Oleh: Rendy Setiawan, wartawan kantor berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Lisan adalah alat komunikasi unik yang dijumpai pada manusia untuk mengeluarkan kata-kata yang diturunkan dari kosakata skala besar (kurang lebih 10.000 kosakata) bersama-sama dengan berbagai macam nama yang diucapkan melalui atau menggunakan organ mulut.
Kata-kata yang terucap tersambung menjadi untaian frasa dan kalimat yang dikelompokkan secara sintaktis. Kosa kata dan sintaks yang digunakan, bersama-sama dengan bunyi bahasa yang digunakannya membentuk jati diri bahasa tersebut sebagai bahasa alami.
Karena begitu urgent nya pekara mengenai lisan ini bagi kehidupan seseorang, maka Islam memiliki aturan sendiri terhadap umatnya untuk senantiasa berlaku baik dan bertutur kata yang lembut.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Pada 14 abad yang lalu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga lisannya. Ini dimaksudkan supaya umat muslim terhindar dari perbuatan keji yang bisa menyakiti saudaranya.
Rasulullah bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya:“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka berkatalah yang baik atau ( jika tidak mampu) hendaklah ia diam…” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Kalimat “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat”, maksudnya adalah barang siapa beriman dengan keimanan yang sempurna, yang (keimanannya itu) menyelamatkannya dari adzab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” karena orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancaman-Nya, mengharapkan pahala-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
Menurut lmam lbnu Daqiq al-I’ed ketika menerangkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Maka hendaklah ia berkata baik atau diam”, menunjukkan bahwa perkatan yang baik itu lebih utama daripada diam, dan diam itu lebih utama daripada berkata buruk. Demikian itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya menggunakan kata-kata “hendaklah untuk berkata benar” didahulukan dari perkataan “diam”.
Shaikh Muhammad ibnu Shalih al-‘Utsaimin mengatakan, barang siapa memahami perkara ini dan beriman kepada Allah dengan keimanan yang sungguh-sungguh, maka Allah akan memelihara lidahnya sehingga dia tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik atau diam.
Sebagian ulama berkata: Seluruh adab yang baik itu bersumber pada empat Hadits, antara lain adalah Hadits “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Sebagian ulama yang lainnya memaknai hadits ini dengan pengertian, “Apabila seseorang ingin berkata, maka jika yang ia katakan itu baik lagi benar, dia diberi pahala. Oleh karena itu, ia mengatakan hal yang baik itu. Jika tidak, hendaklah dia menahan diri, baik perkataan itu hukumnya haram, makruh, atau mubah.”
Dalam hal ini maka perkataan yang mubah diperintahkan untuk ditinggalkan atau dianjurkan untuk dijauhi karena takut terjerumus kepada yang haram atau makruh dan seringkali hal semacam inilah yang banyak terjadi pada manusia.
Ucapan yang baik akan membuahkan keutamaan, yaitu Allah akan mengangkat derajatnya. Ini sebagaimana yang dijanjikan oleh Rasulullah dalam hadits dari jalur Abdurahman bin Shakhr.
Rasulullah bersabda,
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ
Artinya:”“Sungguh, seseorang mengucapkan sebuah perkataan yang termasuk ucapan yang diridhai oleh Allah yang dia tidak menaruh perhatian pada ucapan itu, ternyata dengan ucapan itu Allah l mengangkatnya beberapa derajat.” (H.R. Tirmidzi)
Berkata yang diridhai oleh Allah dalam Hadits ini mencakup menyampaikan ajaran Allah dan rasul-Nya serta memberikan pengajaran kepada kaum muslim, amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan ilmu, mendamaikan orang yang berselisih, berkata yang baik kepada orang lain.
Selain itu, lisan juga merupakan kunci dari setiap pokok amalan Islam.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Rasulullah bersabda,
قَالَ أَلَا أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الْأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ ثُمَّ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ قُلْتُ بَلَى يَارسول الله فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا فَقُلْتُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
Artinya: “…Rasulullah bersabda: Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad”. Kemudian beliau bersabda : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Semoga engkau selamat. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka, selain ucapan lidah mereka?” (H.R. Timidzi)
Kemudian yang terpenting dari semuanya itu ialah mengendalikan gerak-gerik seluruh anggota badannya karena kelak dia akan dimintai tanggung jawab atas perbuatan semua anggota badannya.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Sebagaimana tersebut pada firman Allah :
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
Artinya:“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya”. (Q.S. Al Israa’ [17] : 36)
Dan juga firman Allah,
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya:“Apapun kata yang terucap pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (Q.S. Qaff [50]: 18)
Para ulama berbeda pendapat, apakah semua yang diucapkan manusia itu dicatat oleh malaikat, sekalipun hal itu mubah ataukah tidak dicatat kecuali perkataan yang akan memperoleh pahala atau siksa.
Ibnu ‘Abbas memakai pendapat yang kedua. Menurut pendapat ini maka ayat di atas berlaku khusus, yaitu pada setiap perkataan yang diucapkan seseorang yang berakibat orang tersebut mendapat pembalasan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
lisan/">Bahaya lisan itu sangat banyak. Rasulullah jauh-jauh hari mengingatkan tentang lisan/">bahaya lisan yang dapat menjerumuskan manusia kedalam api neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى بِهَا بَأْسًا يَهْوِي بِهَا سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا فِى النَّارِ
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Artinya:“ Sesungguhnya seseorang mengatakan satu ucapan yang dia tidak menganggapnya sebagai ucapan jelek, namun ternyata dengan ucapannya itu dia terjerumus selama tujuh puluh tahun di dalam neraka.” (H.R. Tirmidzi)
Selain bahaya tersebut diatas, orang yang tidak menjaga lisannya dengan baik, entah itu dengan mencela, menghina sesama manusia, lebih-lebih dia mencela seorang muslim, maka dia telah berbuat fasik sebagai sabda Rasulullah,
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
Artinya:“mencela seorang muslim adalah perbuatan fasik dan memeranginya adalah kekafiran.” (H.R. Bukhari)
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Kemudian juga perlu diketahui, seorang muslim tidaklah diajarkan untuk mencela sesama manusia,
Rasulullah bersabda,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلاَ اللَّعَّانِ وَلاَ الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِيءِ
Artinya:“Seorang mukmin itu bukanlah orang yang suka mencela, suka melaknat, suka berkata keji, dan suka berkata kotor.” (H.R. Tirmidzi)
Apabila kita sudah mengetahui ancaman Rasulullah ini, mestinya kita tak lagi membiarkan orang-orang yang kita sayangi menuai kebinasaan hanya karena tidak menjaga lisannya, wal ’iyadzu billah!
Dengan terus memohon kepada Allah, kita arahkan orang-orang terdekat kita untuk terbiasa berkata-kata yang baik dan jauh dari segala macam perkataan jelek.
Dengan begitu, mereka akan dapat menciptakan hubungan baik dengan siapa pun yang bergaul dengan mereka. Rasulullah bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لاَ يُرْجَى خَيْرُهُ وَلاَ يُؤْمَنُ شَرُّهُ
Artinya:“Orang yang terbaik di antara kalian adalah yang bisa diharap kebaikannya dan orang lain merasa aman dari kejelekannya. Adapun orang yang terjelek di antara kalian adalah orang yang tak bisa diharap kebaikannya dan orang lain tak bisa merasa aman dari kejelekannya.”(H.R. Tirmidzi)
Dan juga hadits yang lain,
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Artinya:“Sungguh, ada pula seorang hamba mengucapkan sebuah perkataan yang termasuk perkataan yang dimurkai oleh Allah l, yang dia tidak menaruh perhatian pada ucapan itu, ternyata dengan ucapan itu dia terjatuh ke dalam neraka Jahannam.”(H.R. Bukhari)
Lihat kembali orang-orang yang kita sayangi! Perhatikan dengan baik ucapan yang keluar dari lisan mereka! Segera benahi apa yang salah dari perbincangan mereka. Jangan biarkan mereka tenggelam dalam kesalahan dan kekeliruan. Semoga Allah Ta’ala mejaga lisan kita dari perbuatan keji dan munkar.(P011/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)