MENJAGA PERSATUAN

MENJAGA PERSATUAN

Oleh: Zaenal Muttaqin*

MENJAGA PERSATUANIbnu Ishaq meriwayatkan, suatu hari seorang Yahudi bernama Syash bin Qais berjalan di hadapan muslimin suku Aus dan Khazraj yang sedang bercakap-cakap dengan riang gembira. Menyaksikan keakraban kedua suku ini, timbullah kedengkian dalam hatinya. Karena ia mengetahui suku Aus dan Khazraj sebelum memeluk Islam, keduanya merupakan musuh bebuyutan.

Kemudian ia mengutus seorang pemuda dari golongan Yahudi untuk menyusup dan ikut bercakap-cakap dengan maksud membangkitkan kembali permusuhan antara Aus dan Kharaj. Utusannya itu dipesan agar menceritakan peristiwa perang Buats, yaitu peperangan terbesar antar kedua suku ini yang berlangsung bertahun-tahun.

Provokasi dan adu domba yang digencarkan pemuda Yahudi ini ternyata berhasil. Selanjutnya mereka berselisih dan masing-masing suku mulai meyombongkan diri. Tampillah tokoh dari suku Aus, Aus bin Khurazi dan Jabbar bin Sakhr dari golongan Khazraj. Keduanya saling mencaci, sehingga menimbulkan amarah dan saling bersitegang untuk berperang.

Untungnya, kejadian itu segera didengar oleh Rasulullah SAW atas laporan dari sahabat, dan segera datang menasehati mereka serta menyampaikan firman Allah SWT yang turun berkenaan dengan peristiwa tersebut:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah seraya bersatu dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran (3) : 103).

Kisah di tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita. Pertama, pentingnya sikap waspada terhadap fitnah. Fitnah dengan mudah dapat menggerogoti keutuhan persatuan dan kesatuan. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga.” (QS Ali Imran (3) : 200).

Kedua, memantapkan keyakinan, bahwa kebenaran semata-mata datang dari Allah.

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِين

“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, oleh sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS Al Baqarah (2):147).

Sekalipun berat untuk mengecilkan ego kepentingan pribadi dan golongan, kita semestinya harus lebih mengutamakan kepentingan orang banyak.

Ketiga, sikap aktif sang pemimpin. Yakni, pemimpin dituntut berperan aktif dan responsif terhadap problematika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Nabi SAW bersabda: “Pemimpin adalah penggembala dan akan dimintai pertanggung jawaban atas yang digembalakannya.” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Keempat, bahwa kesombongan dapat mengakibatkan perpecahan. Betapapun kuatnya ikatan persatuan, akan rapuh jika ada segolongan yang berlaku sombong. Dari sikap sombong inilah, seseorang akan berani melecehkan orang lain sebagaimana dikatakan Nabi SAW: “Sombong itu menolak yang haq dan meremehkan manusia”.

Di tengah kondisi penuh dengan cobaan dan fitnah, hendaknya kita satu sama lain bersungguh-sungguh menjaga persatuan. Kesatuan dalam bentuk kebersamaan dan persatuan adalah solusi segala problematika yang dihadapi oleh bangsa ini. Wallahu a’lam bish showab. (P07/R2)

*Wartawan MINA

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0