanfaatkan waktu yang tersisa dari umur ini untuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.

Marilah perbanyak berbuat kebaikan, jangan menunda-nunda amal kebaikan, karena belum tentu besok masih punya waktu untuk melaksanakannya. tidak pernah tahu kapan ajal datang menjemput.

Dan alangkah sangat menyesalnya, apabila dalam hidup yang singkat ini, lebih banyak dilewati dengan melakukan hal-hal yang akan disesali di akhirat kelak. Karena waktu yang sudah lewat, tidak akan pernah bisa kembali lagi. Akhirul Kallam. (L/P012/R2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

 

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Tausiyah
Indonesia
Tausiyah
Indonesia